"Pak aku merasa belum berbuat apapun untuk proyek kita ini."
"Aneh saat kau mengatakan ini proyek, tanpa tahu apa yang sebenarnya kita tuju. Kau belum membuang buku catatanmu kan?"
"Tentu saja belum. Untung aku tidak membuangnya."
"Kalau begitu buang sekarang."
"Jadi dengan begitu aku bisa berguna??"
"Hahaha. Sepertinya kau pernah menuliskan tentang arsitektur pepohonan di kampus kita. Pisahkan sesuai umurnya. Kita akan rekontruksi dengan bangunan pada saat peta ini dibuat."
Malam ini aku tidak bisa tidur. Sepertinya kami akan segera menemukan jawabannya. Ku pikir tentu saja Dosen Ikonografi bisa memecahkan teka-teki itu dengan mudah. Senang bisa menjadi koleganya dalam penulusuran luar biasa ini.
Kali ini Pak Satya tidak mengetuk jendela kamar untuk membangunkanku. Karena dia melihatku sudah bersiap di depan jendela. Jika kau penasaran bagaimana kami bisa masuk ke kampus di malam hari, baiklah akan aku ceritakan. Aku dan Pak Satya selalu mengenakan pakaian berwarna hitam. Termasuk tas, sarung tangan dan sepatu. Kami menyelinap melalui hutan di belakang kampus. Memang ada kawat berduri di sana, tapi bisa kami atasi karena kami membongkar pasang beberapa kawat agar bisa dilewati. Kami menggunakan lampu led di kepala.
Beberapa kali kami hampir berpapasan dengan satpam. Daripada harus menjelaskan, kami memilih untuk menghindar. Yang pertama, kami bersembunyi di dalam parit kecil, yang membuat Pak Satya tidak masuk keesokan harinya karena disengat ulat bulu. Kedua kalinya hampir saja aku ketahuan, tapi untung saja kemampuanku memanjat pohon bisa menyelamatkanku. Pada saat itu Pak Satya harus bergelantungan di tembok dengan kedua tangannya, sungguh adegan yang mengagumkan. Meskipun keesokan harinya dia tidak masuk karena carpal tunnel syndrome.
"Pak, aku sangat gugup malam ini."
"Aku akan berpura-pura tidak mendengarnya. Jangan pengaruhi aku!"