Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Teknik Feynman, Ini Dia Cara Ampuh Membuat Lawan Bicara Terkesan

29 Juni 2022   08:17 Diperbarui: 29 Juni 2022   13:36 1532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menarik lawan bicara (fauxels via pexels.com)

"If you can't explain it simply, you don't understand it will enough"

-Albert Einstein

Aku memiliki seorang teman yang cukup humoris. Dalam ilmu psikologi, seseorang yang humor atau memiliki selera humor justru cenderung lebih cerdas dari seseorang yang jauh lebih serius. 

Hal ini aku amini dengan mengetahui bahwa ternyata benar adanya, dilihat dari buku bacaan yang biasa ia baca justru berbanding terbalik dengan kepribadian yang biasa ditampakkan kepadaku.

Suatu saat aku berkunjung ke kos salah satu temanku dan yang pertama menarik perhatianku adalah daftar buku bacaannya yang terjejer rapi di rak. 

Ini pertama kalinya aku berkunjung ke tempatnya setelah sebelumnya kami hanya biasa bertemu diluar. Topik yang sering kali kami diskusikan ketika bertemu-pun adalah seputar persiapan studi lanjut. 

Aku merasa nyaman berteman dengannya adalah karena memang selain easy going namun selalu ada 'isi' di setiap diskusi yang kami lakukan. 

Sebagai sesama perempuan, biasanya ketika bertemu diluar akan lebih sering bergosip atau membicarakan satu hal yang tak terlalu penting, namun aku dengan temanku yang satu ini tidak.

Kembali lagi ke koleksi buku bacaan miliknya, buku koleksinya terbilang 'cukup berat' dibandingkan buku-buku yang biasa aku baca. Berat disini bukan dari segi fisik yang berat bila ditimbang, namun konteks bacaan yang ia miliki memaksa otak untuk berpikir lebih keras. 

Aku kira, orang yang humoris memiliki kecenderungan otak kanan dalam berpikir,tapi ternyata temanku ini jelas sekali condong ke otak kiri. Kutemui buku bacaannya terkait buku-buku pemikiran, sejarah umat manusia, bahkan masih kutemui beberapa buku fisika, kimia dan semacamnya berjejer rapi padahal jurusan kuliahnya juga di bidang sosial.

Meskipun bacaan yang ia miliki berat bagiku, aku coba untuk menanyakan isi dari salah satu buku karya Yuval Noah Harari, dan penjelasan yang ia berikan kepadaku begitu mudah untuk aku cerna dan pahami. 

Aku tanyakan lagi satu buku, dia kembali menjelaskan dengan cara yang masih sederhana. Tentu, hal ini merupakan kelebihan yang temanku miliki.

Aku memberanikan diri untuk bertanya kepadanya tentang bagaimana dia belajar untuk mendeskripsikan sesuatu yang kompleks dengan begitu mudahnya, dan dia menjawab kalau dia terbiasa menggunakan teknik feynman. 

Nah, dalam tulisan kali ini, aku hendak membagikan kepadamu mengenai teknik yang satu ini. Well, kalau kamu penasaran maka aku sarankan kamu untuk membaca tulisan ini hingga selesai agar kamu mendapatkan insight atas apa yang aku bagikan.

Pertama, dia menceritakan kepadaku awal mula mengenal dan mempraktikkan teknik ini. Saat itu, dia suka sekali mengikuti lomba debat dari SMA dimana dalam lomba debat salah satu keterampilan yang perlu untuk dimiliki seseorang adalah berpikir cepat diimbangi oleh public speaking yang bagus. Ketika kelas 10 SMA, dia selalu gagal dan tidak pernah menang satu lomba pun. 

Sempat putus asa dalam beberapa saat, temanku ini perlahan bangkit dan mulai mengevaluasi dirinya dengan menonton video-video kegagalan dia pada tiap lomba yang diikuti.

Akhirnya, dia pun sadar bahwa kemampuan untuk berpikir cepat dan public speaking yang bagus tidak cukup, ia harus berpikir dan public speaking cerdas. 

Temanku ini menyadari bahwa seringkali argumen yang ia paparkan ketika lomba itu berbelit-belit dan sulit untuk dipahami oleh lawan bahkan juri. 

Tentu saja, hal ini sangat tidak menguntungkan. Karena memang temanku ini banyak terinspirasi dari kalimat yang digunakan dalam buku-buku yang ia baca sejak SMA dimana begitu baku, statis dan sama sekali tidak sederhana maka ia menemui salah satu teknik yang menolongnya hingga bisa selalu menang ketika berlomba sampai saat ini yaitu teknik feynman. Sebuah teknik untuk dapat menjelaskan suatu konsep yang kompleks dengan begitu sederhana dan mudah untuk dipahami.

Temanku menjabarkan bahwa teknik ini berasal dari seseorang yang Bernama Richard Feynman, seorang Fisikawan teoritis yang memiliki begitu banyak penghargaan termasuk Nobel Fisika pada tahun 1965 untuk teori elektrodinamika quantum yang ia kembangkan bersama temannya. 

Jelas, temanku sangat antusias ketika menceritakan hal ini karena memang ia suka fisika. Hal yang membuat Feynman unik adalah ia jenius dalam menjelaskan konsep-konsep yang kompleks dengan mudah. 

Hal ini diapresiasi dengan diberikannya julukan "The Great Explainer" terhadap dirinya. Temanku juga memaparkan bahwa cara yang digunakan oleh Feynman adalah membagi-bagi konsep kompleks yang hendak ia jelaskan kedalam konsep yang lebih sederhana dan lebih mudah untuk dipahami. 

Ketika menjelaskan sesuatu yang kompleks, Feynman membagi konsep-konsep tersebut kedalam konsep-konsep yang lebih sederhana sehingga lebih mudah untuk dipahami. 

Nah, teknik belajar dan mengajar tersebut sudah dilakukan oleh Feynman sejak dia kuliah di Princeton dan siapa tahu kamu juga secara tidak sadar pernah menggunakan cara serupa. Memangnya bagaimana teknik feynman ini? Teknik feynman dibagi dalam 4 tahapan, diantaranya

Pertama, mengenali topik pembahasan

Berkenaan dengan yang satu ini, aku rasa sudah mutlak. Kita pasti memiliki kecenderungan untuk gelagapan atau sulit menjelaskan apabila tidak terlalu mengenal dan menguasai topik bahasan yang hendak kita jelaskan. 

Semakin banyak informasi yang kita ketahui dari topik yang hendak kita bahas akan membuat kita semakin percaya diri ketika hendak menjelaskan hal tersebut.

Kedua, Ibaratkan menyampaikan pesan pada anak kecil

Selayaknya menulis pesan kepada anak kecil, maka kita perlu untuk berpikir bagaimana menuliskan sesuatu dengan jelas dan sederhana. Indikator yang satu ini menurut Feynman adalah cukup mutlak karena apabila kita sukses menuliskan sesuatu yang mudah untuk anak kecil pahami, maka orang dewasa juga akan mudah untuk memahaminya. 

Memang, dibutuhkan keterampilan dan banyak berlatih berkenaan langkah kedua ini, namun sulit bukan berarti tidak bisa bukan? Setelah berlatih menulis pesan sederhana seolah pesan tersebut ditujukan dan akan dibaca oleh anak kecil, maka selanjutnya adalah berlatih untuk menyampaikan atau berbicara.

Hal yang perlu diperhatikan pada konsep yang satu ini adalah harus berbicara dengan sederhana tanpa menggunakan kosakata yang sulit dimengerti. Usahakan kamu untuk menjelaskan sesuatu dengan singkat namun tetap fokus pada esensi dari pembicaraan atau hal yang hendak dijelaskan.

Ketiga, Mastering what you know and not

Ketika kamu sudah mencoba mengajarkan topik yang kamu pelajari terhadap seorang anak, maka selanjutnya kamu kamu harus take a notes terhadap materi tersebut. Apakah sudah disampaikan dengan baik atau tidak.

Beberapa saran yang temanku sampaikan, kamu dapat melihat kembali pada sumber yang sebelumnya kamu gunakan seperti buku, internet, jurnal, dan lainnya untuk dapat mengenal lebih dalam lagi topik tersebut.

Setelah yakin materi tersebut dapat kamu pahami dan kamu rasa mahir terhadapnya, maka kamu bisa lanjut ke langkah selanjutnya, namun bila belum, maka kamu perlu untuk mengulangi langkah ini hingga mahir.

Terakhir, Rapikan, peringkas lalu ceritakan

Langkah terakhir ini ibarat microteaching atau rehearsal yang perlu untuk kamu lakukan untuk mengetahui sejauh mana kamu sukses membawakan materi atau topik yang kamu sampaikan.

Hal yang pasti adalah kamu perlu untuk merapikan apa yang sudah kamu tulis, meringkas dalam bentuk konsep yang sederhana lalu jelaskan ibarat menceritakan sesuatu yang mudah untuk dicerna.

Perumpamaan atau analogi adalah cara menjelaskan sesuatu yang paling mudah untuk diterima. Maka kamu dapat menggunakan hal ini sebagai salah satu caranya.

So, itulah tadi teknik Feynman yang temanku gunakan agar terlihat mahir dalam menjelaskan suatu hal yang kompleks namun dengan cara yang sederhana dan mudah dicerna.

Tentu saja, apabila hal ini kamu juga gunakan dalam belajar dan menjelaskan satu hal yang baru terhadap orang lain, maka kamu akan sukses membuat lawan bicaramu terkesan terhadap apa yang kamu jelaskan.

Sama halnya yang terjadi padaku yang terkesan dengan bagaimana cara temanku menjelaskan seperti apa yang telah aku ceritakan diawal. Ketika sudah mengetahui hal ini, jangan lupa untuk mencoba mempraktikkannya juga ya. 

Semoga tulisan ini bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun