Atau, "Inilah yang justru mengundang murka Allah, hingga Allah menurunkan azabnya. Allahu Akbar"
Ya bisa langsung Ambyaarrr!
Opah tidak meminta cucunya yang Islam untuk mempercayai adanya hantu dan fungsi sesajen untuk sembahyang. Opah hanya memberi penjelasan agar Upin Ipin menghormati kepercayaan suku dan agama orang lain.
Toleransi antar ummat beragama di Kampung Durin Runtuh lainnya juga bisa digunakan sebagai pelajaran indah untuk saling menghormati. Tentang bagaimana warga muslim bergotong royong membantu persiapan perayaan Deevapali Uncle Muthu. Atau datang pada pekan raya Imlek Gong Xi Fa Cai.
Atau sebaliknya. Bagaimana Uncle Muthu dan Jarjit yang seorang Hindu datang makan-makan di rumah Upin Ipin saat lebaran tiba. Begitu pula Uncle Ah Tong dan Mei Mei juga turut bahagia turut serta dalam jamuan lebaran itu.
Mereka datang membantu. Ikut serta hadir saat pesta ada. Tapi tidak pernah ikut dalam prosesi sembahyangan agama dan kepercayaan orang lain.
Inilah pelajaran berharga tentang toleransi yang digambarkan oleh serial animasi anak-anak. Tentang pentingnya persatuan di tengah hiruk pikuk keberagaman.Â
Belajar bagaimana cara menumbuhkan kerukunan di atas keberagaman agama dan kepercayaan. Serta nilai toleransi yang tinggi tanpa perlu merasa saling memaksakan dan dipaksakan.
Sekali lagi untuk Abang HF. Tidak ada salahnya sesekali nonton Upin Ipin. Selain seru dan lucu, akan banyak pelajaran berharga yang bisa Abang peroleh.
Nggak percaya? Anak saya yang kecil saja sampai teriak-teriak nangis kalau Upin Ipin terjeda iklan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H