Malam makin larut. Karena bosan dengan perdebatan yang tak ada ujung pangkalnya, mbak Sri mulai gelisah. Ia mulai menguap saat mendengarkan aneka macam dalil yang keluar dari mulut mbah Fakih dan mbah Somat.
Mbak Sri benar-benar heran. Bagaimana bisa, dua ulama besar berdebat sampai begitu rupa. Yang lebih aneh lagi, perdebatan dua ulama itu membuat mereka lupa dengan urusan umat. Bahkan sampai melewatkan solat maghrib dan isya berjamaah di masjid. Mbak Sri kemudian memberanikan diri untuk menyela perdebatan dua ulama sepuh itu.
"Anu mbah, maaf lho mbah. Bukannya ikut campur sama urusan sampeyan berdua. Tapi mbok ya nggak usah berdebat gitu. Anggep aja kaya kopi sama gula. Kopi kalo nggak pake gula, khan pait to. Tapi kalo gulanya kebanyakan juga ndak enak khan. Jadi ya harus seimbang," kata mbak Sri, bicara apa adanya.
Mendengar celetukan mbak Sri, dua ulama itu kaget dan terdiam. Belum sempat mbah Somat menghisap rokok kreteknya, azan subuh terdengar lirih dari kejauhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H