Barangkali dapat dikatakan bahwa paham dualistik lebih dapat menampung pengalaman-pengalaman negatif manusia penderitaan tanpa arti, Kejahatan yang tidak masuk akal, kerusakan yang kelihatannya percuma. Realitas dirasakan sebagai medan pertempuran titik pemecahan konflik itu bukan kemenangan yang baik atas yang jahat, melainkan bahwa manusia melepaskan diri dari kejasmanian yang secara hakiki terikat pada prinsip kegelapan dan mencapai eksistensi yang murni rohani penghinaan terhadap yang jasmani sejak manis menjadi salah satu ciri filsafat maupun teologi di Eropa Kristiani pemikiran Islam tidak pernah tertular olehnya dan tidak mengenal tendensi tendensi spiritualistik anti tubuh dan misalnya muncul dengan kuat dalam filsafat deskriptif yang melawankan pikiran reskoitan terhadap realitas beruang atau ambil filsafat dualistik John eighless yang dikembangkan berdasarkan konsepsi Karel power tentang tiga dunia Jadi meskipun dualisme sebagai sistem filsafat dan agama jarang muncul dalam sejarah Namun sebagai tendensidualisme merupakan aliran maupun Kecenderungan dalam pemikiran Eropa Barat sampai sekarang.
(2) tiga pasang ciri penghayatan Ketuhanan yang muncul dalam agama-agama dan filsafat Timur kuno adalah transendensi lawan imanensi paham penciptaan lawan paham emansi dan ketuhanan personal berhadapan dengan impersonal.
1. Dalam agama-agama aseli dan agama-agama Timur yang ilahi adalah imanen artinya ketuhanan bukanlah terpisah dari Allah melainkan alam diresapi olehnya karena yang Ilahi imanen dalam alam-alam dan seluruh alam raya bersifat nominus sedangkan dalam agama-agama abramistik Allah itu transenden ia mengatasi atau melampaui Alam Raya ia sedikitpun Tidak tercampur dengannya alam dan alam raya tidak nominus melainkan murni duniawi biasanya seadanya matahari dan bulan yang umumnya dianggap Dewa atau Dewi bagi bangsa Israel hanyalah mampu untuk membikin terang siang dan malam hari Gen 1,14 tak ada sesuatu yang mistik padanya titik paham Allah transenden merupakan dasar sekularisasi dalam arti yang sebenarnya yang alami dianggap alami dan yang duniawi dianggap duniawi dan hanya Allah sendiri yang tidak tercampur dengan sesuatu yang alami adalah sakral.
2. Karena Allah itu dihayati transcenden hubungannya dengan dunia dan alam raya tidak mungkin dipahami sebagai penguraian diri atau emanasi yang Ilahi presidensial dengan paling tajam terungkap dalam paham penciptaan Tuhan menciptakan langit dan bumi dan segala isinya Tuhan ada sebelum langit dan bumi ia tidak kekurangan sesuatu apapun tanpa langit dan bumi seluruh realitas bukan ilahi adalah ciptaan dan sepenuhnya tergantung dari kehendak sang pencipta sedangkan agama-agama imanisme memahami hubungan antara dunia pengalaman dengan data sebagai Iman nasi harfiahnya adalah mengalir keluar atau kelahiran yang Ilahi dan asalnya terorissasikan diri mengalir keluar dari dirinya sendiri jadi terurailah ke dalam realitas yang sekaligus memuatnya paham imanasi adalah paham image menurut pandangan dualisme pun dunia dan manusia tidak diciptakan melainkan seakan-akan diandaikan sudah ada lalu menjadi sebutan antara prinsip terang dan bergelap.
3. Semua penghayatan tidak menghayati ketuhanan secara transgender juga tidak mencapai paham personal  tentangnya yang Ilahi dipahami sebagai kekuatan impersonal yang bukannya bertindak berdasarkan pengetahuan dan kehendaknya sendiri melainkan beremosi dan berkembang atau hidup dan beriman ketuhanan merupakan kekuatan bukan Persona Oleh karena itu juga tidak ada eksistensi personal manusia sesudah kematian manusia barangkali sudah sekian kali Lahir Kembali agar semakin lepas dari kelekatannya pada alam kasat mata lebur dalam pesat dasar seperti setetes air dalam air Samudra Raya sebaliknya Tuhan transaksinya secara hakiki bersifat personal artinya ketuhanan dipahami sebagai Tuhan yang pengetahuannya dan berkemauan dia memperhatikan bangsanya yang membimbing manusia bahkan setiap orang secara pribadi Tuhan personal tidak mungkin dimanipulasi melalui segala macam mantra dan ritus tetapi manusia dapat berdoa kepadanya ia dapat memintakan sesuatu ia yakin bahwa Tuhan mendengarkannya hubungan antara Tuhan dan manusia bersifat dialogis dan sikap paling mendalam yang diharapkan dari manusia adalah menyerahkan dalam cinta penuh dengan hormat
BAB 3
MODERNITAS : SKEPTISISME TENTANG KETUHANAN
Dalam Bab 2 kita telah melihat keanehan cara manusia menghayati ketuhanan titik namun ada satu kenyataan yang berlaku dalam semua budaya yang beraneka berkaitan itu tak ada budaya besar yang tidak berketuhanan dalam bentuk-bentuk yang cukup berbeda semua budaya teresapsi oleh satu keyakinan-keyakinan yang sedemikian mendasar sehingga tidak harus khusus dijelaskan bahwa hidup mereka dalam lingkungan alami dan sosial tidak bermakna bahkan tidak akan dapat dimengerti Kecuali mereka dan lingkungan itu ditempatkan ke dalam wawasan dimensi di duniawi bahwa dalam sejarah filsafat India dan barangkali juga di Yunani ada satu dua orang yang tidak percaya akan Tuhan dan hal itu seringkali hanya berarti mereka tidak dapat percaya pada dewa-dewi keagamaan sekitar mereka tidak mau berubah kenyataan bahwa atheisme tidak dapat dalam budaya-budaya itu lebih baik atheisme dalam arti bahwa orang hanya mengakui realitas interawih physical kimia dangkal tanpa dasar belakang guide Apakah rohani sama sekali.
Protestan pada abad ke-16 sudah menolak banyak klaim gereja dalam abad ke-17 imperalisme menurut agar segala pengetahuan mendasarkan diri pada pengalaman indrawi pada akhir abad ke-18 muncul filosofi filosofi materialis pertama yang kembali kan keanekaan bentuk kehidupan termasuk manusia pada materi dan penolakan alam a di duniawi dalam abad ke-19 dasar-dasar atheisme filosofis dirumuskan oleh frameback, marx, Nietzche dan, dari sudut psikologi freud pada saat yang sama ilmu-ilmu pengetahuan mencapai kemajuan dan kemajuan pengetahuan ilmiah dianggap harus menggantikan kepercayaan akan adanya Tuhan akhirnya pada ke-20 filsafat untuk sebagian besar menyangkal kemungkinan mengetahui sesuatu tentang hal ketuhanan sedangkan dalam masyarakat sendiri ketuhanan semakin tersingkir oleh keasyikan budaya konsumtif sebagai akibat manusia modern menjadi estetis tentang Ketuhanan kalau ia tidak menyangkalnya sama sekali sebagai mitos.
Maka Apabila seseorang atau sekelompok orang tetapi yakin akan adanya Tuhan mereka mau tak mau harus menghadapi tantangan setiap tipisme modernitas itu mereka ditantang untuk mempertanggungjawabkan iman mereka mereka perlu memperlihatkan bahwa percaya pada Allah bagi manusia modern pun bukan suatu kisah tahayul zaman dulu melainkan sesuatu yang masuk akal yang secara nyata memperdayakan dalam menanggulangi masalah dan tantangan kehidupan berikut ini pertama diuraikan perjalanan ke permulaan modernisasi  perjalanan itu adalah perubahan dari paradigma theosentris ke paradigma antroposentris melalui humanisme dan Renaissance modernitas dalam arti sebenarnya mulai tinggal Landas melalui rasionalisme dan masa pencerahan yang akhirnya disusul oleh penolakan terhadap ketuhanan atas nama kemajuan yang sendiri dikaitkan dengan kemenangan pandangan dunia ilmiah dengan demikian kita sekaligus pindah ke alam budaya Eropa karena budaya itulah yang melahirkan kritisme tentang Ketuhanan.
1. Dari Teosentrisme ke Antroposentrisme