Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Artikel Utama

"Rhotascim", Berbicara dan Berbahasa Juga Ada Seninya

25 Februari 2021   13:41 Diperbarui: 1 Maret 2021   14:16 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama, disebabkan oleh kurang matangnya sistem saraf otak yang mengatur kemampuan berbahasa atau berbicara.
Adapun sistem saraf ini dikenal dengan area Broca dan area Wernicke.

Usia menjadi penguat akan matang atau tidaknya suatu sistem saraf pada otak. Itulah mengapa penting atau perlu kiranya untuk memperhatikan faktor-faktor seperti ini ketika orang tua atau guru hendak untuk mengajarkan berbahasa pada anak atau murid mereka.

Kedua, terganggunya koordinasi bibir dan saraf motorik otot-otot lidah.
Sering gak sih kita terkadang bingung, mengapa ketika kita meminta orang rhotascim melafalkan huruf-huruf tertentu yang tidak bisa mereka ucapkan? Ketika kita memperhatikan seolah susah sekali dan justru membuat kita merasa kasihan.

Dan ya, hal ini karena terdapatnya gangguan pada koordinasi antara bibir dan syaraf motorik pada otot-otot lidah orang tersebut.

Ketiga,mengalami ankyloglossia atau tongue tie. Ini merupakan perbedaan panjang pendeknya frenulum linguae. Frenulum linguaeini merupakan jaringan atau lipatan membran mukus yang menhubungkan antara bagian dasar mulut dan bagian tengah bawah lidah.

Bagian ini dapat terlihat ketika lidah digerakkan ke arah atas. Frenulum linguae yang pendek membuat gerakan lidah menjadi terbatas atau lidah sulit bergetar, sehingga sulit melafalkan huruf-huruf.

Dari ketiga penyebab tadi, sebenarnya ada lagi yaitu kebiasaan yang seringkali dilakukan oleh anak usia dini yang berada pada tahap oral kalau dilihat dari teori psikoanalisisnya Freud. Dimana, ketika berada pada tahap oral, anak usia dini biasanya seringkali memasukkan benda apapun ke dalam mulutnya dan memiliki kebiasaan yaitu menghisap ibu jari.

Ingat tidak sih dengan salah satu kebiasaan orang dahulu yang bilang, "Jangan ngemut jempol, gak baik!" itu sebenarnya memang memiliki keterkaitan dengan rhotascim ini.

Kebiasaan mengemut atau mengisap jempol pada anak usia dini sebenarnya merupakan kebiasaan yang tidak baik. Meskipun dianggap wajar terutama ketika anak masih berada pada kenikmatan oral, namun tentu perlu untuk orang tua atau guru memberikan batasan.

Kebiasaan ini dapat mempengaruhi gerak lidah dan mulut dalam bergerak. Justru yang perlu untuk dilakukan ketika masa-masa oral ini adalah sesering mungkin untuk orang tua dan guru melatih otot lidah, mulut, dan rahang anak. Banyak caranya, seperti halnya menyanyi sembari menatap anak dengan berharap anak mengikuti apa yang sedang dinyanyikan.

Membawa anak ke pantai untuk melepaskan emosi kebahagiannya, biasanya anak akan berteriak kegirangan ketika bahagia dan yang terakhir adalah dengan mengajak anak menghafalkan kosakata-kosakata sederhana seperti kata "Mama", "Papa", "Kakak" atau lain-lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun