Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Tentang Ruminasi, Sulitnya Berhenti Memikirkan Hal yang Tak Pasti dan Membuat Sakit Hati

8 Mei 2021   09:42 Diperbarui: 8 Mei 2021   09:45 2353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain teori RST dari Nolen-Hoeksema, terdapat pemahaman lain mengenai ruminasi ini, terangkum dalam Goal Progress Theory (GPT) yang dikemukakan oleh Edward Watkins. Kalau kamu pernah mengetahui mengenai Zeirganik Effect atau penjelasan ilmiah mengenai mengapa seseorang lebih mudah untuk mengingat sesuatu yang belum selesai daripada yang sebaliknya, maka ruminasi secara spesifik telah terkonsep dalam teori RST tadi sebagai bentuk respon mengenai sebuah kegagalan dalam mencapai suatu tujuan. Kalau berbicara mengenai mekanisme, ia berjalan sebagaimana semestinya. Sama seperti yang tadi telah aku jelaskan di awal yaitu karena ruminator memikirkan secara kontinyu terkait berbagai faktor penyebab kegagalan tadi. 

Ada lagi rangkuman yang tertulis dalam Roadmap to Rumination dari National Center for Biotechnology  on sadness, Stress Reactive Rumination, Self-Regulatory Executive  Function, Conceptual Evaluative & Experiental, hingga Rumination & Self-Regulation yang mana ini semua adalah varian baru dari ruminasi.

 Meskipun memiliki berbagai varian baru tadi, ruminasi ini sendiri tetap adalah salah satu penyebab utama dari terjadinya kecemasan atau anxiety, depresi, dan stres akut. Berdasarkan data terakhir yang ada di lapangan, pada tahun 2000 menunjukkan bahwa sepanjang 2,5 tahun terakhir, terdapat 137 orang mengalami depresi akibat ruminasi. Riset ini terdapat di American Psychological Association (APA) yang dilakukan oleh Nolen-Hoeksema juga. 

Apabila melihat pada contoh tindakan yang biasanya dilakukan oleh ruminator, karakteristik umum yang dilakukan adalah meliputi kecenderungan dalam mengonsumsi alkohol secara berlebihan, memiliki keinginan untuk bunuh diri, hingga kesulitan yang amat pelik dalam hal memaafkan diri sendiri. 

Lantas, apabila ada yang bertanya, apakah gejala yang dimiliki oleh ruminator perempuan dan laki-laki itu sama? Jelas jawabannya adalah tidak.

Kita ketahui bersama bahwa dari kecenderungan berperilaku dan berpikir pada laki-laki dan perempuan itu berbeda. Ada istilah yang lazim kita kenal dengan 'Kalau laki-laki berpikirkan pake logika, kalau perempuan memakai rasa alias perasaan"

Coba deh kamu perhatikan mereka atau kamu yang pernah mengalami patah hati yang sedemikian pahit. Pernah gak sih kamu ketika mengingat kejadian pahit tadi, alih-alih coba mengalihkannya, eh malah gak bisa. Nah, bisa jadi kamu adalah seorang ruminator yang sedang mengalami ruminasi. Well, ruminasi ini bisa juga dibilang sebagai bentuk refleksi diri agar diri tak lagi mengalami rasa pahit yang sama lagi. Namun, pada kasus ruminasi akut, itu akan membuat seseorang akan terobsesi untuk selalu mengingat hal tersebut, meskipun pada nyatanya sekarang tidak lagi merasakan hal yang sama. 

Nah dari sana kemudian, pikiran seperti ini akan mengakibatkan terkuasainya ia oleh emosi negatif dari berbagai lini. Ibaratnya nih ya, orang yang terkena ruminasi ini seperti hamster yang berlari di atas lingkaran berputarnya tanpa jeda. 

Ruminator akan terjebak dan secara kontinyu akan memikirkan kenangan pahit yang telah terjadi tapi tidak menemukan jalan keluar atasnya. Ya tentu saja kalau sudah begini, situasi yang terjadi justru akan menjadi semakin parah. Sudah tidak menemukan solusi, eh beban di pikiran justru semakin berlipat. Sungguh sia-sia bukan?

Sejatinya, orang-orang yang terkena ruminasi perlu untuk menerima dan meminta bantuan dari non-ruminator atau profesional atas apa yang mereka hadapi. Dan ya biasanya, hal ini cukup berhasil. Meskipun, tidak berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Biasanya, efeknya hanya sebentar dan ketika ruminator dihadapkan pada keadaan pemicu ia untuk mengingat apa yang membuatnya sakit hati, ia akan memikirkan lagi mengenai hal-hal tadi. 

Pernyataan mengenai hal ini pernah dikutip oleh Bridget Murray Law dari APA dimana tertuang dalam sebuah esai miliknya yang berjudul 'Probing The Depression-Rumination Cycle".  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun