Mohon tunggu...
Lury Sofyan
Lury Sofyan Mohon Tunggu... Ilmuwan - Behavioral Economist

find me: https://www.linkedin.com/in/lurysofyan/

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama FEATURED

Seperti Halnya Virus Corona, Panic Buying Juga Berbahaya

23 Maret 2020   13:22 Diperbarui: 7 Juli 2021   07:03 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun demikian, dimasa chaos seperti ini, survival instinct berupa perilaku panic buying yang berlebihan sangat berbahaya. Membiarkan panic buying merajalela begitu saja adalah seperti menanamkan norma deskriptif (descriptive norm) baru kedalam masyarakat bahwa inilah perilaku yang baik dilakukan merespon pandemi Covid-19. Dampaknya akan sangat sulit dikontrol jika tidak diwaspadai sejak awal.

Sejarah telah memberikan banyak pembelajaran (krisis asia 1998 dan krisis financial Lehman Bothers 2008) bagaimana dimanika keputusan seseorang dapat mempengaruhi keputusan orang lain, mem-by pass rasionalitas, dan mewabah secara sistemik menggerakan psikologi masa kepada kepanikan yang berlebihan (butterfly effect).

Lalu apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi, jika tidak mungkin menghilangkan, perilaku panic buying yang banyak terjadi di beberapa negara, termasuk di Indonesia.

1. Buat norma sosial terlihat jelas

Manusia memilih menghindari risiko dengan menjadi bagian dari kerumunan atau kelompok. Kelompok memberikan anggota keuntungan atas akses yang lebih baik terhadap sumberdaya. Agar suatu kelompok dapat berfungsi, aturan dibuat dan ditetapkan dan orang yang melanggar akan dihukum.

Dalam suasana chaos seperti ini, aturan harus kembali dikenalkan. Terutama aturan sosial yang bersifat informal seperti norma dan kebiasaan. Menempelkan pesan "penimbun harusnya malu", "jangan serakah", "pikirkan orang lain" dapat sedikit mendinginkan hot state dan mengurangi agresivitas dari survival instinct. 

Pesan mengandung nilai kebersamaan dapat sedikit menetralisir survival instinct yang selalu menjadikan Aku, Aku dan Aku sebagai tujuan. Tempel pesan-pesan tersebut di setiap toko-toko, supermarket, mall, tempat kerumunan dan sebarkan lewat media sosial secara gencar. Masukan upaya ini menjadi bagian dari suatu gerakan besar dalam melawan pandemi Covid-19.

2. Sebarkan pesan bahwa stock makanan aman

Strategi yang paling ampuh untuk mengurangi survival instinct adalah dengan memberikan pesan bahwa ancaman yang ditakutkan adalah tidak relevan. 

Pemerintah dapat mengajak perusahaan retailer, suplier, perusahaan logistik (termasuk ojol dan taksi online) untuk memberi pesan yang sama bahwa persediaan barang konsumsi akan terus terjaga. Di Inggris, supermarket besar memberikan pernyataan bersama untuk meyakinkan bahwa tidak ada alasan untuk melakukan pembelian dalam jumlah besar (3)

3. Anchoring jumlah persedian yang memadai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun