Dan akan lebih baik lagi, apabila guru juga lebih mengenal latar belakang keluarga setiap siswa, agar kedekatan dan pemahaman guru terhadap siswa terjalin dengan baik.
2. Sinergi antara pemerintah, pihak sekolah, psikolog, dan orangtua siswa. Pemerintah berperan untuk memfasilitasi sekolah-sekolah yang hendak menerapkan program pendidikan inklusif, dan sekolah berperan untuk mengalokasikan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah, melakukan sosialisasi kepada msyarakat, serta psikolog dibutuhkan untuk melakukan assesment untuk mengetahui gaya belajar yang tepat untuk diterapkan kepada setiap siswa sehingga pihak sekolah bisa memberikan bimbingan yang tepat kepada siswa.
Dan adapun orangtua berperan untuk mengomunikasikan perkembangan ataupun permasalahan yang dialami oleh siswa atau anak  kepada pihak sekolah.
3. Kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Prinsip dari pendidikan inklusif, yakni menciptakan sekolah yang ramah terhadap kebutuhan siswa. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pihak sekolah yang menerapkan pendidikan inklusif ( Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Program Khusus), beliau menuturkan " Kurikulum yang diterapkan pada sekolah inklusi kami, ketika anak mampu mengikuti akademik, anak memakai kurikulum sekolah dan apabila anak tidak mampu mengikuti akademik maka kurikulum akan disesuaikan dengan kemampuan anak."
4. Â Fasilitas yang memadai, seperti buku-buku yang berkaitan dengan Anak berkebutuhan khusus, ruangan yang khusus untuk pembinaan siswa dalam mengambangkan potensi yang mereka miliki, dan pelatihan untuk para guru mengenai anak berkebutuhan khusus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H