Sebagaimana biasanya, seorang yang menderita maladaptive daydreaming akan mengungkapkan bahwa khayalan yang mereka alami memiliki ikatan yang cukup kuat dengan batinnya, dimana ia bahkan bisa mengalami perubahan emosi seperti senang, sedih, sampai tertawa dan menangis saat tenggelam dengan khayalan tersebut.
Kalau dilihat pada gejala yang ada, seseorang yang mengalami gangguan psikis maladaptive daydreaming dapat berakibat ia melamun secara berjam-jam sendirian.Â
Tetapi, ia akan tetap berusaha untuk dapat mengendalikan hasrat yang ia miliki untuk tenggelam dalam mimpi tersebut ketika tengah berada dalam keramaian atau di tengah-tengah masyarakat.
Tidaklah mudah untuk dapat mengidentifikasi gejala maladaptive daydreaming, terlebih lagi kalau si penderitanya sendiri tidak sadar bahwa mereka mengalami gangguan ini.Â
Meskipun begitu, beberapa gejala umum yang dialami oleh penderita maladaptive daydreaming diantaranya seperti khayalan yang begitu jelas serta mendalam.Â
Khayalan ini juga biasanya berlangsung untuk waktu yang lama dan memang sulit untuk dihindari oleh mereka. Dan tentu saja, hal ini berakibat pada si penderita menjadi tidak mampu untuk melakukan tugas sehari-hari.Â
Biasanya, kebiasaan melamun ini dipicu oleh peristiwa atau rangsangan eksternal seperti menonton film, mendengarkan musik, gangguan tidur atau insomnia, serta gerakan yang berulang dan tak disadari ketika melamun seperti halnya menggoyang-goyangkan kaki atau kedutan.
Coba deh kamu lihat orang-orang yang melamun, Â biasanya mereka tidak mendengar bukan ketika kita mencoba memanggil?Â
Nah, itulah mengapa terkadang penderita maladaptive daydreaming turut mengalami gejala fokus yang pendek. Hal yang seperti ini juga terjadi pada penderita Attention Deficit Hyperactivity Disorders (ADHD).
Bagi orang awam, maladaptive daydreaming kerap pula dianggap sama dengan skizofrenia yang juga merupakan tipe psikosis. Tetapi, ada perbedaan mendasar yang ada pada keduanya, yaitu pada tingkat kesadaran si penderita.
Penderita maladaptive daydreaming sadar bahwa khayalannya tidak nyata sehingga dapat membedakan fakta dan mimpi. Sebaliknya, penderita skizofrenia tidak bisa membedakan realita dengan fantasi.