Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Fabel: Kisah Cheetah, Kungkang, dan Hutan yang Terkekang

12 Oktober 2021   20:18 Diperbarui: 12 Oktober 2021   20:26 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Coba saja kamu sadar, kehidupan kini berjalan begitu cepat. Waktu bergulir seolah tak memiliki hasrat. Terlewat begitu saja, hingga kamu yang baru melihat matahari terbit terkecoh olehnya yang sudah bergulir jauh di ufuk barat. Kisah ini datang dari sebuah hutan yang terkekang, dimana kehidupan didalamnya sulit untuk berjalan lapang. Pelik, sukar, dan hampa tuk bertemu kebebasan. Hutan ini penuh dengan pohon tinggi besar. Ia rimbun, gelap, lembab. Seharusnya, kehidupan di dalamnya berjalan tenang dan diliputi kedamaian. Nyatanya, penuh dengan aturan yang sulit dicerna pikiran.

 Hutan ini terkekang bukan tak beralasan. Hal ini karena penguasanya adalah Cheetah yang terbiasa melakukan hal apapun dengan kecepatan. Bila saja kamu penasaran, akan sedikit kubagikan cerita mengenai bagaimana kecepatan yang diterapkan Cheetah mengekang dan merampas kebebasan makhluk hutan, terlebih para kungkang.Kalau boleh kuberi saran, bacalah kisah ini dengan hati lapang dan pikiran yang tenang.

Kembali pada awal mula hutan masih tenang. Benar, saat itu Cheetah belum berkuasa. Hewan-hewan masih bebas kesana kemari, bercengkrama, bertetangga. Bila ada ranting pohon bergoyang, tandanya para tupai tengah kejar-kejaran memperebutkan buah pinus yang hendak jatuh menyentuh daratan. Bila ada air yang tenang, berarti buaya dan kuda nil tengah berendam menikmati waktu lapang. Berbeda dengan kini, ketika ranting pohon bergoyang itu tanda para monyet tengah berlompatan karena khawatir dihukum oleh Cheetah bila bermalas-malasan. Dan bila ada air sungai yang tenang, itu tanda sudah tak ada lagi kehidupan.  Buaya dan kuda nil telah pergi jauh berenang mencari tempat lain untuk menghabiskan waktu lapang. Semua yang berjalan kini, hutan, makhluk, dan kehidupan didalamnya harus berjalan sesuai dengan kekangan aturan Cheetah yang serba cepat dan terlihat sibuk.

Cheetah menganggap bahwa kecepatan dan ketegasan adalah kunci sebuah keteraturan dan kemajuan. Modernitas para penghuni hutan adalah cita-cita yang Cheetah kejar hingga enggan menoleh kebelakang. Sejak awal kepemimpinannya, banyak sekali peraturan yang ia anggap sebagai sebuah perubahan besar dan dibutuhkan oleh para penduduk hutan. Sebut saja para gajah, mereka tak diperbolehkan bergerombol dalam mencari makan karena badannya yang besar dan jalannya yang lambat dapat menganggu makhluk hutan yang lain ketika hendak menggunakan jalan untuk mencari makan. Para elang yang tak diperbolehkan memiliki sarang.

 Cheetah menganggap, sarang hanya akan membuat para elang bermalas-malasan dan enggan untuk terbang. Monyet yang harus berlari dan jangan berlompatan ketika mencari makan, hal ini berdasar alasan para monyet harus melatih otot kaki mereka agar kuat dan tahan berlari seharian.

Ia menganggap, lambat dan kemalasan adalah dosa besar apabila ia terjadi dibawah kepemimpinannya dalam hutan.

 Itulah mengapa, Cheetah begitu membenci Kungkang. Benar, Cheetah menganggap Kungkang begitu lambat dan pemalas dimana ia bisa menghabiskan waktu tidak melakukan apapun dalam satu pekan. Saking tak sukanya Cheetah pada Kungkang, ia memiliki maksud licik untuk mengusirnya dan melepas statusnya sebagai makhluk hutan. Suatu hari, Cheetah datang berkunjung ke rumah Kungkang,

"Hei Kungkang, bagaimana kabarmu diatas sana?" Cheetah berteriak.
Kungkang yang mendengar suara Cheetah dari bawah pohon, menoleh dan menjawab,
"Ha-lo Chee-tah, a-ku baik-baik sa-ja ten-tu-nya," timpal Kungkang lambat.

"Kamu sedang apa? Cobalah turun mengobrol denganku sebentar," bujuk Cheetah.

"A-ku te-ngah mem-bu-at ma-kan si-ang, tung-gu se-ben-tar, a-ku a-kan tu-run," jawab Kungkang.

"Ish, menjawab pertanyaan saja butuh beberapa menit, lambat sekali Kungkang ini," Ujar Cheetah dalam hati.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Kungkang turun dan menghampiri Cheetah yang mengajaknya ngobrol.

"A-da a-pa Chee-tah?"
"Aku ingin memberikan sebuah penawaran kepada kamu wahai Kungkang"

"Pena-wa-ran a-pa wahai Cheetah?" tanya Kungkang.

"Begini, aku merasa hutan ini tak lagi aman. Beberapa hari ketika aku tengah berkeliling menyusuri hutan, aku melihat para pemburu tengah bersiap untuk menangkap kita semua para penduduk hutan. Dan karena ini, aku begitu mengkhawatirkan keselamatanmu wahai Kungkang" Ujar Cheetah.

"Kha-wa-tir pa-da-ku?" tanya Kungkang kebingungan.

"Iya, aku mengkhawatirkan dirimu yang begitu lambat sehingga tidak dapat berlari atau melompat dengan cepat ketika nanti pemburu datang menyerang. Seluruh penduduk hutan yang lain sudah aku beri tahu dan aku yakin mereka dapat berlari kencang karena telah aku latih dengan aturan-aturan yang aku buat selama ini. Oleh karena itu, sebelum pemburu itu memasuki hutan dan menyerang, aku menyarankan kamu untuk pergi terlebih dahulu meninggalkan hutan dan mencari tempat lain yang lebih aman wahai Kungkang," Cheetah menjelaskan.

"Be-nar-kah be-gi-tu? Ta-pi hu-tan i-ni ada-lah ru-mah-ku wa-hai Chee-tah. Be-rat ha-ti-ku un-tuk me-ning-gal-kan-nya." Jawab Kungkang.

"Bagaimanapun, aku sebagai pemimpin di hutan ini meminta kamu untuk meninggalkan hutan ini wahai Kungkang, kalau tidak, kamu akan mati ditangkap oleh pemburu," Ujar Cheetah bersikeras lantas meninggalkan Kungkang.

Sebenarnya, penawaran yang Cheetah berikan adalah skenario yang ia buat. Jangankan berkeliling hutan, waktu Cheetah setiap harinya hanya habis untuk membuat aturan-aturan baru dan menghukum makhluk hutan yang melanggar peraturan yang ia buat. Ia hanya mengada-ngada untuk membuat Kungkang ketakutan dan meninggalkan hutan. Ia menganggap dengan mengekang penduduk hutan dengan peraturan-peraturan yang ia buat dapat membuat penduduk hutan patuh dan tunduk terhadapnya, dan tentu saja semua berjalan dengan cepat sesuai keinginannya.

Tanpa Cheetah ketahui, Kungkang sebenarnya mengetahui Cheetah berbohong. Ia tahu kalau diluar hutan tak ada pemburu. Sebab, Kungkang dapat melihat kondisi luar hutan melalui rumahnya yang tinggi diatas pohon. Itulah mengapa, ia merasa tak perlu untuk meninggalkan hutan. 

Namun selang beberapa hari, Kungkang melihat segerombolan pemburu membuat barak dan perangkap dipinggir hutan tanpa diketahui oleh Cheetah. Ia pun memberitahukan makhluk hutan yang lain mengenai hal ini agar mereka meninggalkan hutan karena pemburu telah mempersiapkan berbagai jebakan untuk menangkap mereka.  

Berita mengenai adanya pemburu diluar hutan akhirnya sampai ke telinga Cheetah. Ia yang mengetahui Kungkang menggunakan alasan yang ia buat untuk mengusir Kungkang secara diam-diam digunakan oleh Kungkang. Tentu saja Cheetah murka mengetahui hal ini dan menganggap Kungkang selain lambat, malas, namun juga diam-diam licik.

 Akhirnya, Cheetah membuat pengumuman agar seluruh penduduk hutan untuk berkumpul di depan istananya, kecuali Kungkang.

"Wahai seluruh penduduk hutan, kalian tidak perlu mengikuti perkataan Kungkang. Ketahuilah, Kungkang itu adalah hewan yang malas, bodoh dan licik. Hutan kita ini aman, dan kita dapat berlari kencang kalaupun ada pemburu!" Ujar Cheetah.

"Tapi, bagaimana kalau yang diucapkan Kungkang ada benarnya wahai Cheetah?" Tanya Rusa.

"Benar, Kungkang mengatakan bahwa pemburu itu sudah membuat jebakan dimana-mana" Ujar Gajah.

"Sudah, kalian tidak perlu khawatir. Kita hanya perlu berlari agar lolos dari pemburu. Yang perlu kalian lakukan saat ini adalah jangan dengarkan perkataan Kungkang. Apabila nanti Kungkang mengatakan hal seperti ini lagi, jangan percaya padanya. Kungkang itu lambat, makanya ia tidak suka kepada kita yang dapat berlari kencang." Tegas Cheetah.

Akhirnya penduduk hutan mengiyakan perkataan Cheetah. Kungkang setiap harinya melihat persiapan pemburu untuk memasuki hutan. Kungkang mengetahui dimana saja letak jebakan yang para pemburu buat. Ia kembali menyebarkan hal tersebut kepada penduduk hutan namun tak ada satupun yang mempercayai perkataannya. 

Sebaliknya, ia baru mengetahui kalau penduduk hutan menganggap ia adalah hewan yang lemah, lambat, nan bodoh. Kungkang juga mengetahui kalau yang mengatakan hal tersebut adalah Cheetah. Tentu saja Kungkang sakit hati dan akan membuktikan bahwa apa yang ia katakan adalah benar dan meskipun lambat namun ia bukan hewan yang lemah  dan bodoh.

Pagi itu, Kungkang sibuk melumuri tubuhnya dengan lumut dan merekatkan lengannya kuat pada dahan pohon. Hal tersebut ia lakukan karena pemburu pada akhirnya menyerang hutan.Selang beberapa menit, suara tembakan terdengar disana-sini. Hewan-hewan berlari sekencang mungkin namun karena banyaknya perangkap yang telah pemburu pasang, tetap saja semua hewan tadi tertangkap termasuk Cheetah. Ia terperangkap jaring pemburu dan terangkat keatas pohon yang begitu tinggi.

 Pemburu akhirnya bergantian membius dan membawa semua hewan buruan yang tertangkap. Namun, karena hari telah malam, pemburu beristirahat dan membiarkan Cheetah terperangkap untuk dibawa keesokan harinya.
Di dalam jaring, Cheetah merasa begitu menyesal tidak mempercayai ucapan Kungkang. Cheetah-pun akhirnya menangis, hingga ada sebuah suara yang begitu familiar mengucapkan sesuatu padanya.

"Ja-ngan me-na-ngis Chee-tah," Ujar Kungkang.

Tentu saja, Cheetah terkejut ketika mengetahui di ujung dahan pohon tempat ia terjebak, ada Kungkang yang tengah bergantung. Badan Kungkang yang dipenuhi lumut dan serupa dengan warna batang pohon membuat ia terlihat samar dan tidak tertangkap oleh pemburu.

"Maafkan aku wahai Kungkang. Aku tidak percaya dengan apa yang kamu ucapkan dan menganggap karena jalanmu lambat, kamu juga pemalas dan bodoh." Jelas Cheetah.

"Ti-dak apa-apa Chee-tah. A-ku me-mang lam-bat, na-mun a-ku ti-dak bo-doh la-gi le-mah," Jelas Kungkang.

Kungkang akhirnya menjelaskan kepada Cheetah bahwa tidak semua hal yang cepat itu baik dan dapat diterima. Lambat juga bukan lantas menjadi satu hal yang tidak baik. Sebab, yang terpenting adalah bagaimana sesuatu dapat bertahan ditengah kecepatan yang berlalu tadi. Aturan yang Cheetah buat sebagai pemimpin hutan ini bermula dengan niat yang baik, agar semua berjalan teratur dan cepat. Namun, Kungkang yang lambat juga bagian dari orang yang Cheetah pimpin. 

Tanpa Cheetah sadari, hutan ini terkekang oleh aturan yang ia buat dan lihat sendiri akibatnya. Coba saja penduduk hutan mendengarkan apa yang Kungkang katakan agar mereka bersembunyi atau pergi meninggalkan hutan terlebih dahulu. Pasti mereka tak akan tertangkap oleh pemburu. Karena, berlari kencang saja tak cukup untuk membuat mereka aman, sebab pemburu lebih cerdik dengan membuat perangkap dimana-mana. Mengetahui hal tersebut, Cheetah pada akhirnya sadar dan merasa bersalah sepanjang hidupnya. Keesokan harinya iapun dikeluarkan dari perangkap dan dibawa oleh pemburu. Sedangkan Kungkang, ia menjadi satu-satunya hewan hutan yang selamat karena pemburu tidak menyadari keberadaannya di pohon  besar tempat ia bergantungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun