Tuntutlah ilmu sampai ke Negeri Cina. Semua kenal dengan pepatah lama Arab ini. Dalam upaya untuk percepatan penanganan Covid-19, China telah menunjukkan keberhasilannya  menangani wabah dengan tuntas.Â
Untuk mengetahui rahasia kesuksesan China, dapat dilakukan dengan menyimak 2 tulisan, yaitu data Website Worldometer: COVID-19 Coronavirus Pandemic, dan naskah Xifeng Wu: COVID-19 response: 6 lessons from China's Zhejiang Province and Hangzhou, di jurnal World Economic Forum.
Yang pertama berisi pembelajaran tentang bagaimana bisa berhasil  menghadapi wabah yang sudah terjadi, dan yang kedua tentang bagaimana menghadapi wabah sebelum terjadi di suatu wilayah.
Sukses Mengalahkan Wabah Baru
Data Worldometer menunjukkan bahwa outbreak dinyatakan mulai terjadi di Kota Wuhan pada tanggal 22 Januari 2020, sebagai tanggap cepat pemerintah dengan telah ditemukannya 4 kasus terdiagnosis konfirmasi positif Flu Wuhan (kini dikenal dengan nama COVID-19) pada 18 Januari 2020.Â
Sehari setelah pernyataan darurat outbreak, 23 Januari 2020, pemerintah kota menyatakan status karantina (large-scale quarantine) untuk seluruh wilayah Kota Wuhan.
Setelah dua pekan intervensi karantina total, hasilnya terlihat pada dua pekan berikutnya dimana tampak terhentinya kejadian kasus baru pada tanggal 21 Februari 2020, tepat 1 bulan setelah deklarasi outbreak. Selanjutnya, tepat sebulan kemudian, tanggal 22 Maret 2020, kurva epidemi sudah mendekati titik akhir.Â
Wuhan mampu mengakhiri wabah tanpa tes laboratorium, tanpa skrening, tanpa obat, tanpa vaksin, kecuali disiplin karantina. Bukan saja menang, Wuhan mampu untuk mengidentifikasi informasi genetik virus baru yang belum dikenal, Â dan mengembangkan tes laboratorium untuk deteksi virus corona, di tengah kesibukannya berperang melawan Corona, hanya dalam waktu seminggu.
 Wuhan sebagai epicentrum China, sekaligus episentrum penyebaran wabah Corona ke seluruh dunia berubah segera. Suasana duka berubah dengan suka. Perang melawan corona berlangsung sangat singkat, hanya 2 bulan. Seluruh negara berpesta ria secara nasional. Kehidupan sosial ekonomi segera pulih total, namun tetap dalam keadaan siaga.Â
Tidak lama setelah itu, terdengar China sudah memberi bantuan tenaga dokter dan fasilitas kesehatan ke Italia, termasuk Indonesia yang mendapat bantuan APD (Alat Pelindung Diri) untuk para dokter dan paramedis.
 Tanggap Darurat Sebelum Wabah
 Sewaktu Wuhan dalam puncak perang melawan Corona, negeri lain seantero Tiongkok sudah segera siap siaga. Contohnya Hangzhou, Zhejiang Province segera bertindak, walaupun belum ada  kasus konfirmasi, sementara wilayah ini jauhnya lebih dari 1.000 mil dari Wuhan.Â
Segera karantina ketat dilaksanakan. Tidak ada penduduk luar boleh masuk Hangzhou. Semua bentuk upaya pecegahan dilakukan secara penuh dan serentak, termasuk harus melakukan Jaga Jarak.
Upaya pertama yang secara sistematik dilakukan adalah identifikasi dan deteksi dini dengan survailan aktif sehingga jika kasus baru muncul segera ditemukan dengan cepat.Â
Kedua, pemerintah kota mempergunakan data dan teknologi informasi untuk melacak pergerakan penduduk, sebagai bagian dari teknik penelusuran kontak (contact tracing).Â
Pergerakan penduduk dapat dipantau dengan bantuan software teknologi informasi. Seorang kasus positif segera diketahui dengan siapa saja dia pernah kontak akhir-akhir ini. Yang ketiga, komunikasi dan kerja sama dengan semua pihak, termasuk para saintis, dan publik dengan informasi yang transparan.
Semua ini, Â selain segera dilakukan, juga dilakukan secara menyeluruh terhadap 10 juta penduduk ibu kota Propinsi Zhejiang ini.
Perang Melawan Corona di Indonesia
Terhitung 2 Maret 2020 sejak ditemukannya kasus pertama di Depok sampai awal Mei 2020, perang melawan Corona sudah memasuki minggu ke-9, lebih 2 bulan. Kurva epidemi menujukkan diri sementara melaju terus ke atas dan belum tahu kapan mencapai puncak.Â
Terlepas dari berbagai prediksi yang telah dilakukan oleh para pakar prediksi, kurva epidemi secara pasti menunjukkan bahwa wabah ini belum akan berakhir dalam waktu 9 minggu kedepan.Â
Kurva epidemi selalu menggambarkan bahwa jarak antara awal wabah dengan puncak wabah kurang lebih sama dengan jarak puncak wabah dengan masa akhir wabah itu sendiri. Seandainya puncak tercapai di tanggal 2 Mei, atau dalam masa 2 bulan, berarti akhir wabah akan terjadi 2 bulan kemudian atau sekitar tanggal 2 Juli 2020. Sisa 4 minggu menjelang Idul Adha 31 Juli 2020.
Ada yang meramalkan bahwa puncak wabah akan terjadi di akhir Mei atau awal Juni, yang berarti memakan waktu 3 bulan. Untuk itu, akhir wabah akan terjadi 3 bulan kemudian, yakni di awal September 2020. Artinya, sudah tertutup kemungkinan sama sekali untuk mengikuti perjalanan ibadah haji bagi ummat Islam di Indonesia.
 Percepatan Penanganan Covid-19
Pemerintah Indonesia sudah berkomitmen untuk mempercepat penanganan darurat kesehatan masyarakat yang berupa wabah Covid-19 . Komitmen ini ditantang oleh data perkembangan penularan dan penyebaran yang masih terus meningkat.Â
Data menunjukan jumlah kumulatif kasus positif  sebanyak 10.551 orang, dengan ODP (Orang Dalam Pemantauan) sebanyak 233.120 per 1 Mei 2020, atau setelah 2 bulan dari hari kejadian kasus pertama. Artinya, kasus yang mulai dari 2 orang positif  di Depok segera dalam waktu 60 hari telah meningkat sangat signifikan hingga mencapai angka 10.551, yang telah menyebar di 35 seluruh provinsi dan lebih 318 kabupaten/kota.
Bandingkan dengan China yang telah mengakhir wabah dengan jumlah kasus hanya 81.740  atau 87 kasus per sejuta penduduk (7 April 2020). Indonesia belum mencapai puncak saja sudah menujukkan 10.551 kasus, dengan nilai objektif  42 per sejuta, sudah setengah kali lipat jumlah kasus positif China.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehanatan dalam Pasal 11, sudah mengisyarakan untuk melakukan tindakan kekarantinaan yang cepat dan tepat.Â
Pasal itu berbunyi selengkapnya: Penyelenggaraan   Kekarantinaan   Kesehatan   pada Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat secara cepat dan tepat berdasarkan besarnya  ancaman, efektivitas, dukungan  sumber daya, dan  teknik operasional  dengan mempertimbangkan kedaulatan negara,  keamanan, ekonomi, sosial, dan budaya.
Kunci jawabnya adalah diperlukan kepiawaan untuk membaca data, melakukan analisis risiko, dan pendekatan epidemiologi pencegahan untuk membuat keputusan yang bijak: yakni keputusan yang cepat, tepat dan serentak menyeluruh terhadap seluruh wilayah pemerintahan Indonesia.Â
Tindakan kekarantinaan hanya satu yakni karantina orang sehat dengan menutup semua pintu masuk terhadap  semua orang yang ingin masuk wilayah pemerintahan Indonesia, dan/atau isolasi semua orang sakit dengan menutup pintu keluar ke wilayah lainnya, secara menyeluruh di seluruh Indonesia. Mungkin ini yang orang sebut PSBB Nasional.
China sudah melakukannya dan membuktikan sukses besar dengan tindakan kekarantinaan yang cepat dan tepat. Mari tiru China. Artinya, hendaklah tidak perlu  menunggu sampai angka kejadian kasus meningkat secara signifikan, dan tidak perlu meninggu sampai semua fasilitas lengkap. Wuhan telah menuntaskan Corona tanpa tes, tanpa skrening, tanpa obat dan fasilitas yang kurang.
Perang melawan Corona adalah berpicu dengan waktu.
Presiden Uganda Yoweri Museveni, dalam sepotong pidatonya mengatakan:
Ketahuilah, dunia saat ini dalam keadaan perang.
Perang tanpa senjata dan peluru.
Perang tanpa tentara manusia.
Perang tanpa batas.
Perang tanpa perjanjian gencatan senjata.
Perang tanpa medan tempur, tanpa melihat tempat suci.
Di awal pidatonya dia berucap kepada rakyatnya: "Tuhan memiliki banyak pekerjaan,
Dia memiliki seluruh dunia untuk dijaga.
Dia tidak bisa hanya berada di Uganda mengurusi orang-orang idiot...".
Wallahu A'lam Bishawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H