Dulu, sebutan 'Sahabat Pena' adalah diperuntukkan bagi seorang sahabat nun jauh di sana yang sering berkomunikasi dengan kita melalui surat. Karena memang di tahun 90-an saya pun masih mengalami masa-masa indah dengan memiliki sahabat pena.
Walaupun ada jarak yang memisahkan jalinan persahabatan, namun kita tetap bisa sekedar bertanya kabar atau bertukar cerita melalui surat. Ada kesan tersendiri ketika masa itu pernah dilalui, disaat harus menunggu tukang pos datang untuk menyampaikan surat balasan dari sahabat yang jauh.
Masa lalu tentang sahabat pena yang mungkin saat ini takkan lagi bisa kita temui. Dan di masa sekarang ini bagiku sebutan sahabat pena masih memiliki arti dengan sebuah perbedaan yang jelas berbeda maknanya.
Ketika di era milenial ini yang sarat dengan segala kemajuan teknologi tentu dapat memudahkan segala sesuatunya. Ketika dulu berkirim pesan dengan melalui sepucuk surat, masa kini bisa dilakukan dengan beberapa cara yang lebih mudah.
Kita bisa berkirim pesan dengan melalui email, dan sosial media seperti facebook, whatsap, line, dll. Dengan kemudahan inilah saya mempergunakannya untuk berkomunikasi dengan sahabat pena masa sekarang.Â
Lantas seperti apa sahabat pena yang saya maksudkan di sini?
Sahabat pena di masa sekarang bagi saya adalah sahabat yang bisa berbagi inspirasi dan imajinasi kreatif dalam menuliskan kata-kata. Sebutlah ia sahabat pena, seorang pujangga atau penulis puisi yang berkolaborasi dengan saya walaupun dengan jarak yang berjauhan.Â
Satu Pulau Jawa, ia di Jawa Tengah dan saya di Jawa Barat, bukanlah jarak yang dekat tentunya.
Kita tak pernah bertemu sekalipun, kenal pun hanya melalui sosial media awalnya. Sampai kita dipertemukan di dunia maya dalam suatu wadah komunitas menulis online "Sahabat Laditri".
Bermula dari sebuah canda yang terucap "Bagaimana jika kita berkolaborasi puisi agar kita bisa membuat buku puisi bersama?"
Jawaban yang keluar adalah sebuah kesamaan yang mungkin sebagai awal kekompakan kita menjadi sahabat pena. Tak ada yang istimewa, persahabatan kita mengalir begitu saja, tanpa ada paksaan sedikit pun. Kita ciptakan persahabatan yang indah selaras dengan kegemaran kita pada menulis puisi.
Seperti halnya sahabat pena, kita bisa bertukar cerita melalui kata-kata yang kita ukir dalam bait-bait puisi bersama melalui chat whatsap. Banyak cerita yang kita curahkan dalam setiap puisi yang kita cipta bersama.
Entah tentang cinta, rindu, gembira, sedih, kecewa, juga nestapa. Kami saling berbagi rasa melalui lirik-lirik puisi yang diikat oleh beragam rima. Kata-kata indah yang tercipta adalah semata demi puisi yang begitu berarti.
Banyak pesan dan kesan yang tersampaikan melalui kolaborasi puisi ini. Kita bisa saling menguatkan jika salah satunya sedang merasa tertekan atau tidak nyaman dengan sebuah keadaan. Kita bisa saling mengingatkan dalam kelupaan atau kesalahan.Â
Ada sebuah syarat dalam persahabatan ini, yaitu jangan baper alias dibawa perasaan. Kita bersahabat pena semata untuk berkarya nyata.
Kita tidak memandang usia, toh perbedaan 10 tahun tidak menjadikan kita canggung untuk menjadi sahabat pena yang bisa berkarya. Bukan itu saja, kita bisa berbagi ilmu dan pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing.
Selama 2 bulan kita fokus berkolaborasi puisi. Dari hari ke hari adalah puisi, dikirim melalui chat whatsap bait per bait. Kemudian kita saling memahami tentang isi puisinya sehingga tahu kemana arah puisi tersebut akan dibawa.
Ketika bait-bait tersusun rapi, kita tarik benang merahnya untuk menjadi judul puisi. Semua kita lakukan bersama-sama dengan hati yang tulus dan penuh suka cita, karena akan tercipta sebuah karya buku kolaborasi puisi.
Puluhan puisi pun telah mencapai target 100 puisi, berhentilah hari-hari berpuisi kita. Selanjutnya berpikir kembali secara bersama, bermusyawarah untuk mufakat, kira-kira buku kolaborasi puisi ini akan diberi nama apa.
Alhasil, "Seindah Kata Selembut Rasa" kita pilih untuk nama buku ini. Bukan hal yang mudah tentunya dalam waktu sesingkat itu bisa menghasilkan sebuah karya yang mudah-mudahan saja dapat diterima di dunia nyata, walau kita hanya sahabat pena di dunia maya.
Ia sahabat pena, bernama Ezamy Yasashi seorang pujangga muda dari Banjarnegara. Telah ada beberapa hasil karya bukunya yang terbit sebelum kita saling kenal di dunia maya. Usianya jauh lebih muda dari pada saya, namun sungguh bangga dengan prestasi literasinya yang telah lebih awal menghasilkan karya dibandingkan saya.
Semoga persahabatan ini akan selalu berarti bagi dunia maya dan nyata. Kecintaan kita yang sama di bidang literasi khususnya menulis puisi semoga akan terus menjadi motivasi untuk lebih baik lagi berkarya ke depannya.
Sukses selalu untuk kita.
Semoga buku kolaborasi puisi kita yang sedang diproses di penerbit Laditri Karya bisa menggemparkan dunia literasi hingga laku dibeli oleh para peminat dan penikmatbpuisi.
Tulisan ini terinspirasi dari tulisan yang ditulis oleh  Yudhi Raharjo, https://www.kompasiana.com/yudiraharjo/5e968fb8097f360cab0f3612/masih-bisakah-kita-memiliki-sahabat-pena
Semoga berkenan, terimakasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H