Mohon tunggu...
Helmi Mubarok
Helmi Mubarok Mohon Tunggu... Guru - Guru

Manusia seharusnya tidak lepas dari perannya sebagai manusia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rezeki yang Perlu Kita Pahami (Perspektif Al-Qur'an)

10 September 2022   20:02 Diperbarui: 10 September 2022   20:03 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Mufid Majnun on Unsplash

Setidaknya yang perlu kita ketahui bahwa rezeki sudah ditentukan oleh Allah SWT, sehingga tidak ada yang namanya rezeki yang salah sasaran atau salah alamat. Dan dalam Al-Qur'an, Allah menyebutkan ada 8 jalan atau pintu rezeki, yaitu :

1. Rezeki yang telah dijamin

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh). (QS. Hud Ayat 6)

Maksud dari sebuah ayat secara eksplisit dan implisit adalah bahwa Allah telah menjamin rizki semua makhluk yang berjalan di atas permukaan bumi (lihat: Tafsir Al-Muyassar). 

Walaupun kata "Dabbah" dalam ayat tersebut di artikan sebagai binatang melata, akan tetapi secara etimologi kata tersebut bisa diartikan sebagai "makhluk yang berjalan" yang bisa mencakup semua makhluk hidup baik binatang maupun manusia. Ketika Allah tidak lalai dari binatang, dengan memberinya rezeki, maka bagaimana Allah akan melalaikan urusan manusia dan segala ucapan dan perbuatannya (lihat: Sulaiman al-Asyqar dalam Zubdat at-Tafsir). 

Hal ini merupakan bentuk rahmah dan kasih sayang dan perhatian Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya. Oleh karena itu, jika terbesit dalam pikiran kita rasa takut miskin, maka bantahlan rasa takut tersebut dengan firman Allah di atas (QS. Hud: 6) tentu dengan dibarengi dengan ikhtiar dan usaha yang baik dan halal. Dan apabila setan dan energi jahat menakutimu dengan kematian dan pembunuhan, maka lawanlah dan bantahlah dengan firman Allah dalam Al-A'raf : 34. (lihat: Li yaddabaru yatih).

2. Rezeki yang tidak terduga

Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (Surat at-Thalaq ayat 3)

Allah Yang Maha Kuasa Yang Maha Pemberi Rezeki (Razzq) akan memberikan rezeki dari berbagai arah yang terkadang tidak terbesit dari benak manusia dan tidak ia duga-duga.

3. Rezeki karena Anak

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. (Surat Al-Isra' Ayat 31)

Dalam ayat ini, secara implisit dan eksplisit Allah mau memberitahu manusia bahwa urusan rezeki merupakan tanggungjawab Allah sebagai Sang Khaliq. Oleh karena itu, sangat berdosa dan sangat terlarang siapapun yang membunuh anaknya dengan alasan takut miskin, seperti yang dilakukan oleh beberapa suku dari kaum Arab Jahiliyah. 

Mereka dianggap sebagai orang-orang bodoh (jahiliyah). Alasan takut miskin saja sudah berdosa, apalagi alasan-alasan yang lain sebagaimana yang banyak kita saksikan di Indonesia, seperti aborsi (abortus) atau menggugurkan kandungan yang sudah bernyawa dan pembuangan bayi yang telah lahir di berbagai tempat, tak lain alasan mereka (pendosa tersebut) adalah karena rasa "malu". (na'udzubillah min zalik)

4. Rezeki karena Istighfar

Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (Surat Nuh Ayat 10-12)

Dengan ayat ini, Imam Hasan Al-Basri pernah menjawab pertanyaan 3 orang yang mengadukan masalah mereka masing-masing yang berbeda, yaitu masalah orang pertama yang belum dikaruniai anak, masalah orang kedua yang sakit menahun yang belum kunjung sembuh, dan masalah orang ketiga yang miskin yang belum kunjung kaya. Solusi yang diberikan oleh Imam Hasan Al-Basri adalah dengan memperbanyak istighfar dengan dasar ayat di atas.

5. Rezeki karena Menikah

Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Surat An-Nur Ayat 32)

Dalam ayat tersebut, Allah SWT mau memberitahu siapa saja yang hendak menikah untuk tidak khawatir dengan rezekinya, karena Allah akan mencukupinya dan memberinya kekayaan, baik kekayaan jiwa ataupun kekayaan harta. Tetapi kita masih sering disibukkan dengan acara resepsi yang harus "WAH", padahal nikah itu yang penting "SAH" bukan "WAH". 

Diawal ayat, Allah juga menyampaikan firman-Nya dengan kata "kawinkanlah atau nikahkanlah" yang secara implisit memerintahkan manusia untuk membantu orang yang masih bujang untuk bisa segera menikah, supaya mereka bisa hidup tenang dan terhindar dari zina serta perbuatan haram lainnya. 

Dahulu Umar bin Abdul Aziz semasa menjabat sebagai khalifah selalu memfasilitasi dan menanggung semua biaya pernikahan bagi orang yang mau menikah yang diambil dari harta kas negara atau baitul mal. Alangkah baiknya jika negara kita juga memberikan porsi APBN-nya untuk membantu masyarakat yang mau menikah tapi belum mempunyai dana yang memadai.

6. Rezeki karena Bersyukur

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Surat Ibrahim Ayat 7)

Manusia pada umumnya terbagi menjadi dua macam, yaitu : Syakur dan Kafur. Syakur berarti manusia yang pandai bersyukur, sedangkan kafur adalah manusia yang tidak pandai bersyukur atau ingkar nikmat. 

Golongan pertama akan senantiasa diberikan nikmat yang lebih banyak oleh Allah SWT, karena pada hakikatnya nikmat yang disyukuri akan membuahkan dan mendatangkan nikmat-nikmat yang lain. Dan golongan kedua akan diberikan azab, baik azab ketika masih di dunia berupa "merasa fakir sekalipun mempunyai segudang harta", sehingga tak jarang dari mereka menghalalkan segala macam cara untuk selalu menambah pundi-pundi hartanya. Sehingga perbuatan mereka pun akan menghantarkan kepada azab yang pedih saat di akhirat kelak.

7. Rezeki karena Sedekah 

Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (Surat Al-Baqarah Ayat 245)

Sedekah dan infak pada hakikatnya tidak mengurangi harta yang manusia miliki, memang terlihat berkurang, akan tetapi Allah akan memberikan ganti di dunia dan pahala di akhirat bagi orang yang benar-benar tulus ikhlas. Kita mungkin pernah mendengar ungkapan "the power of Giving" bahwa memberi berarti menerima. 

Dengan memberikan sebagian perbendaharaan yang kita miliki, maka pada hakikatnya kita akan menerima kebahagiaan dan keberkahan harta yang masih kita miliki. Dan memberi yang terbaik adalah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, sehingga benar-benar tulus dan ikhlas, akan tetapi teknologi dan media sosial yang mudah diakses menjadi tantangan terbesar di era modern, dimana orang berlomba-lomba mengekspos perbendaharaan yang mereka berikan kepada orang lain supaya dicap sebagai orang yang dermawan, dan hal atau motif tersebut dapat menggerus keikhlasan dan ketulusan dalam bersedekah.

8. Rezeki karena Usaha

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (Surat An-Najm Ayat 39)

Allah memberikan daya kepada manusia untuk berikhtiar dan berusaha dalam mencari rezeki dengan bekerja. Oleh karena itu, kita harus yakin bahwa hasil tak akan pernah mengkhianati usaha. Cepat atau lambat, usaha yang dilakukan manusia  akan membuahkan hasil. 

Hasil yang didapatkan pun bisa beraneka ragam yang tidak melulu soal materi, akan tetapi bisa berupa pengalaman (untuk bisa lebih berkembang), mengetahui teman atau partner mana yang layak atau baik dan buruk sehingga tidak mudah ditipu, ataupun hal-hal lainnya yang suatu saat dengan hal tersebut bisa memudahkan dalam mengais rezeki tentu yang baik dan halal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun