Mohon tunggu...
Putri HauraTaufiq
Putri HauraTaufiq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo semuaa, nama saya Haura panggil aja Rara. saya masih mahasiswa hehe, terimakasii

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Penanaman Nilai Agama dan Moral Terhadap Anak Usia Dini

25 Juni 2022   09:00 Diperbarui: 25 Juni 2022   09:11 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Metode ini dapat membuat anak menjadi terbiasa melakukan kegiatan yang positif, dan mampu untuk membedakan mana perilaku baik dan perilaku buruk (Hardiyana, 2022)

  • Metode Karyawisata

Kegiatan yang dilakukan diluar sekolah, kegiatan tersebut dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung. Melalui karyawisata metode pembelajaran tersebut dibawah bimbingan guru untuk mengunjungi tempat tertentu dengan maksud belajar (Ifadah, 2019)

  • Metode Bernyanyi

Metode bernyanyi, dapat menanamkan nilai-nilai agama serta moral pada anak. Melalui metode ini dapat membentuk kepribadian serta akhlak yang baik untuk anak (Sukma, Rosyid, & Elvia, 2022)

Di dalam penanaman nilai-nilai moral pada anak usia dapat menggunakan berbagai macam metode yaitu, metode bercerita atau mendongeng, metode pembiasaan, metode karyawisata, dan metode cerita. Penggunaan metode tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi dan karakter anak yang menjadi sumber pertimbangan utama. Sebab metode anak akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai moral pada anak usia dini.

Penanaman nilai-nilai agama dan moral merupakan suatu proses edukatif yang berupa kegiatan atau usaha yang dilakukan dengan sadar, terencana dan dapat dipertanggungjawabkan untuk memelihara, melatih, membimbing, mengarahkan, dan meningkatkan pengetahuan, kecakapan sosial, dan praktek serta sikap keagamaan pada anak. (aqidah, tauhid, ibadah dan akhlak) yang selanjutnya bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari (Kusnilawati et al., 2018).

Dampak atau Efek Negatif dari Tidak Ditanamkan Agama dan Moral

Perkembangan remaja merupakan pemahaman seorang dalam penuhi tolak ukur moral selaku perilakunya. Sesi pertumbuhan moral pada masa remaja sudah mencapai pada sesi moralitas, sebab remaja telah sanggup menguasai alibi berbuat baik serta kurang baik dan bisa berperan secara mandiri. Maksudnya, seorang yang telah mencapai umur anak muda telah dapat memastikan pilihannya sendiri serta memutuskan apa yang hatinya kehendaki, tetapi walaupun begitu senantiasa saja kedudukan orangtua sangat diperlukan. Sebab, bila seorang anak telah bisa memutuskan pilihannya senantiasa saja dia masih wajib memperoleh tutorial dari orangtua supaya anak tersebut tidak salah seleksi dalam mengambil suatu keputusan, spesialnya dalam memilah pergaulan. Tidak hanya dari pergaulan, pertumbuhan moral seorang anak pula wajib dibantu oleh perhatian dari keluarga. (Anam et al., 2019).

Dalam (Rakimahwati, 2012) meningkatkan moral anak, dikala anak masih berumur dini mereka diajarkan tentang benar serta salah. Pada umur berikutnya anak diberikan uraian terpaut kenapa suatu sikap bisa dikatakan baik serta salah. Faktor yang sangat membagikan akibat untuk perkembangan sikap anak merupakan area dekat mereka. Sehingga orang tua serta keluarga anak wajib betul- betul dikontrol serta diawasi pertumbuhan serta pergaulannya (Fitri & Na’imah, 2020) . Aristoteles berkata suatu masyarakat atau kelompok warga yang budayanya tidak mencermati berartinya mendidik good habits (melaksanakan Kerutinan berbuat baik) hendak jadi warga yang terbiasa dengan perihal kurang baik ( Hidaya, 2015: 2. 5). Oleh karena itu kita sebagai hendak menjadi warga yang memperhatikan pentingnya habitat yang baik untuk diri kita sendiri agar akan menjadi warga yang baik. Oleh sebab itu pengembangan nilai agama serta moral dalam pembelajaran anak usia dini jadi sangat berarti serta diharapkan dapat berfungsi dalam membentuk kepribadian bangsa yang bermoral serta bermartabat (Asti, 2017). Penting menerapkan kepribadian bangsa yang moral serta bermartabat bagi anak usia dini agar kelak nanti menjadi harapan bangsa yang bermartabat.

Pendapat dari Dr. Thomas Lickona terdapat 10 ciri dari sikap manusia yang menjadi kehancuran suatu bangsa, diantaranya : (1) Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, (2) Ketidakjujuran yang membudaya, (3) Selalu menjadi tingginya rasa tidak hormat kepada orang tua, guru, serta figure pemimpin, (4) Pengaruh teman sebaya terhadap aksi kekerasan,(5) Meningkatnya kecurigaan serta kebencian,(6) Pemakaian Bahasa yang memburuk, (7) Turunnya etos kerja, (8) Tidak ada rasa tanggung jawab pribadi serta masyarakat negeri, (9) Meningginya sikap mengganggu diri, (10) Hilangnya pedoman moral.

Rusaknya moral anak beragam-ragam. Mulai yang dipengaruhi dari keluarga, warga, masyarakat, bahkan juga pengaruh yang terencana dicoba serta didekati oleh anak sendiri. Isyarat hancurnya suatu bangsa yang nampak pada banyaknya kasus- kasus kekerasan di sekolah- sekolah khususnya di kota besar. Permasalahan yang sangat memprihatinkan merupakan permasalahan ketidak jujuran yang sangat parah, antara lain merupakan maraknya permasalahan korupsi di bermacam lembaga pemerintah. Tidak hanya itu budaya korupsi telah menjadi semacam membudaya. Tidak hanya itu tingginya sikap mengganggu diri sangat nampak pada banyaknya anak muda yang ikut serta pemakaian narkoba. Kasus- kasus yang kerap terjadi pada bangsa Indonesia ini wajib lekas diduga serta dicari solusinya supaya bangsa Indonesia jadi bangsa yang bermoral serta bermartabat (Asti, 2017). Perihal ini berkaitan dengan perilaku secure ataupun insecure spesialnya kala anak terletak di area baru tanpa pendampingan orang tua (Muarifah et al., 2020). Anak yang memperoleh kasih sayang dari ibu dan bapaknya cenderung lebih berani kala masuk dalam area baru dibanding anak yang tidak memperoleh kasih sayang dari orang tuanya. Terdapat sebagian akibat yang dari tidak ditanamkannya agama serta morla kepada anak pada masa umur usia dini, diantara lain:

  • Kekerasan Remaja

Menjadikan anak tidak berdaya sehingga mempunyai akibat negatif terhadap pertumbuhan psikologisnya. Sebagian wujud kekerasan yang umumnya dicoba pada anak semacam kekerasan fisik serta kekerasan psikologis. Kekerasan fisik dalam perihal ini merupakan seluruh wujud kontak fisik yang dicoba buat melukai ataupun menyakiti orang lain. Sebaliknya kekerasan emosional apabila orang tua mengabaikan anak saat anak ingin diperhatikan oleh orangtuanya (Putri & Santoso, 2012). Sebagai orangtua seharusnya memperhatikan keseharian anak dan membimbing anak menjadi yang baik dibekali dengan adanya nasihat moral yang bermartabat agar tidak menimbulkan anak menjadi keras terhadap sesuatu yang buruk. Kekerasan pada anak merupakan perlakuan terhadap anak yang bisa menyakiti fisik maupun emosional anak sendiri, sehingga memunculkan kejiwaannya yang terganggu ataupun tidak normal. Perlakuan kekerasan dapat saja berasal dari orang- orang yang sepatutnya jadi pelindung untuk anak itu sendiri, misalnya orang tua, saudara dekat, tetangga, sampai guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun