Mohon tunggu...
Puja Mandela
Puja Mandela Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis di apahabar.com

Pria biasa, lulusan pesantren kilat, penggemar singkong goreng, tempe goreng, bakso,fans garis miring The Beatles, Iwan Fals, Queen, musik rock 60s, 70s.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hakikat Secangkir Kopi

14 Februari 2016   09:10 Diperbarui: 4 April 2017   18:29 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam makin larut. Karena bosan dengan perdebatan yang tak ada ujung pangkalnya, mbak Sri mulai gelisah. Ia mulai menguap saat  mendengarkan aneka macam dalil yang keluar dari mulut mbah Fakih dan mbah Somat.

Mbak Sri benar-benar heran. Bagaimana bisa, dua ulama besar berdebat sampai begitu rupa. Yang lebih aneh lagi, perdebatan dua ulama itu membuat mereka lupa dengan urusan umat. Bahkan sampai melewatkan solat maghrib dan isya berjamaah di masjid. Mbak Sri kemudian memberanikan diri untuk menyela perdebatan dua ulama sepuh itu.

"Anu mbah, maaf lho mbah. Bukannya ikut campur sama urusan sampeyan berdua. Tapi mbok ya nggak usah berdebat gitu. Anggep aja kaya kopi sama gula. Kopi kalo nggak pake gula, khan pait to. Tapi kalo gulanya kebanyakan juga ndak enak khan. Jadi ya harus seimbang," kata mbak Sri, bicara apa adanya.

Mendengar celetukan mbak Sri, dua ulama itu kaget dan terdiam. Belum sempat mbah Somat menghisap rokok kreteknya, azan subuh terdengar lirih dari kejauhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun