Mohon tunggu...
Pudji Widodo
Pudji Widodo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Kesehatan Militer.

Satya Dharma Wira, Ada bila berarti, FK UNDIP.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Setahun Corona dan yang Tersirat dari Pesan dr Li Wenliang

8 Maret 2021   00:00 Diperbarui: 8 Maret 2021   02:58 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Dokter Li di kota Praha, Republik Ceko, sumber bbc.com, 22/1/2021

Oleh : Pudji Widodo

Peringatan dr. Li Wenliang di akhir tahun

Pada awal Januari 2020, cuaca kota Wuhan seperti wilayah lainnya di Provinsi Hubei, dingin berkisar 1 sampai 7C (www.accuweather.com),<1>. Biasanya prevalensi influenza musiman meningkat pada cuaca seperti ini. Namun ada yang tidak biasa dalam pengamatan dr. Li Wenliang yang bekerja di Rumah Sakit Pusat Wuhan. 

Di tengah dinginnya akhir tahun, Li Wenliang  sempat mengamati adanya beberapa kasus pasien yang gejala klinisnya menurut dia mirip Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang mewabah pada tahun 2003.

Seluruh pasien yang diamati LI Wenliang, memiliki riwayat yang berhubungan dengan Pasar Seafood Huanan di Wuhan dan dirawat di unit gawat darurat (kompas.com, 7/2/2020)<2>. 

Hal ini membuat dr. Li Wenliang pada tanggal 30 Desember 2020 melalui percakapan online memperingatkan sesama dokter untuk mewaspadai adanya wabah. Dokter Li juga menyarankan mereka memakai alat pelindung diri  (APD) untuk mencegah infeksi. Dokter Li sendiri akhirnya menjalani rawat inap selama 25 hari, dengan kondisi klinis yang makin memburuk.

Sebagai dokter spesialis mata, merupakan hal yang biasa bagi dr. Li untuk kontak dan memeriksa pasiennya pada jarak yang sangat dekat. Menurut penulis, saat dr. Li mulai sakit dia telah memikirkan kemungkinan adanya transmisi antar manusia seperti yang dialaminya. Dia menduga kondisinya mungkin akibat tertular dari salah seorang pasiennya. Jadi bukan hanya zoonosis dari pasar seafood Wuhan. Peringatan dr. Li agar para teman sejawatnya mewaspadai kemungkinan ancaman wabah mendapat tanggapan negatif dari pejabat publik.

Sehari setelah unggahannya beredar di medsos yang menurut pejabat publik dikategorikan komentar palsu, pada tanggal 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di kota Wuhan. 

Laporan ini tersirat relevan dan mendukung peringatan dr. Li. Pada tanggal 7 Januari 2020, Tiongkok mengidentifikasi virus pneumonia sebagai jenis atau galur baru coronavirus dan disebut dengan nama sementara sebagai "novel coronavirus" (nCov). Pada akhir Januari dr. Li Wenliang dinyatakan konfirmasi positif virus baru, masih dengan nama nCov, karena WHO memberi nama resmi SARScoV-2 pada tanggal 12 Februari 2020.

Kekhawatiran dan saran kewaspadaan yang diinformasikan  dr Li kepada para sejawatnya akhirnya menjadi kenyataan. Pemerintah Tiongkok mengumumkan keadaan darurat akibat wabah pada tanggal 20 Januari 2020, 

Tiga hari kemudian,  juru bicara Kemenlu Tiongkok melaporkan  bahwa sampai tanggal 23 Januari 2020 terdapat 800 orang yang terjangkit nCov. Saat itu penyebaran nCov di luar China telah menjangkau Jepang, Korsel, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam dan AS<3>.
Apa yang menjadi dasar dr. Li Wenliang khawatir akan adanya ancaman wabah ?

Mengurai penyebab penyakit berorientasi komunitas

Ada yang dapat kita pelajari dari dr. Li Wenliang, yaitu bahwa dia tidak hanya sekedar bekerja sebagai dokter klinik. Dia melakukan pengamatan secara sistematis, dengan adanya kesamaan pola, yang meliputi riwayat mobilitas pasien sebelum sakit, riwayat kontak atau interaksi sosial, kondisi klinis dan hasil pemeriksaan penunjang  yang dialami sekelompok pasien dari berbagai wilayah serta peningkatan jumlah kunjungan ke fasilitas kesehatan dalam waktu yang relatif cepat. Termasuk dalam riwayat mobilitas yang digali adalah adanya kunjungan pasien ke pasar Seafood Huanan Wuhan.

Jadi mungkin dokter Li sudah mencoba mengurai fenomena tersebut dengan berorientasi kepada problem kesehatan masyarakat, bukan hanya terbatas kepada  kasus individu pasien. Li Wenliang tersirat telah meninggalkan pesan kepada teman sejawatnya untuk melakukan manajemen penyakit menular berbasis lingkungan belajar dari wabah SARS. 

Penulis membayangkan bagaimana ingatan dr. Li tertuju kepada wabah SARS yang pernah melanda negerinya. Dikenal sebagai radang saluran pernapasan sangat akut, SARS merupakan penyakit radang paru-paru misterius, yang kemudian diketahui disebabkan oleh virus corona yang kemudian diberi nama SARScov.

Kasus SARS pertama kali dilaporkan di Provinsi Guangdong, Tiongkok yang lalu berjangkit di sejumlah negara. Pada tahun 2003, tingkat kematian SARS di seluruh dunia tercatat 9,63% dengan korban meninggal terbanyak di Tiongkok dan Hongkong (cnnindonesia.com 13/3/2020)<4>. 

Tak seorang pun tenaga kesehatan, yang tidak kuatir terulangnya bencana kesehatan ini. Apakah penyakit misterius di awal tahun 2020 ini re-emerging atau emerging, persoalan ini menjadi perhatian para pengambil kebijakan kesehatan di Wuhan, termasuk dr. Li Wenliang selaku pelaksana pelayanan kesehatan di rumah sakit. Penyakit infeksi emerging adalah penyakit yang muncul dan menyerang suatu populasi untuk pertama kali.

Menurut teori segitiga John Gordon dan La Richt (1950), penyakit tidak tergantung kepada suatu sebab yang berdiri sendiri, melainkan sebagai akibat dari serangkaian  proses ketidakseimbangan yang dipengaruhi faktor pejamu, agen penyebab penyakit dan lingkungan (Irwan, 2017 :47)<5>. 

Faktor pejamu atau individu yang terinfeksi bukan hanya pekerja di pasar seafood Huanan saja, penduduk yang belum pernah ke pasar Huanan juga mulai terjangkiti penyakit misterius yang awalnya berupa flu like syndrome. 

Fakta inilah yang memperkuat dugaan adanya transmisi antar manusia, yang mendasari  dr. Li yang mengingatkan para dokter lainnya agar bekerja mengenakan APD.

Faktor lingkungan. Pasar Seafood Huanan telah lama dianggap sebagai penyebab transmisi zoonosis. Oleh karena alasan itu sejak 1 Januari 2020 pasar Huanan Wuhan ditutup  karena wabah baru diidentifikasi muncul dari tempat ini. Kondisi pasar yang sempit dan tidak sehat, dengan banyak spesies berjejalan di pasar basah, diyakini memicu mutasi virus yang cepat sebelum akhirnya menginfeksi manusia.

Agen penyebab penyakit. Dokter Li lebih dulu berpulang sebelum virus yang menyerangnya mendapat nama resmi. Pada tanggal 12 Februari 2020 WHO resmi mengumumkan nama penyakit yang  menjadi wabah di Wuhan yaitu COVID-19 (Corona Virus Disease 2019). Sedang nama virus penyebabnya adalah SARS-CoV-2, yang masih satu kelompok dengan virus corona penyebab penyakit SARS dan MERS. Lalu dari mana asal virus SARScoV-2 yang telah menyebabkan kematian 2,3 juta orang? 

Meskipun menutup pasar Huanan, namun Tiongkok  menolak pasar tersebut sebagai sumber asal virus. Tiongkok menilai Covid tidak berasal dari Wuhan. The Sun Online menyebutkan Tiongkok menyatakan virus corona ditemukan pada makanan beku dari Ekuador, Brazil dan Australia (kontan.co.id, 10/2/2021).

Hingga kini tidak jelas dari mana virus tersebut berasal, karena setahun setelah pandemi, tim peneliti WHO yang datang ke Wuhan pada Januari 2021 pun akhirnya menilai pasar Huanan bukan titik nol Covid. Namun tim peneliti WHO juga menolak makanan beku sebagai sumber penularan virus corona, sebagaimana diungkap Express.co.uk, 3/1/2021 (kontan.co.od 3/3/2021)<6>.  

Terlepas dari ketidakpastian sumber asal SARScoV-2, yang telah pasti diketahui sejak awal dari karakter virus ini adalah menunjukkan kemampuan penyebaran yang cepat dari SARScoV-2. 

Situasi ini yang menjadi dasar Tiongkok untuk membatalkan semua acara perayaan Tahun Baru Imlek dari tanggal 25 Januari sampai 8 Februari 2020. Hal ini dilakukan untuk mencegah pengumpulan massa dan hingga kini menjadi salah satu dari pedoman protokol kesehatan.

Wuhan adalah kota industri, bisnis dan menjadi destinasi iwisata maupun tujuan pendidikan. Mobilitas pengunjung yang masuk dan keluar Wuhan sebelum kota ini dinyatakan tertutup, telah mengakibatkan virus SarscoV-2  menyebar dengan cepat ke berbagai belahan dunia. 

Memang pada akhirnya warga negara asing diijinkan keluar dari Tiongkok, namun setelah melalui pemeriksaan kesehatan, termasuk para WNI yang berada di kota tersebut dapat melakukan repatriasi setelah dinyatakan sehat oleh otoritas kesehatan setempat.    

   .    
Setahun corona

Setahun yang lalu dari Januari sampai April, Wuhan yang sibuk sebagai Chicagonya Tiongkok, berubah menjadi sepi mencekam, setelah dinyatakan sebagai kota yang dikarantina. Seperti warga kota lainnya, dr. Li Wenliang tidak bisa merayakan Tahun Baru Imlek 2020. 

Kondisi klinisnya yang terus memburuk menyebabkan dr. Li  meninggal pada tanggal 7 Februari 2020 di usia 34 tahun. Lima hari setelah kematiannya, tanggal 12 Februari 2020 WHO resmi mengumumkan nama penyakit yang  merenggut nyawa dr. Li dan menjadi wabah di Wuhan sebagai COVID-19.

Kini Wuhan telah pulih, perayaan Imlek tahun ini terlihat mulai normal, wisatawan pun sudah kembali mengunjungi Wuhan meskipun tentu saja protokol kesehatan tetap diberlakukan ketat. 

Berbeda dengan kita Indonesia yang masih berjuang keras membebaskan diri dari perang berlarut melawan Corona. Kelak bila pandemi Covid 19 dapat kita kalahkan, tetap saja kita harus menjaga kewaspadaan terhadap munculnya penyakit emerging dan re-emerging lainnya.

Kewapadaan terhadap munculnya penyakit emerging dan potensial wabah ditunjukkan oleh dr. Li Wenliang. Oleh karena itu, setiap personel kesehatan di pelayanan dasar maupun yang bertugas di rumah sakit, seyogyanya  agar selalu memandang kasus penyakit dengan berorientasi kepada kesehatan komunitas.

Kewaspadaan adanya ekskalasi kejadian penyakit menular pada masyarakat menjadi penting di tengah perkembangan lingkungan strategis yang terus berubah akibat berbagai kepentingan. 

Hal ini juga relevan dengan aspek  biosecurity, bahwa penyakit bisa menjadi senjata untuk menghancurkan ketahanan suatu bangsa karena  melumpuhkan ekonomi dan semua sektor kehidupan.

Kini 14 bulan setelah kasus pertama oleh virus corona yang belum diketahui dilaporkan di RS Pusat Wuhan pada tanggal 20 Desember 2019, kita masih berjuang menanggulangi penularan Covid-19. Setiap negara memiliki strategi yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing dalam memerangi covid 19. Tentu saja ada ketentuan dasar yang diacu oleh setiap negara sesuai International Health Regulation yang ditetapkan WHO.

Namun untuk langkah operasional kembali kepada pilihan negara masing-masing. Strategi Tiongkok juga dilakukan beberapa negara lain termasuk AS memilih melakukan lockdown, sementara Korea selatan menggunakan social distancing. Indonesia melakukan seperti Korsel dengan kombinasi upaya kegiatan ekonomi tetap berjalan. Bedanya, Korea berhasil dan kita belum.


Penutup

Ketika perlawanan warga Wuhan terhadap Covid 19 menampakkan hasil dan kota itu dibuka kembali, warga kota berjajar di pinggir jalan memberi penghormatan kepada personel kesehatan yang berada dalam mobil yang akan membawa mereka kembali ke kota asal di mana mereka bertugas. 

Suatu bentuk selebrasi ucapan terima kasih publik yang tidak bisa dinikmati almarhum dr. Li Wenliang. Di Indonesia, atas nama masyarakat, Presiden Jokowi juga sudah menyampaikan terima kasih kepada para petugas kesehatan dan relawan, termasuk yang telah gugur dalam tugas penanggulangan pandemi Covid-19. 

Namun apresiasi itu akan lebih bermakna bila diimbangi peran aktif seluruh elemen masyarakat dalam penangulangan pandemi, termasuk kesediaan menerima vaksinasi.

Mengamati berita pelaksanaan vaksinasi anticovid-19 tahap kedua bagi para atlet nasional, lansia, pedagang pasar, drive thru pengemudi taksi plus lansia penumpangnya, menumbuhkan harapan bahwa kita akan keluar dari palagan perang sebagai pemenang. 

Meskipun demikian SARScoV-2 juga tidak mau dikalahkan dengan mudah, virus bandel ini pun bergerilya dengan melakukan mutasi diantaranya varian B-117. Padahal karakter kecepatan tansmisi virus corona sebagai agen penyakit sebenarnya dapat ditundukkan dengan  5 M dan 3 T plus Vaksin.


Setiap individu sebagai pejamu sasaran infeksi jangan memberi peluang SARScoV-2 bisa hidup. Ikuti vaksinasi bila jadwalnya tiba dan ciptakan lingkungan di mana SARScoV-2 hinggap agar segera mati. Semua harus mengambil peran, agar perang semesta ini segera berakhir. Satu lagi, pesan dr. Li Wenliang  rasanya relevan sepanjang jaman.

Pudji Widodo,
Sidoarjo, 06032021 (72)

Sumber :
1. accuweather.com
2. kompas.com. 
3. cnbcindonesia.com.
4. cnnindonesia.com. 

5. Irwan. Epidemiologi Penyakit Menukar. CV. Absolute Media, Yogyakarta, 2017.
6.  kontan.co.id.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun