Mohon tunggu...
M Nadjib Bustan
M Nadjib Bustan Mohon Tunggu... Dosen - Pekerjaan : Dosen Universitas Negeri Makassar Jabatan : Guru Besar Epidemiologi/Kesehatan Masyarakat

Pendidikan S1 : Dokter Umum; S2: MPH; S3 Dr.PH

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mari Tiru China

18 Mei 2020   09:00 Diperbarui: 18 Mei 2020   09:00 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

 Sewaktu Wuhan dalam puncak perang melawan Corona, negeri lain seantero Tiongkok sudah segera siap siaga. Contohnya Hangzhou, Zhejiang Province segera bertindak, walaupun belum ada  kasus konfirmasi, sementara wilayah ini jauhnya lebih dari 1.000 mil dari Wuhan. 

Segera karantina ketat dilaksanakan. Tidak ada penduduk luar boleh masuk Hangzhou. Semua bentuk upaya pecegahan dilakukan secara penuh dan serentak, termasuk harus melakukan Jaga Jarak.

Upaya pertama yang secara sistematik dilakukan adalah identifikasi dan deteksi dini dengan survailan aktif sehingga jika kasus baru muncul segera ditemukan dengan cepat. 

Kedua, pemerintah kota mempergunakan data dan teknologi informasi untuk melacak pergerakan penduduk, sebagai bagian dari teknik penelusuran kontak (contact tracing). 

Pergerakan penduduk dapat dipantau dengan bantuan software teknologi informasi. Seorang kasus positif segera diketahui dengan siapa saja dia pernah kontak akhir-akhir ini. Yang ketiga, komunikasi dan kerja sama dengan semua pihak, termasuk para saintis, dan publik dengan informasi yang transparan.

Semua ini,  selain segera dilakukan, juga dilakukan secara menyeluruh terhadap 10 juta penduduk ibu kota Propinsi Zhejiang ini.

Perang Melawan Corona di Indonesia

Terhitung 2 Maret 2020 sejak ditemukannya kasus pertama di Depok sampai awal Mei 2020, perang melawan Corona sudah memasuki minggu ke-9, lebih 2 bulan. Kurva epidemi menujukkan diri sementara melaju terus ke atas dan belum tahu kapan mencapai puncak. 

Terlepas dari berbagai prediksi yang telah dilakukan oleh para pakar prediksi, kurva epidemi secara pasti menunjukkan bahwa wabah ini belum akan berakhir dalam waktu 9 minggu kedepan. 

Kurva epidemi selalu menggambarkan bahwa jarak antara awal wabah dengan puncak wabah kurang lebih sama dengan jarak puncak wabah dengan masa akhir wabah itu sendiri. Seandainya puncak tercapai di tanggal 2 Mei, atau dalam masa 2 bulan, berarti akhir wabah akan terjadi 2 bulan kemudian atau sekitar tanggal 2 Juli 2020. Sisa 4 minggu menjelang Idul Adha 31 Juli 2020.

Ada yang meramalkan bahwa puncak wabah akan terjadi di akhir Mei atau awal Juni, yang berarti memakan waktu 3 bulan. Untuk itu, akhir wabah akan terjadi 3 bulan kemudian, yakni di awal September 2020. Artinya, sudah tertutup kemungkinan sama sekali untuk mengikuti perjalanan ibadah haji bagi ummat Islam di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun