Risiko kesehatan libur lebaran
Di tengah kebahagiaan liburan lebaran  Idul Fitri 1445 H, terdapat catatan problem aspek kesehatan baik faktual maupun potensial. Jauh hari sebelumnya kita diingatkan untuk waspada mencegah merebaknya flu Singapura.
Bukan hanya masalah kesehatan akibat kecelakaan lalu lintas, risiko perjalanan meningkat pula pada para pengidap penyakit kronis dan lansia. Demikian juga potensi penyakit gangguan pencernaan akut terkait higiene sanitasi penyediaan makanan massal.
Perhatian juga penting terhadap balita sebagai kelompok rentan. Paparan cuaca selama perjalanan melemahkan fisik anak balita. Situasi kerumuman di ruang publik meningkatkan risiko transmisi airborne disease pada anak balita.
Ada kisah balita yang meninggal saat perjalanan mudik bersama orang tuanya menggunakan sepeda motor pada tahun 2015 di Brebes. Juga bayi meninggal dunia pada perjalanan Tegal-Surabaya bersama orang tuanya menggunakan sepeda motor tahun 2022.
Tulisan kompasianer Merita Dewi tentang putrinya Aya, 9 bulan, yang mengalami kejang setelah diare dan demam patut pula kita perhatikan. Meskipun terjadi pada bulan Januari 2024, kisah diunggah dalam suasana lebaran mengingatkan risiko balita selama mengikuti rangkaian perjalanan menjelang sampai pasca-lebaran.
Kita tidak mengetahui bayi Aya sakit apa. Namun ada dua simtom yang menjadi fokus tulisan, yaitu adanya demam yang diikuti dengan kejang. Dua gejala tersebut mengingatkan pada kegawatdaruratan anak yaitu Kejang Demam.
Berbeda saat menghadapi anak yang hanya mengalami demam, kejang sendiri merupakan suatu kegawatan pada anak yang menimbulkan kepanikan pada orang tua. Dapat kita bayangkan bagaimana khawatir dan repotnya  orang tua, bila anak balitanya mengalami kejang demam di tengah kemacetan jalan tol dalam perjalanan mudik.
Proses pengaturan suhu tubuh dan timbulnya kejang
Penatalaksanaan kejang demam tak bisa dilepaskan dari pemahaman proses timbulnya demam sebagai manifestasi pembentukan panas tubuh.
Tubuh memiliki mekanisme untuk mempertahankan suhu  secara normal pada rentang yang sempit, walaupun terpapar suhu lingkungan yang bervariasi. Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yaitu bagian otak yang di antaranya berfungsi mengatur keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas.
Hipotalamus posterior bertugas memberi respons bila suhu di luar lebih rendah dari suhu tubuh, sedang hipotalamus anterior bertugas memberi respons bila menerima informasi suhu luar lebih tinggi dari suhu tubuh.
Dalam keadaan normal  termostat di hipotalamus selalu diatur pada set point sekitar 37C. Maka penentuan pembentukan dan pengeluaran panas tubuh sesuai dengan perubahan set point (1).
Selain faktor stimulus dari luar, pembentukan panas tubuh juga disebabkan rangsangan pirogen endogen.
Pada infeksi mikroorganisme bakteri maupun virus, demam timbul karena toksin mikroorganisme merangsang sel darah putih untuk membuat pirogen endogen. Selain infeksi, demam juga bisa disebabkan faktor noninfeksi.
Pirogen endogen memacu hipotalamus dengan bantuan enzim siklooksigenase membentuk zat prostaglandin. Prostaglandin akan meningkatkan set point termostat hipotalamus.
Maka hipotalamus akan menilai bahwa suhu tubuh saat itu lebih rendah dari set point yang baru. Set point yang baru memicu mekanisme pembentukan panas dan menghalangi kehilangan panas, yang pada akhirnya meningkatkan suhu tubuh yang dikenal sebagai demam.
Lalu bagaimana demam memicu timbulnya kejang? Hal ini melibatkan mekanisme transpor aktif pompa natrium-kalium pada proses  perlintasan kedua jenis ion melalui membran sel saraf.
Perbedaan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel disebut potensial membran yang dijaga agar tetap konstan. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim adenosin trifosfatase.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu akan meningkatkan metabolisme dan kebutuhan oksigen. Kenaikan suhu juga menyebabkan perubahan keseimbangan membran sel saraf dan difusi ion kalsium dan natrium yang diikuti lepasnya muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik meluas ke seluruh sel saraf lainnya dan dengan bantuan neurotransmiter terjadilah kejang (2).
Kejang Demam
Menurut Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam Ikatan Dokter Anak (IDAI), definisi Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak yang berumur 6 bulan hingga 5 tahun, yang mengalami kenaikan suhu di atas 38 C yang tidak disebabkan oleh suatu proses intrarakranial (3).
Jadi kejang demam tidak berkaitan dengan kelainan di otak. Kejang demam juga bukan karena gangguan elektrolit maupun gangguan metabolik pada tubuh.
Adapun infeksi di luar susunan saraf pusat yang dapat menjadi sumber demam di antaranya adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), infeksi telinga, infeksi saluran pencernaan dan infeksi saluran kemih. Â Â
Gejala kejang demam berupa hentakan berulang pada tungkai dan lengan, mata mendelik ke atas, dan anak kehilangan kesadaran.
Bagaimana bila anak berumur kurang dari 6 bulan mengalami kejang didahului demam ? Dalam hal ini para dokter akan memikirkan kemungkinan lain, terutama infeksi di otak.
Kejang demam berbeda dengan epilepsi atau ayan. Pada epilepsi terdapat kejang berulang tanpa disertai demam.
Ada 2 tipe kejang demam pada anak, yaitu:
a. Sebagian besar (80%)  merupakan tipe kejang demam sederhana. Tanda kejang demam sederhana, yaitu bangkitan kejang hanya sebentar, bersifat umum, biasanya berhenti sendiri kurang dari 5 menit, dan tidak berulang dalam 24 jam.
b. Kejang demam kompleks, yaitu ketika bangkitan kejang terjadi lebih dari 15 menit, berulang dalam 24 jam, bangkitan terjadi di sebagian sisi atau kejang umum yang didahului kejang sebagian tubuh (1). Â
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya kejang demam di antaranya adalah adanya riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga, usia kurang dari 12 bulan dan suhu tubuh kurang dari 39 C saat kejang.
Apa yang bisa kita lakukan untuk menolong anak balita yang mengalami kejang demam ? Beberapa hal yang harus dikerjakan pada anak dengan kejang demam :
1. Tetap tenang dan tidak panik
2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan memalingkan kepala. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung dan jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.
4. Ukur suhu, pantau dan catat lama dan bentuk kejang.
5. Tetap bersama penderita selama kejang
6. Bawa ke rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih.
Para orang tua perlu wapada bila ada anak yang sudah pernah memiliki riwayat kejang demam sebelumnya. Anak tersebut sewaktu-waktu anak dapat mengalami kejang demam kembali. Oleh karena itu perlu memperhatikan hal berikut :
a. Tersedia termometer yang selalu siap digunakan.
b. Apabila anak mengalami demam dengan suhu segera dilakukan kompres air hangat di ketiak/leher dan/atau diberi obat penurun panas.
c. Pada anak yang memiliki riwayat kejang dan pernah berobat ke rumah sakit, dokter akan menganjurkan agar orang tua memiliki simpanan obat anti kejang yang diberikan melalui lubang dubur. Obat anti kejang ini  untuk pertolongan pertama saat kejang dengan disertai saran cara penggunaan beserta dosisnya, sebelum anak di bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat (rs.ui.ac.id).
Selain disiapkan di rumah, perlengkapan kompres; obat penurun panas dan obat anti kejang, sebaiknya menjadi bekal bila anak memiliki riwayat kejang demam mengikuti orang tuanya melakukan perjalanan jauh.
Penutup
Akhirnya usai sudah libur lebaran Idul Fitri 1445 H. Berbagai risiko kesehatan mengintai para pemudik, tak terkecuali anak-anak sebagai kelompok rentan.
Bagi keluarga dengan anak yang mempunyai risiko riwayat kejang demam berulang, diperlukan ketenangan dan kesiapan agar dapat melakukan pertolongan mandiri sebelum anak mendapat pertolongan di fasilitas pelayanan kesehatan primer atau rumah sakit.
Mencegah anak mengalami berbagai penyakit infeksi ekstra kranial, yang demamnya potensial memicu kejang, merupakan upaya yang harus diutamakan oleh para orang tua.
Dihadapkan pada persoalan macetnya jalan tol pada dinamika mudik lebaran, para pemangku kepentingan agar menyiapkan akses pelayanan kesehatan untuk semua kegawatdaruratan kesehatan, bukan hanya untuk korban kecelakaan lalu lintas (pw).
Pudji Widodo.
Sidoarjo, 19042024 (161/117)
Rujukan :
1. Kania N. Penatalaksanaan Demam Pada Anak. Makalah Siang Klinik, Bandung, 2007.
2. Anggraini D, Hasni D. Kejang Demam. Sciena Vol. 2 No. 4, Juli 2022
3. Ismail S, et al. Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI, 2016.
Sumber foto :Â kompas.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H