"Tak ada yang salah dengan bermimpi, yang salah adalah ketika kamu hanya bermimpi tapi untuk mewujudkannya kamu tak memiliki nyali."
-Puja Nor Fajariyah
Perihal mimpi, aku yakin setiap manusia pasti memilikinya. Mimpi yang aku maksud disini adalah cita-cita atau keinginan yang ingin sekali untuk diraih. Aku yakin pasti ada dari kamu yang memiliki mimpi ingin hidup bahagia, berpendidikan tinggi, harta melimpah dan lain-lain.Â
Atau bahkan, sampai kepada mimpi yang mustahil untuk dapat diwujudkan seperti memiliki sayap untuk terbang. Oke, masih sehubungan dengan mimpi, biasanya apa yang kamu lakukan ketika pikiran akan mimpi itu datang? Biasanya, kita akan melamun ketika memikirkan hal tersebut. Iya tidak?
Well, kali ini aku ingin membahas sesuatu yang berhubungan dengan hal ini. So, kalau kamu penasaran mengenai apa yang hendak aku bahas kali ini aku sarankan kamu untuk membaca tulisan ini hingga selesai agar kamu mendapatkan insight atas apa yang aku bagikan.
Kondisi dimana ketika kamu bermimpi kemudian itu menyita sebagian besar waktumu di dunia nyata itu disebut dengan maladaptive daydreaming. Dalam psikologi, kondisi ini membuat penderitanya melamun selama berjam-jam. Tetapi, hal ini tidak termasuk dalam mental illness serta penderitanya tidak memerlukan perawatan khusus.
![Ilustrasi Maladaptive Daydreaming-Sumber: Beauty Journal Sociolla](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/05/18/images-4-60a32895d541df0db905a9d2.jpeg?t=o&v=770)
Maladaptive daydreaming ini merupakan kondisi dimana seseorang terjebak dalam lamunan hingga menghabiskan waktu berjam-jam sehingga ia abai akan hubungan dan tanggung jawab yang ia miliki dalam kehidupan nyata. Nah, kondisi mental yang seperti ini kemudian dapat berakibat tekanan klinis serta gangguan fungsi kesehatan bagi penderitanya.
Dulu, aku pernah menyinggung dalam tulisanku mengenai "Hyphophrenia" dimana untuk mendiagnosa kesehatan mental atau gangguan mental.Â
Para psikolog atau psikiater berpedoman pada buku yaitu buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-V), nah ketika tidak ada dalam buku itu maka bisa dikatakan itu bukan termasuk dalam kategori gangguan mental atau mental illness.Â
Begitu juga dengan maladaptive daydreaming ini, karena ia tidak terdapat dalam buku ini, maka ia tidak masuk dalam golongan gangguan mental. Itulah mengapa, para ahli kejiwaan berpendapat bahwa penderita maladaptive daydreaming ini tidak memerlukan pengobatan khusus.
Sebagaimana biasanya, seorang yang menderita maladaptive daydreaming akan mengungkapkan bahwa khayalan yang mereka alami memiliki ikatan yang cukup kuat dengan batinnya, dimana ia bahkan bisa mengalami perubahan emosi seperti senang, sedih, sampai tertawa dan menangis saat tenggelam dengan khayalan tersebut.
Kalau dilihat pada gejala yang ada, seseorang yang mengalami gangguan psikis maladaptive daydreaming dapat berakibat ia melamun secara berjam-jam sendirian.Â
Tetapi, ia akan tetap berusaha untuk dapat mengendalikan hasrat yang ia miliki untuk tenggelam dalam mimpi tersebut ketika tengah berada dalam keramaian atau di tengah-tengah masyarakat.
Tidaklah mudah untuk dapat mengidentifikasi gejala maladaptive daydreaming, terlebih lagi kalau si penderitanya sendiri tidak sadar bahwa mereka mengalami gangguan ini.Â
Meskipun begitu, beberapa gejala umum yang dialami oleh penderita maladaptive daydreaming diantaranya seperti khayalan yang begitu jelas serta mendalam.Â
Khayalan ini juga biasanya berlangsung untuk waktu yang lama dan memang sulit untuk dihindari oleh mereka. Dan tentu saja, hal ini berakibat pada si penderita menjadi tidak mampu untuk melakukan tugas sehari-hari.Â
Biasanya, kebiasaan melamun ini dipicu oleh peristiwa atau rangsangan eksternal seperti menonton film, mendengarkan musik, gangguan tidur atau insomnia, serta gerakan yang berulang dan tak disadari ketika melamun seperti halnya menggoyang-goyangkan kaki atau kedutan.
Coba deh kamu lihat orang-orang yang melamun, Â biasanya mereka tidak mendengar bukan ketika kita mencoba memanggil?Â
Nah, itulah mengapa terkadang penderita maladaptive daydreaming turut mengalami gejala fokus yang pendek. Hal yang seperti ini juga terjadi pada penderita Attention Deficit Hyperactivity Disorders (ADHD).
Bagi orang awam, maladaptive daydreaming kerap pula dianggap sama dengan skizofrenia yang juga merupakan tipe psikosis. Tetapi, ada perbedaan mendasar yang ada pada keduanya, yaitu pada tingkat kesadaran si penderita.
Penderita maladaptive daydreaming sadar bahwa khayalannya tidak nyata sehingga dapat membedakan fakta dan mimpi. Sebaliknya, penderita skizofrenia tidak bisa membedakan realita dengan fantasi.
Kalau kamu sendiri merasa kalau kamu mengalami maladaptive daydreaming, maka tak ada salahnya untuk kamu menemui ahli kejiwaan. Dari sana kemudian, para ahli jiwa akan menentukan derajat keparahan kondisi yang ada pada anda berdasarkan beberapa lima faktor yaitu
Pertama, Isi dan kualitas khayalan kamu.
Kedua, kemampuan seseorang untuk mengontrol khayalan dan paksaan untuk melamun.
Ketiga, tingkat keparahan gangguan yang disebabkan oleh lamunan tersebut.
Keempat, pandangan seseorang tentang kegiatan melamun itu.
Terakhir, kemampuan seseorang untuk terus beraktivitas secara normal meski sering mengalami maladaptive daydreaming.
Tidak ada standar pengobatan khusus untuk penderita maladaptive daydreaming. Meskipun begitu ada beberapa hal yang disarankan oleh dokter untuk meringankan gejala kamu yaitu dengan mengurangi rasa lelah, mencatat pola, memberitahu orang lain, serta terapi.Â
Dokter beranggapan bahwa penderita maladaptive daydreaming tidak perlu mengonsumsi obat apapun. Meski demikian, beberapa orang yang mengalami gejala ini merasa terbantu dengan konsumsi obat yang mengandung fluvoxamine.Â
Namun, klaim ini baru berdasarkan testimoni indivisual. Pemakaian obat apapun, terutama yang memiliki efek pada psikis kamu sebaiknya hanya dilakukan dengan rekomendasi dan pengawasan dokter.
Itulah tadi sedikit pembahasanku mengenai maladaptive daydreaming. Terakhir, saran yang hendak aku berikan kepadamu kalau kamu mengalami hal ini adalah cobalah untuk sembari mewujudkan apa yang kamu impikan daripada hanya larut dalam lamunan dan tak mengubah apa-apa. Terima kasih sudah membaca, semoga tulisan ini bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI