Mohon tunggu...
Pujakusuma
Pujakusuma Mohon Tunggu... Freelancer - Mari Berbagi

Ojo Dumeh, Tansah Eling Lan Waspodho...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gandeng Ponpes dan Kampus, Cara Ganjar Tangkal Radikalisme Kalangan Pelajar

5 April 2021   07:06 Diperbarui: 5 April 2021   07:19 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganjar dan Mbah Munif berdialog disela diskusi penyusunan kurikulum antiradikalisme dan intoleransi oleh Forum Cinta Tanah Air. Dok halosemarang.id

Ada pula guru yang mengajarkan pada muridnya cara memenggal kepala. Ada juga yang mengajarkan halal membunuh bagi yang tak sesuai ajaran mereka. Pemerintah dibilang thogut. Banyak pelajar kita dilanda kebencian akut.

Survei Wahid Institute, Pusat Pengkajian Islam Masyarakat dan Setara Institute pada 2016 lalu menunjukkan, 35,7% siswa di Indonesia memiliki paham intoleran dalam hal pemikiran. Paham itu sudah diejawantahkan dalam tindakan dan perkataan oleh 2,4% diantara mereka. Yang mengerikan, ada 0,3% pelajar kita berpotensi menjadi teroris!

Fakta-fakta itulah yang membuat Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo bergerak cepat. Ia yang sering diingatkan oleh mantan narapidana terorisme tentang ancaman laten radikalisme dan intoleransi di dunia pendidikan, langsung tancap gas melakukan pembenahan.

Sekolah-sekolah berpaham radikal disikat. Guru-guru yang mengajarkan kebencian langsung dibabat. Disamping itu, ia mencoba membenahi kurikulum untuk melawan paham-paham yang sesat.

Menggandeng pondok pesantren dan kampus, Ganjar mencoba membenahi sistem itu. Pondok pesantren dengan pendidikan karakter yang khas dan kampus dengan metode serta metodologi mumpuni, merupakan kunci pembenahan akhlak anak negeri.

Ulama-ulama besar sekelas pengasuh Pondok Pesantren Giri Kusumo, KH Munif Muhammad Zuhri atau yang akrab disapa Mbah Munif digandengnya. Rektor-rektor perguruan terkemuka jadi pendampingnya. Menamakan diri Forum Cinta Tanah Air, ulama dan cendekiawan itu berkumpul untuk merumuskan kurikulum yang bebas dari paham radikal dan intoleransi.

Empat kali sudah forum ini bertemu dan berdiskusi. Memetakan satu demi satu problem untuk dicarikan solusi.

Menarik menantikan hasil dari kegiatan ini. Tentu kita berharap, hasil forum ini bisa segera dieksekusi. Implementasinya dinantikan, dengan segala macam kelebihan dan kekurangan. Dan tak hanya Jawa Tengah, seluruh kepala daerah juga semestinya melakukan hal yang sama.

Butuh waktu lama untuk mencabut paham terorisme dari akarnya. Tapi kalau tidak sekarang, kapan lagi?

Karena kata pepatah...
Nasi telah menjadi bubur
Jangan taruh di atas cawan
Radikalisme dan intoleransi telah tumbuh subur
Mari rapatkan barisan untuk melawan

Salam waras!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun