Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer.

Satya Dharma Wira, Ada bila berarti, FK UNDIP.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Yang Tertinggal di Liquisa

7 Januari 2022   15:31 Diperbarui: 7 Januari 2022   15:49 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sama-sama Pak dok, beres. Terima kasih sudah ajak saya ke Atauro" balas perawat Valentino yang sudah berstatus PNS. Aku membalas lambaian tangan Joan dan Pak Valentino ketika ambulannya bergerak meninggalkan dermaga.

Di depan rampa kapal, Bintara Perbekalan Sertu Megantoro menyongsongku.
"Arahan dok bagaimana material kita?"
"Sesuai rencana, debarkasi besok, korve setelah apel pagi." Jelasku singkat.

Rencana debarkasi material besok pagi kusampaikan kepada Komandan KRI Biak-594 Kapten Warsito. Maksudku agar anggota bisa kembali ke mess untuk istirahat. Hanya tinggal material pendukung milik Lanal, karena sembako dari Dinsos, alat-alat olahraga dan bahan kontak peralatan sekolah sumbangan dari Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA) telah terdistribusi habis untuk masyarakat Pulau Atauro.

Menurutku masyarakat P. Atauro menyambut baik baksos hari Darma Samudera. Meskipun demikian apakah ini berhasil merebut dan memenangkan hati masyarakat, sebagaimana tujuan kegiatan sesuai perintah komando atas. Kegiatan civic action semakin sering dilakukan setelah Presiden Habibi mengajukan opsi otonomi luas pada 9 Juni 1998.

Aku tak yakin apakah kita berhasil memperkuat posisi prointegrasi, bagiku yang penting perintah atasan telah kulaksanakan. Yang mengejutkan bagi kami para prajurit, dua minggu setelah baksos, pada 27 Januari 1999, Presiden Habibi bersurat ke PBB mengusulkan rencana jajak pendapat bagi rakyat Timor Timur.

Usai baksos, beberapa kali Joan sempat turun ke Dili. Sebagai dokter sipil, mobilitas Joan lebih leluasa dibanding aku. Beribadah di Gereja Motael, menikmati nasi goreng mbak Nanik di kawasan Becora, menikmati pasir putih pantai Hera dan mengunjungi kawasan patung Kristus Raja adalah agenda kebersamaan kami. Atau bila tidak kemana-mana, cukup di mess dokter RSUD lalu rame-rame masak dan bakar ikan.

Namun bukan berarti aku tak pernah mengunjungi Joan di Liquisa. Beberapa kali aku sempat menumpang mobil Mas Hindarto, seorang kontraktor asal Semarang ke Liquisa. Meskipun nilai proyeknya semakin kecil, tapi Mas Hindarto tetap sering hilir mudik Dili-Liquisa. Di Liquisa dengan sepeda motor inventaris proyek Mas Hindarto, aku bisa mengunjugi Joan. Dari Mas Hindarto pula aku mengetahui banyak para pengusaha sudah mulai menggeser asetnya ke Kupang Timor Barat.

Kunjunganku ke Liquisa meneguhkan kebersamaanku dengan Joan. Bersama merajut rencana masa depan termasuk keinginan melanjutkan pendidikan spesialis, Joan berminat pada bidang  pediatri. 

Ketika menyertai evakuasi medis seorang prajurit ke Surabaya, aku sempatkan berkunjung ke Magelang menghadap orang tua Joan untuk memperkenalkan diri.

*********

Awal Pebruari 1999, terbit telegram mutasi ke Jakarta untukku. Beruntung tiga bulan sebelumnya, Komandan Lanal dengan bijak meneruskan permohonanku dan menindaklanjuti dengan pengusulan diriku mengikuti pendidikan lanjutan spesialis perwira. Dengan demikian di satuan baru nanti, aku tidak perlu mengajukan permohonan lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun