Mohon tunggu...
Tohir
Tohir Mohon Tunggu... Human Resources - No one has the right to rewrite anybody’s story. Untuk Anak Cucuku, Jika Kelak Garis Langkah Hidupku ini Terbaca,Ketahuilah-Aku Dulu Pernah Ada!

A poem lover. Born under zodiac Cancer (so you know how to handle me, lol ). Working in weekday as HRGA person at the International Company. Work out in Badminton court as player during the weekend.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bahaya Bid'ah pada Konsep Keesaan Tuhan

3 Februari 2020   16:00 Diperbarui: 3 Februari 2020   16:06 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejatinya melakukan praktik ibadah tanpa landasan akal, logika dan sumber serta dalil adalah semata-mata sebuah tradisi semata.

Tradisi dilakukan murni karena menjadi kebiasaan turun temurun dari nenek moyang tanpa sama sekali diperlukan akal dan logika apalagi sumber dan dalil terpercaya sebagai landasan dalam melakukannya.

Maka, sekali lagi tulisan ini adalah semata-mata pendapat saya pribadi yang sedang berusaha keras menngunakan akal, logika serta nalar saya dalam proses mencari sumber dalil atas praktik ziarah dan doa bersama yang diperkhususkan untuk leluhur yang telah tiada, yang dilakukan oleh sebagian besar saudara-saudari sesama muslim di luar sana.

Akal, nalar serta logika saya sama sekali tidak sanggup menyepakati alasan mereka yang mempraktikkan ziarah dan doa bersama untuk leluhur tersebut.

Mengapa?.., sesederhana ini; praktik tersebut tidak sesuai dengan akal, nalar dan logika saya.

Bila islam dengan jelas , lugas tanpa ambigu, mewajibkan kesempurnaan penghambaan hanya dan semata untuk satu Tuhan yang esa, Allah SWT, maka pantaskah, patutkah, sejalankah dengan akal, nalar dan logika, bila kita menyalurkan harap dan doa kepada selain Tuhan, Allah SWT?

Sadarkah kita bahwa konsep ke-Esa-an Tuhan, yang dalam islam dikenal dengan La Illaha Illallah berarti Tidak ada Tuhan yang pantas dan layak disembah, yang pantas dan layak manusia tuju dalam setiap doa dan permintaan serta permohonan, selain semata-mata dan satu-satunya, hanya kepada Allah SWT?

Lalu, dimana akal, nalar dan logika kita bila pada praktiknya doa dan permintaan disematkan tidak langsung kepada Allah SWT, melainkan melalui perantara makhluk fana? Makhluk yang bahkan sudah lama tiada, yang bahkan tubuhnya sudah menjadi bangkai dalam tanah, yang sama sekali tidak punya kekuatan apapun untuk mengabulkan permintaan dan doa .

Satu-satunya alasan yang sering kali digunakan sebagai pembenaran dalam melakukan praktik ziarah dan berdoa agar dikabulkan semua permintaan dan doa oleh sebagian besar saudara-saudari muslim yang saya kenal adalah; "Karena mereka orang-orang shaleh, yang sepanjang hidupnya mereka yakini selalu beribadah, sehingga menyimpulkan dan menjadikan pembenaran bahwa memanjatkan doa melalui perantara orang-orang shaleh yang telah tiada ini akan membawa doa mereka dikabulkan oleh Allah SWT".

Sedangkal itukah konsep Tuhan yang Maha Perkasa diartikan?

Allah SWT, Tuhan Yang Maha Perkasa sama sekali tidak butuh perantara untuk membantunya mengabulkan doa setiap hambanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun