ROTEANAKAI: Anakai, Hoan, Ranoh, Ballo, Nes, Rili, Mada;
ROTETUTUDILA: Dekuana, Lau, Amaia, Bolak, Bakuama, Bafi, Mores, Lio, Poy, Lerek, Meno, Leli, Mean.
Berdasarkan catatan sejarah, sekitar tahun 1941, Gubernur Belanda dari Makasar mengunjungi Rote dan mengumpulkan semua raja dan tua-tua di Rote. Kemudian mereka disuruh oleh Gubernur untuk mencari nama lain yang lebih baik dari nama “Rote“. Kemudian mereka mencari nama lain dengan didasarkan pada fakta sejarah bahwa ketika Belanda dan Portugis datang ke Pulau Rote tidak pernah terjadi peperangan, sehingga mereka putuskan tidak menggunakan nama “Rote“ lagi, tetapi menjadi “Ne do Lino“, artinya “Aman, teduh dan tidak ada perang“. Namun nama „“Rote“ atau “Rote do Kale“ tetap saja digunakan dalam pantun ketika mereka menyambut kedatangan sang Gubernur Belanda seperti terkutip di bawah ini:
Nai fai kia dalen
Do nai ledo kia tein
Ana lena ri mai
Ma ana susi nafa mai
Ana losa Ne do Lino o’en
Nduku Rote do Kale daen
Mai dongge ana ma Kale
Ma mai mete ina falu Rote
Hu ndia dei de anama Rot‘e‘ rama hena
Ma ina fatu Kale raka bani
Ela leo bena Merah Putih dadi neu tui le
Ma Merah Putih dadi neu bau dano
Fo ela leo bena
Tui le naslake na hele dano
Ma bau dano na saengga na hele le
Fo pee‘ le leo babi ma ni o’e leu tama
Artinya:
Pada saat ini
Di hari ini
Ia mengarungi lautan
Menembusi ombak dan gelombang
Ia telah tiba ditanah Ne do Lino
Ia telah tiba di tanah Rote do Dale
Datang menjengguk semua piatu di Kale
Datang melihat semua janda di Rote
Karena itu anak-anak piatu Rote
Dan wanita-wanita balu Kale berharap
Supaya Merah Putih menjadi pohon perlindungan
Dan Merah Putih menjadi sandaran
Agar supaya
Pohon perlindungan itu tetap berdiri pada tempatnya
Dan tiang sandaran itu tetap tegak pada tempatnya
Supaya bala dan rakyat, balu dan piatu dapat berlindung
Dan bernaung (Gyanto, 1958: 106-107).
Singkatnya, suku Rote dan Sabu seasal dengan suku Belu berasal dari Pulau Seram, dan khusus bahasa dan kebudayaan suku Rote sama dengan suku Belu, hanya suku Rote mempunyai unsur bahasa Melayu yang lebih kuat daripada suku Belu (http://janssen-sayangku.blogspot.com/2012/05/asal-usul-suku-belu.html), sehingga semua bersama orang Maluku yang kini berkebangsaan Indonesia, tetapi memiliki nenek moyang sama, berasal dari bangsa Yahudi ***
Sumber kutipan:
Y.L. Henuk dan L. Haning (2015). Rote Mengajar Punya Cerita. Penerbit Lembaga Penelitian Universitas Nusa Cendana, Kupang.
*) Guru Besar di Fakultas Peternakan, Universitas Nusa Cendana, Kupang, NTT, INDONESIA.
PAUL A. HANING MENANGGAPI : “http://paulahaning.blogspot.co.id/2015/07/nenek-moyang-orang-rote-adalah-orang.html”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H