Apalagi penggunaan para petani di zaman sekarang tidak hanya pada pupuk kimia sintetis saja, akan tetapi juga menggunakan pestisida kimia dan juga herbisida kimia atau pembunuh gulma.
Waktu saya masih kecil sekitar tahun 90’an , ketika pergi ke sawah saya selalu melihat ratusan bahkan ribuan capung yang beterbangan, tapi sekarang capung bahkan sudah menjadi binatang yang langka disini.
Padahal sudah cukup banyak artikel dan jurnal ilmiah yang menjelaskan bahwa capung bukanlah hama bagi pertanian, dan justru capung adalah salah satu predator alami yang memangsa hama pengganggu tanaman.
Capung juga bisa dijadikan sebagai bioindikator yang menunjukkan bahwa kondisi lingkungan di area tersebut sehat dan terbebas dari kontaminasi zat kimia yang tinggi.
Tapi faktanya, di persawahan kini capung menjadi binatang langka yang sudah sangat jarang ditemukan keberadaaannya.
Alasan masyarakat enggan menjadi petani
Beberapa alasan masyarakat enggan untuk menjadi petani diantaranya adalah sudah begitu mahalnya biaya produksi pertanian, yang dua diantaranya adalah terkait kebutuhan pupuk dan pestisida sintetis.
Belum lagi hampir setiap tahun selalu terdengar di media tentang kelangkaan pupuk dan mahalnya harga pupuk. Dan meskipun sudah ada program pupuk bersubsidi, fakta di lapangan jumlah yang diberikan sangat terbatas dan masih kurang dari kebutuhan para petani.
Hasil pertanian konvensional yang mengandung kontaminasi residu zat kimia
Sudah cukup banyak juga penelitian yang membuktikan bahwa hasil panen yang didapatkan dari pertanian konvensional mengandung kontaminasi residu zat kimia yang berasal dari pupuk dan pestisida kimia sintetis dan juga herbisida.
Dan jika dikonsumsi secara terus menerus tentu akan sangat dapat berpotensi membuat menurunnya kesehatan setiap orang yang mengonsumsinya.