Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer.

Satya Dharma Wira, Ada bila berarti, FK UNDIP.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Yang Tertinggal di Liquisa

7 Januari 2022   15:31 Diperbarui: 7 Januari 2022   15:49 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabar gembira itu segera kusampaikan kepada Joan. Aku mendorong agar Joan mengajukan cuti ke Jawa. Maksudku bila dokter pangkalan penggantiku datang, kami bisa bersama-sama ke Jawa dan minta ijin orang tua agar kami bisa melaksanakan pertunangan. Semuanya tentu saja kemudian kami komunikasikan kepada orang tua.

Awal Maret 1999, dengan kapal Pelni KM Dobonsolo kami berdua kembali ke Jawa. Beberapa sejawat dokter dan penggantiku dr. Bagus, mengantar kami di dermaga pelabuhan Dili. Perkembangan kebijakan pusat tentang status Timor Timur dan situasi lokal sempat kami perbincangkan. Dokter Novi bahkan bergurau " Nggak usyah balik ke sini lagi Joan".

Semua serba cepat, begitu pula pertunangan kami. Dalam suasana sederhana, yang penting tujuan terlaksana. Keluarga mendukung dan memutuskan bulan Agustus kami akan menikah. Lalu Joan pun segera kembali ke daerah tugasnya.

Ketika mengantar Joan ke bandara Juanda, ada yang lucu rasanya. Biasanya isteri atau calon isteri mengantar suami, kini terbalik aku yang tinggal di Surabaya, dan calon isteri berangkat ke wilayah daerah operasi militer yang situasinya tak menentu. Aneh, bukan aku yang memberi penguatan, justru Joan yang serasa tanpa beban berkata lirih "semuanya akan baik-baik saja Theo".

Setelah melewati detektor metal, Joan masih sempat memalingkan wajah, tersenyum dan melambaikan tangan.

*******

Joan kembali ke Timor Timur yang situasinya menurutku sedikit banyaknya juga tersulut bara reformasi di Jakarta. Kehadiran ormas pamswakarsa binaan aparat keamanan untuk mengimbangi agresifitas kelompok prokemerdekaan, semakin memicu konflik horizontal di bumi Lorosae. Joan mengabarkan semakin banyak terdapat pos-pos pemeriksaan, yang selain dijaga tentara juga diperkuat personel pamswakarsa.

Sejauh ini tidak ada kesulitan bagi Joan dengan ambulannya melintas pos penjagaan tersebut. Sebaliknya kekhawatiranku terhadap keselamatan Joan semakin besar. Di benakku terbayang sekelompok laki-laki yang membawa parang dan cangkul, yang sulit dibedakan apakah mereka benar-benar petani yang melintas jalan raya pulang dari kebun ataukah kelompok klandestin yang mengincar kelemahan pos-pos aparat keamanan.

Pada paruh pertama dekade 90-an, kasus kekerasan yang dilakukan Falintil relatif mereda karena berubahnya pola perjuangan lebih mengutamakan protes atau demonstrasi umum di perkotaan. Hal ini tentu semakin menarik perhatian internasional. 

Namun antara 1996 dan 1998 terjadi kembali lonjakan kekerasan yang dilakukan oleh Falintil, bukan hanya di bagian timur seperti pada tahun 1980-an, tetapi merata baik sektor timur maupun barat. Beberapa hari sebelum pemilihan umum Mei 1997, anggota klandestin, bersama Falintil, melancarkan serangan yang berani terhadap kompleks Brimob di Bairo Pite, Dili <1> .

Hingga awal Juni, ketika tiba waktunya Joan akan mengakhiri masa tugasnya, dr. Novi meneleponku. "Theo, sudah dua hari Joan meninggalkan puskesmas dan belum kembali." Ambulan yang ditumpangi Joan ditemukan di poros jalan Liquisa - Dili, sedang Ciprianus pengemudinya juga tidak diketahui keberadaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun