Namun demikian, dimasa chaos seperti ini, survival instinct berupa perilaku panic buying yang berlebihan sangat berbahaya. Membiarkan panic buying merajalela begitu saja adalah seperti menanamkan norma deskriptif (descriptive norm) baru kedalam masyarakat bahwa inilah perilaku yang baik dilakukan merespon pandemi Covid-19. Dampaknya akan sangat sulit dikontrol jika tidak diwaspadai sejak awal.
Sejarah telah memberikan banyak pembelajaran (krisis asia 1998 dan krisis financial Lehman Bothers 2008) bagaimana dimanika keputusan seseorang dapat mempengaruhi keputusan orang lain, mem-by pass rasionalitas, dan mewabah secara sistemik menggerakan psikologi masa kepada kepanikan yang berlebihan (butterfly effect).
Lalu apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi, jika tidak mungkin menghilangkan, perilaku panic buying yang banyak terjadi di beberapa negara, termasuk di Indonesia.
1. Buat norma sosial terlihat jelas
Manusia memilih menghindari risiko dengan menjadi bagian dari kerumunan atau kelompok. Kelompok memberikan anggota keuntungan atas akses yang lebih baik terhadap sumberdaya. Agar suatu kelompok dapat berfungsi, aturan dibuat dan ditetapkan dan orang yang melanggar akan dihukum.
Dalam suasana chaos seperti ini, aturan harus kembali dikenalkan. Terutama aturan sosial yang bersifat informal seperti norma dan kebiasaan. Menempelkan pesan "penimbun harusnya malu", "jangan serakah", "pikirkan orang lain" dapat sedikit mendinginkan hot state dan mengurangi agresivitas dari survival instinct.Â
Pesan mengandung nilai kebersamaan dapat sedikit menetralisir survival instinct yang selalu menjadikan Aku, Aku dan Aku sebagai tujuan. Tempel pesan-pesan tersebut di setiap toko-toko, supermarket, mall, tempat kerumunan dan sebarkan lewat media sosial secara gencar. Masukan upaya ini menjadi bagian dari suatu gerakan besar dalam melawan pandemi Covid-19.
2. Sebarkan pesan bahwa stock makanan aman
Strategi yang paling ampuh untuk mengurangi survival instinct adalah dengan memberikan pesan bahwa ancaman yang ditakutkan adalah tidak relevan.Â
Pemerintah dapat mengajak perusahaan retailer, suplier, perusahaan logistik (termasuk ojol dan taksi online) untuk memberi pesan yang sama bahwa persediaan barang konsumsi akan terus terjaga. Di Inggris, supermarket besar memberikan pernyataan bersama untuk meyakinkan bahwa tidak ada alasan untuk melakukan pembelian dalam jumlah besar (3)
3. Anchoring jumlah persedian yang memadai