Kalau dilihat dari dampak positif, tentu saja akan membentuk sebuah kepribadian yang juga positif. Misalnya, kamu sedang berada pada posisi terburu-buru karena memiliki suatu urusan yang mendesak, tetapi di tengah jalan kamu bertemu dengan orang asing yang sedang tersesat dan mencari alamat. Ia bertanya kepadamu, dan kamu memang mengetahui lokasi alamat yang sedang dituju oleh orang asing tersebut.Â
Biasanya, seorang altruis akan mengesampingkan urusan pribadinya meskipun ia sedang berada dalam sebuah kepentingan yang mendesak demi membantu orang yang sedang membutuhkan pertolongan tersebut.Â
Pada akhirnya, kamu berhasil mengantarkan orang yang tersesat tadi ke alamat yang sedang ia tuju dan ternyata itu adalah alamat rumah keluarganya yang sudah lama tidak temui. Raut kebahagiaan terpancar dari wajahnya dan ia berterima kasih kepadamu, apa yang akan kamu rasakan?
 Of course! Biasanya pula, meskipun sebenarnya kamu diawal akan merasa jengkel karena ia yang meminta tolong tadi secara kasar telah mengganggu waktu berhargamu, tetapi dengan adanya senyuman dan ucapan terima kasih yang diberikan kepadamu karena kamu telah membantunya tadi itu akan membuat kepribadianmu kembali menjadi positif.
Selain kepribadian menjadi positif, biasanya orang altruis adalah orang-orang yang selalu dikelilingi oleh banyak teman. Tetapi, banyak teman disini tidak selalu dikarenakan memang benar-benar menyanyangi dan dengan sebenar-benarnya ingin berteman.
Yap, ini dia sisi negatif dari seorang altruis juga, dimana seringkali ia menjadi orang yang "dimanfaatkan" ketika dibutuhkan. Mengapa? Karena, seperti yang sudah aku mention sebelumnya, mereka itu sering kali merasa tidak enakan untuk mendahulukan kepentingan diri sendiri daripada orang lain terlebih dahulu karena takut dikatakan sebagai seseorang yang egois.
Mengenai hal ini, tentu saja salah satu kemampuan yang dibutuhkan oleh orang altruis untuk dapat survive dan berbuat baik tanpa merasa terbebani adalah dengan memiliki kemampuan komunikasi asertif.
 Sederhananya, komunikasi asertif ini sendiri adalah mengatakan dengan tegas terhadap seseorang tentang kondisi yang sebenarnya apabila ia dimintai tolong. Berkomunikasi dengan sejelas-jelasnya.Â
Dengan memiliki kemampuan komunikasi asertif pula, para altruis bisa memposisikan diri mereka sebagai orang yang bersedia membantu, bukan untuk disuruh-suruh.
Well, sekarang aku ingin sedikit bercerita mengenai salah satu dampak menjadi altruis yang aku alami sendiri dan aku rasakan dampak negatifnya apabila ternyata menjadi altruis justru membuat psikisku sendiri terganggu karena mereka-mereka yang niat awal aku bantu karena aku memang merasa perlu justru semakin lama semakin menuntut ini dan itu atas diriku dan cenderung memberikan perlakuan yang bisa terbilang cukup toxic terhadapku.Â
Jujur saja, aku merasa perlu untuk menuliskan mengenai hal ini karena aku tidak mau hal toxic khususnya toxic friends yang ada dalam lingkungan pertemananku ini menyebarkan "racunnya" ke orang lain yang barangkali akan berakibat buruk pada kesehatan mentalnya seperti yang terjadi padaku.