Mohon tunggu...
Dino Joy
Dino Joy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang lelaki biasa

Dino Joy adalah seorang full time blogger yang senang melakukan riset di internet untuk menulis berbagai topik artikel, termasuk senang juga menulis puisi.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Inilah Konsep Pertanian Sustainable yang Akan Memakmurkan Petani Indonesia

4 Februari 2024   11:05 Diperbarui: 4 Februari 2024   16:51 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inilah ide saya terkait konsep pertanian sustainable yang akan memakmurkan petani dan mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia. Konsep pertanian ini adalah konsep pertanian organik yang akan membuat lingkungan pertanian sustainable, yang tetap terjaga kesuburannya, yang juga akan secara otomatis memakmurkan petani dan mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia.

Metode bertani secara organik yang hanya menggunakan bahan-bahan yang serba organik sebenarnya sudah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak ribuan tahun yang lalu, dan seiring perkembangan zaman, sebagian besar metode pertanian yang saat ini digunakan adalah metode pertanian konvensional yang menggunakan bahan-bahan kimia sintetis seperti pupuk dan pestisida kimia sintetis.

Beberapa alasan mengapa para petani yang awalnya serba organik menjadi beralih ke pertanian konvensional menggunakan pupuk dan pestisida kimia sintetis diantaranya adalah karena sudah menjadi program dari pemerintah, lebih mudah dan praktis dipraktikkan, dan juga lebih cepat terlihat hasilnya.

Namun, setelah puluhan tahun berjalan menggunakan metode pertanian konvensional tersebut, Indonesia belum juga memiliki sistem ketahanan pangan yang baik, meskipun didukung tanah yang luas dan subur dari Sabang sampai Merauke.

Bahkan beberapa hasil pertanian yang seharusnya bisa diproduksi dari hasil pertanian di tanah air pun diimpor oleh pemerintah seperti beras, kedelai, dan gula pasir.

Ironisnya lagi, telah terjadi degradasi kesuburan tanah yang terus meningkat dan juga kian terus menurunnya minat masyarakat untuk bertani karena bertani dianggap sebagai profesi yang sudah tidak menjanjikan lagi.

Telah terjadi degradasi kesuburan tanah di persawahan akibat pertanian konvensional

gambar: gumpalannews.com
gambar: gumpalannews.com

Cerita paman saya yang pada tahun 1970’an  menjadi seorang buruh cangkul di sawah mengatakan bahwa pada sekitar tahun 70’an, kondisi sawah ketika dicangkul masih empuk dan tidak sepadat seperti sekarang, yang bahkan ketika musim kemarau menjadi terbelah dan mengeras seperti batu.

Tentu sudah cukup banyak artikel dan jurnal ilmiah yang membuktikan bahwa penggunaan pupuk kimia sintetis secara terus menerus akan dapat menurunkan kesuburan tanah, merusak unsur hara dan juga merusak keseimbangan ekosistem dan kehidupan bakteri di dalam tanah.

Apalagi penggunaan para petani di zaman sekarang tidak hanya pada pupuk kimia sintetis saja, akan tetapi juga menggunakan pestisida kimia dan juga herbisida kimia atau pembunuh gulma.

Waktu saya masih kecil sekitar tahun 90’an , ketika pergi ke sawah saya selalu melihat ratusan bahkan ribuan capung yang beterbangan, tapi sekarang capung bahkan sudah menjadi binatang yang langka disini.

Padahal sudah cukup banyak artikel dan jurnal ilmiah yang menjelaskan bahwa capung bukanlah hama bagi pertanian, dan justru capung adalah salah satu predator alami yang memangsa hama pengganggu tanaman.

Capung juga bisa dijadikan sebagai bioindikator yang menunjukkan bahwa kondisi lingkungan di area tersebut sehat dan terbebas dari kontaminasi zat kimia yang tinggi.

Tapi faktanya, di persawahan kini capung menjadi binatang langka yang sudah sangat jarang ditemukan keberadaaannya.

Alasan masyarakat enggan menjadi petani

Beberapa alasan masyarakat enggan untuk menjadi petani diantaranya adalah sudah begitu mahalnya biaya produksi pertanian, yang dua diantaranya adalah terkait kebutuhan pupuk dan pestisida sintetis.

Belum lagi hampir setiap tahun selalu terdengar di media tentang kelangkaan pupuk dan mahalnya harga pupuk. Dan meskipun sudah ada program pupuk bersubsidi, fakta di lapangan jumlah yang diberikan sangat terbatas dan masih kurang dari kebutuhan para petani.

Hasil pertanian konvensional yang mengandung kontaminasi residu zat kimia

Sudah cukup banyak juga penelitian yang membuktikan bahwa hasil panen yang didapatkan dari pertanian konvensional mengandung kontaminasi residu zat kimia yang berasal dari pupuk dan pestisida kimia sintetis dan juga herbisida.

Dan jika dikonsumsi secara terus menerus tentu akan sangat dapat berpotensi membuat menurunnya kesehatan setiap orang yang mengonsumsinya.

Konsep Pertanian Sustainable yang Akan Memakmurkan Petani dan Mensejahterakan Rakyat Indonesia

Konsep pertanian sustainable seperti apa yang akan memakmurkan petani? adalah konsep pertanian organik terpadu, yang mudah dilakukan dan berbiaya rendah.

Karena tidaklah mungkin petani akan makmur ketika biaya produksi pertanian tetap semahal seperti sekarang, dan tidaklah mungkin rakyat akan sejahtera ketika harga beras semahal seperti sekarang.

Konsep pertanian ini akan membuat harga jual hasil tani menjadi murah, akan tetapi petani tetap untung besar karena menggunakan biaya produksi pertanian yang memang murah.

Apakah pertanian organik berbiaya rendah?

Tidak, bahkan bisa lebih mahal dari pertanian konvensional jika semua kebutuhannya didapatkan dengan cara dibeli. Belum lagi hingga saat ini belum tersedianya pestisida organik pabrikan yang dapat diandalkan untuk mengatasi berbagai jenis hama pengganggu tanaman.

Oleh karena itulah yang kemudian membuat harga hasil panen dari pertanian organik menjadi malah jauh lebih mahal dari hasil panen pertanian konvensional.

Tapi ternyata ada konsep pertanian organik yang benar-benar sustainable, berbiaya sangat rendah, sangat ramah lingkungan, dan dapat diaplikasikan untuk semua jenis pertanian, baik di persawahan ataupun di ladang.

Adalah Jadam Organic Farming, sebuah metode pertanian organik yang diperkenalkan oleh seorang petani dari Korea yang bernama Youngsan Cho yang sudah puluhan tahun mempraktikkan metode ini dan berhasil.

Dan perlu diketahui bahwa Jadam ini bukanlah merek produk akan tetapi hanya sekedar nama sebuah metode, karena dalam bahasa Korea Jadam berarti “orang yang seperti alam”.

Jadi ketika kita ingin bertani menggunakan metode Jadam ini, maka kita tidak perlu membeli pupuk dan pestisidanya dalam bentuk jadi, akan tetapi kitalah yang akan membuatnya sendiri.

"Bahkan pada tahun 2018, Jadam telah menandatangani kerjasama dengan pemerintah Hawai (negara bagian di AS) untuk membuat pestisida organik untuk menanggulangi hama penggerek tanaman kopi dan berhasil."

Karena semua hasil penemuan Jadam dibagikan tanpa paten sehingga bisa ditiru dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan bahan dan kondisi lingkungan pertanian pada masing-masing daerah atau negara.

Beberapa hal yang membuat konsep pertanian ini berbiaya rendah adalah kebutuhan pupuk dibuat sendiri menggunakan residu atau sisa-sisa dari tanaman itu sendiri, atau dari rumput liar, tanpa perlu difermentasi menggunakan bahan-bahan yang harus dibeli seperti starter mikroorganisme dan gula atau molase.

Karena proses pembuatan pupuk jadam hanya menggunakan metode pembusukan dan bukan metode fermentasi, seperti yang selama ini populer di kalangan para praktisi pertanian organik.

Dan salah satu bahan yang digunakan untuk pembuatan pestisida organik yang paling ampuh adalah sulfur atau belerang.

Peran pemerintah untuk merealisasikan konsep pertanian ini

Untuk merealisasikan konsep pertanian organik yang berbiaya sangat rendah ini, sangat diperlukan peran pemerintah melalui jaringan penyuluh-penyuluh pertanian untuk memberikan edukasi kepada para petani sampai ke tingkat pedesaan.

Tentunya setelah para penyuluh pertanian tersebut juga sudah mendapatkan pengetahuan terkait dari hasil riset dan penelitian terhadap tiap-tiap jenis tanaman yang dibudidayakan di area pertanian di Indonesia.

Dan tentu akan sangat mudah bagi pemerintah untuk melakukan hal ini karena pemerintah memiliki anggaran. Apalagi selama ini sebenarnya sudah ada anggaran untuk Badan Penyuluh Pertanian meskipun secara praktik di lapangan belum maksimal.

Dan jika dihitung-hitung antara anggaran yang dibutuhkan untuk subsidi pupuk, dengan anggaran untuk mengedukasi para petani, tentu akan sangat jauh lebih murah.

Hasil pertanian metode Jadam skala rumahan yang sudah saya lakukan

tanaman cabe rawit putih: dok. pribadi
tanaman cabe rawit putih: dok. pribadi
tanaman cabe rawit hijau: dok. pribadi
tanaman cabe rawit hijau: dok. pribadi

Meskipun belum menerapkan yang sama persis dengan metode Jadam, namun beberapa jenis tanaman yang sudah saya tanam di area sekitar rumah dapat tumbuh dengan baik.

Dan salah satu ciri khas tanaman cabe yang ditanam menggunakan metode Jadam adalah dapat tumbuh besar hingga mencapai 1,5 sampai 2 meter, meskipun tanpa pemberian pupuk kimia sintetis dan hormon  pengatur tumbuh apapun.

Hal tersebut kemungkinan besar dikarenakan ketersediaan unsur hara yang lengkap yang didapatkan oleh tanaman, yang berasal dari keanekaragamaan mikroorganisme yang bisa kita kembangkan sendiri tanpa perlu membelinya.

Bisakah metode pertanian ini diterapkan langsung di area sawah yang luas?

Tidak bisa, kecuali jika setiap petani yang bertani di area tersebut sama-sama menggunakan metode pertanian organik yang sama, karena jika tidak, maka pencemaran pupuk dan pestisida kimia sintetis tidak bisa dihindari karena mengalir ke setiap persawahan yang terhubung.

Oleh karena itulah dibutuhkan kekompakan kerjasama para petani di setiap area pertanian yang terhubung, dan hal ini akan sulit terlaksana jika tidak didukung penuh oleh peran pemerintah melalui para penyuluh-penyuluh lapangan dari dinas pertanian terkait.

Penutup:

Tidaklah mungkin petani akan makmur jika masih tetap menggunakan metode pertanian yang berbiaya mahal seperti sekarang ini. Dan tidaklah mungkin juga rakyat akan sejahtera ketika harus membeli hasil produk pertanian yang serba mahal.

Terjadinya degradasi kesuburan tanah semakin membuat ketergantungan kebutuhan pupuk kimia yang menjadi semakin besar, yang secara otomatis juga akan membuat biaya pertanian menjadi semakin terus bertambah mahal.

Kualitas hasil panen pada pertanian konvensional menjadi semakin rendah, baik dari sisi kandungan nutrisi ataupun kandungan kontiminasi residu zat kimia yang menjadi semakin tinggi, yang sangat berpotensi memberikan dampak negatif bagi kesehatan.

Saatnya pemerintah memberikan dukungan penuh untuk konsep pertanian organik yang berkelanjutan, yang ramah lingkungan dan berbiaya rendah demi memakmurkan petani dan mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun