Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Belajar Playing Victim, Bagaimana Sikap Kita?

26 September 2020   15:50 Diperbarui: 26 September 2020   16:08 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak yang disalahkan bukan atas kesalahannya sendiri | shutterstock.com

Tak ada asap, kalau tak ada api. Tak ada pohon, bila akarnya mati.

Sikap Eka yang 'bermain korban' tadi  tak hanya aku temui sekali. Tapi dua kali, esoknya dengan kasus yang berbeda.

Kalau kemarin perihal berebut mainan, sekarang perihal ia yang merebut jajan temannya. Kebetulan, di RA tempat aku melaksanakan KKL, santrinya tidak diperkenankan untuk mebeli jajan dari luar sekolah, dimana semuanya wajib membawa bekal dari rumah. 

Dari masing-masing santri pasti membawa jajan yang berbeda, hal ini juga diterapkan dengan alasan agar anak terbiasa berbagi dengan teman yang lainnya. Dan pada saat itu, aku kembali melihat Eka 'bermain korban'

"Ra, aku minta jajanmu dong," kata Eka
"Bagi dua ya Ka," kata Rara (bukan nama sebenarnya)
"Kamu kan lebih tua Ra, ngalah harusnya,"

Dan pada akhirnya, Eka merebut jajan milik Rara. Melihat jajannya direbut, Rara pada akhirnya menangis. Saat itu, aku mencoba menengahi keduanya, aku bertindak seolah-olah tidak mengetahui kejadian sebenarnya dan mencoba bertanya pada Rara dan Eka.

"Loh, Rara kenapa nangis?" tanyaku pada Rara
"Itu loh Ustadzah, masa Rara gakmau ngalah pas aku minta jajannya. Masa dia pelit, padahal dia yang lebih tua," Jawab Eka padaku

Oh iya, memang panggilan santri di RA sana memang memanggil aku dengan sebutan Ustadzah, bukan 'Kak'. Dan bisa dibilang, Eka ini juga merupakan anak yang kecerdasan linguistiknya berkembang dengan baik. Dimana, ia dengan seumuran anak empat tahun lainnya, bisa dikatakan sangat fasih dan lancar dalam mengolah kata-kata. 

Kembali ke masalah tadi, aku kembali bertanya pada Rara, dan Rara hanya diam dengan terus menangis. Menghadapi keadaan itu, aku coba saja peluk Rara tanpa kembali bertanya, berharap ia mnjadi tenang. Dan Eka, beranjak ke tempat lain tanpa merasa bersalah. 

Dengan adanya hal ini, aku semakin saja penasaran, mengapa Eka bisa dikatakan cukup lihai dalam hal 'bermain korban'? semakin besar rasa penasaranku untuk mencari tahu alasan atas salah satu sikap Eka tadi.

Siangnya, ketika anak-anak sudah semua pulang, aku coba bertanya dan mengulik latar belakang Eka kepada salah satu Ustdzah di tempat aku KKL. Dan, pada akhirnya mulai terkuak alasan-alasan mengapa Eka menjadi sangat terbiasa melakukan playing victim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun