Kantong buruh migran di Banyumas, meliputi wilayah Kecamatan Gumelar, Kedungbanteng, Sokaraja, Kalibagor, Tambak, Sumpiuh dan Kemranjen. Pada Tahun 2010, jumlah buruh migran di Banyumas tercatat sebanyak 1.061 orang.
Paguyuban ini tidak hanya fokus pada advokasi, namun berkembang untuk memberikan pelatihan kemampuan sumber daya manusia (SDM). Pelatihan berwirausaha dengan menggali potensi yang ada di daerahnya ini sangat penting, karena salah satu persoalan yang dialami buruh migran adalah mereka tidak dapat mengelola uang yang dihasilkan dari jerih payahnya bekerja di luar negeri.
Akibatnya, uang yang diperoleh lebih banyak untuk konsumsi. Tak heran ketika uang yang dikumpulkan habis, sebagian buruh migran akan berangkat lagi mengadu nasib ke luar negeri. "Buruh migran yang membawa uang banyak belum bisa dikatakan sukses. Buruh migran sukses adalah mereka yang dapat memanfaatkan penghasilannya untuk modal produktif," kata Lili Purwani.
Sejauh ini, mantan buruh migran yang mengalokasikan uangnya untuk modal produktif masih sedikit, sehingga mereka perlu mendapatkan pelatihan ketrampilan agar bisa kemampuan dan bewirausaha secara mandiri. Dengan pelatihan ketrampilan ini, mantan buruh migran dapat lebih kreatif memanajemen penghasilannya.
"Atas dasar itu, kami memberikan pelatihan berwirausaha kepada mereka agar bisa lebih kreatif memanajemen penghasilannya," kata Lili.
Pelatihan kewirausahaan yang diberikan meliputi, pelatihan ternak kambing, budidaya ikan air tawar, keset dari kain perca dan pelatihan budidaya itik. Selain itu Paguyuban Seruni memberikan pelatihan komputer dan internet. Pelatihan tersebut difasilitasi oleh pemeritah daerah, provinsi maupun pusat.
"Kami mendapat bantuan dari pemerintah dalam menyelenggarakan pelatihan ini," katanya.
Peran akademisi Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unsoed Purwokerto juga dinilai memberikan kontribusi cukup besar dalam pemberdayaan perempuan. Para mantan buruh migran dibekali ketrampilan agar bisa berkarya dan menciptakan peluang usaha sendiri tanpa harus merantau ke luar negeri.
Implementasi dari pelatihan itu sudah bisa membuahkan hasil karena dapat membentuk kelompok usaha baru, seperti kelompok peternak itik, kelompok tata boga, kelompok budidaya ikan air tawar dan kelompok ternak kambing.
Usaha bidang peternakan dan makanan olahan tersebut dikelola perempuan-perempuan baik berlatar bekalang mantan buruh migran maupun ibu rumah tangga yang belum memiliki penghasilan. Jumlah anggota Paguyuban Seruni Desa Datar kini sudah mencapai ratusan orang lebih.
"Berwirausaha seperti ini memang butuh kerja keras dan ketekunan, tidak seperti di luar negeri. Tapi berwirausaha lebih baik dibanding harus berangkat lagi menjadi buruh migran di negeri orang," kata Lili.