Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Prediksi Kesuksesan di Masa Depan dengan Marshmallow Test

27 Januari 2023   21:09 Diperbarui: 27 Januari 2023   21:09 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Do something today that your future self will thank you for."

- Sean Patrick Flanery

            Dari kecil pasti kita selalu dibiasakan untuk bekerja keras atau sebaik mungkin entah oleh orang tua, guru atau orang yang mengatakan peduli kepada kita dengan alasan, "agar kita sukses di masa depan". 

Pemikiran ini tentu saja bagi kamu yang pernah mengalami ini akan terbawa hingga dewasa dimana misal kamu sukses nih ya ketika udah dewasa, merasa bahwa itu adalah hasil kerja kerasmu selama ini. Atau kamu menemui ada orang lain yang tidak sukses ketika dewasa dan beranggapan bahwa karena mereka tidak bekerja keras untuk mencapai kesuksesan. 

Apakah itu benar? Ada benarnya, tapi tak sepenuhnya. Pernah gak sih, kita berpikir ada gak ya cara memprediksi kesuksesan seseorang di masa depan? Kalau aku sendiri, ketika mengajar anak-anak di TK hanya dapat sekedar mendoakan anak-anak yang aku ajar bisa sukses di masa depan meskipun aku tidak tahu mereka akan benar-benar sukses atau tidak. 

Ternyata berkenaan prediksi ini terdapat cara ilmiah yang bisa digunakan oleh guru, orang tua, atau mungkin siapapun yang hendak mencoba untuk mengetahui pola pikir seseorang dimana hal tersebut memiliki pengaruh atas bagaimana kesuksesan dia di masa depan. Well, salah satu cara yang bisa dijadikan opsi untuk memprediksi ini dikenal dengan istilah Marshmallow Test yang mana merupakan salah satu tes dalam ilmu Psikologi yang biasanya memberikan korelasi antara pemikirannya sekarang dengan prediksi kesuksesan mereka di masa depan. So, kalau kamu penasaran berkenaan dengan hal ini, maka aku sarankan kamu untuk membaca tulisan ini hingga selesai agar kamu mendapatkan insight atas apa yang aku bagikan.

 Marshmallow test ini adalah salah satu penemuan dari salah satu Profesor dari Stanford University yaitu Walter Mischel pada tahun 1960 dan dia jadikan sebuah buku dengan judul "The Marshmallow Test : Understanding Self-control and How To Master It".

 Marshmallow test awalnya dilakukan kepada anak-anak dimana dalam percobaanya dapat menghasilkan dua teori berbeda tentang hal apa yang bisa membuat anak-anak sukses. Tes ini sebenarnya juga memiliki korelasi dengan kesuksesan hidup. Percobaannya seperti ini, misalnya terdapat anak-anak, lalu kamu bertanya dengan memberikan pilihan kepada mereka. Pertama, apakah anak ingin marshmallow sekarang tapi dapat hanya satu atau mendapatkan dua marshmallow tapi harus menunggu untuk beberapa jam dari sekarang?

Well, pada anak-anak yang ingin marshmallow sekarang, maka mereka cenderung menginginkan jalan pintas atau istilah lainnya dalam buku dari Mischel adalah Quick kill. Anak-anak ini cenderung tidak mau melakukan kerja keras dan menginginkan cara cepat dengan yaudah ngambil marshmallow yang benar-benar nyata ada saat itu. Tetapi, pada anak yang memilih untuk menunggu beberapa jam tadi, dia bisa mendapatkan dua marshmallow. Anak-anak tadi berpikir kalau mereka bisa bertahan, ada hadiah yang akan menunggu dimana mereka tidak akan mengambil jalan pintas. Kita bisa menganggap hal ini sebagai bentuk ujian kepada anak-anak dimana nantinya kita dapat melacak mereka waktu demi waktu. 

Contohnya gini, kita jadi bisa memprediksi mereka akan lebih sukses, memiliki tingkat perceraian yang lebih rendah di masa depan, pendapatan yang lebih tinggi, status yang lebih tinggi di masyarakat yang mana semua itu biasanya akan diraih dengan kita menunda kepuasan kita sekarang untuk mendapatkan hal yang lebih memuaskan di masa depan. Sama seperti marshmallow tadi, sekarang tapi mendapatkan satu, menunggu tapi dapat lebih dari satu. Jadi dapat kita sadari Bersama kalau salah satu kunci sukses dalam hidup adalah itu. Tes ini jangan hanya diyakini sebagai sains saja, yapi ambil pelajarannya bahwa jangan suka mengambil kesenangan yang instan tanpa mau menunda untuk kepuasan yang lebih luar biasa.

Sekarang pertanyaannya, apakah hal ini bisa diajarkan? Dan jawabannya adalah bisa. Well, sebenarnya berkenaan dengan hal ini sebagaian besar adalah pengaruh dari kepribadian seseorang yang terbentuk ketika masih sangat muda. Mischel memberikan perumpaan seperti ini, jika kita melakukan sesuatu kepada dua orang anak, yang satu dari keluarga yang tidak mampu sedangkan satunya dari keluarga yang berkecukupan. 

Pada umumnya ternyata anak-anak yang tidak mampu akan melakukan quick kill atau cara cepat karena mereka tahu kalau hal-hal dapat menghilang dengan cepat atau akan berubah di masa depan. Namun, akan berbeda dengan anak yang selalu berpikiran bahwa akan ada kota emas yang menunggu mereka kalau mereka mampu bertahan dengan ujian yang mereka hadapi sambil terus berusaha.

Apa yang manusia miliki adalah otak yang berbeda dari binatang dimana perihal memahami waktu. Mau bagaimanapun, misal kamu nih ya punya kucing atau anjing yang pintar sekali dan memahami setiap perkataanmu, coba deh ajari mereka tentang konsep hari, minggu, bulan, tahun, atau bahkan abad, dan jawabannya pasti sama yaitu mereka tidak mengetahui konsep-konsep waktu itu. Mengapa hal ini terjadi? Karena memang binatang peliharaan hidup untuk masa sekarang. 

Hal ini yang kemudian aku sendiri sadari bahwa kecerdasan memiliki peran dan mampu untuk memetakan masa depan atau mensimulasi hal apa yang akan terjadi di masa depan.

Jadi percobaannya seperti ini, ada dua orang dimana yang satu memiliki IQ rendah, yang satu IQ tinggi. Kita tempatkan mereka di ruangan yang sama dan beri mereka pekerjaan yang sama yaitu merampok bank. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Biasanya pada orang-orang yang ber-IQ rendah akan melakukan pekerjaan mereka yang merampok bank tadi dengan cara yang sebaik-baiknya. Dari mulai memetakan kapan waktu merampoknya, alat yang akan digunakan hingga skenario perampokan yang akan dilakukan. Namun, pada orang-orang yang ber-IQ tinggi sudah pasti akan dipusingkan dengan implikasi atau dampak hukum yang akan mengancam mereka kalau mereka melakukan perampokan bank.

Well, intinya apa? Terkadang kita terlalu fokus untuk mendapatkan kesenangan menggunakan cara singkat tanpa berpikir panjang mengenai hal apa yang akan terjadi di masa depan. 

Pada kasus perampok ber-IQ rendah misalnya, mereka hanya berpikir bagaimana caranya bisa merampok bank dan membawa pulang banyak uang. Sedangkan yang kedua daripada tertarik pada kesenangan diawal alias 'punya banyak uang dari merampok bank' dia akan jauh lebih fokus pada dampak kepada mereka di masa depan atas tindakan yang mereka pilih untuk dilakukan. Efek jangka panjang dari marshmallow test ini sendiri menurutku adalah proses penemuan diri. 

Dengan menunda sesuatu yang kita bayangkan dapat memberi keuntungan dua kali lebih besar kalau kita bersabar, maka kita akan menemui makna atas sabar, kemampuan bertahan hingga hal-hal baik apa saja yang akan terjadi di masa depan. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun