Mohon tunggu...
Probo Pribadi Sm
Probo Pribadi Sm Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Unika St Thomas | Universitas Simalungun | Author, Writer, PERADI Advocate and Lecturer | For surely there is a future, and your hope will not be cut.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Problematika Kehidupan antara anak dan Orangtua

15 Oktober 2024   23:25 Diperbarui: 15 Oktober 2024   23:41 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
@microsoft designer

Kesimpulan

Interaksi antara anak dan orangtua memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan perkembangan emosional seseorang. Namun, hubungan ini tidak lepas dari berbagai tantangan, seperti: perbedaan sudut pandang, komunikasi yang kurang optimal, masalah emosional, dan kesulitan finansial. Perbedaan generasi dan nilai-nilai yang dianut kerap menimbulkan konflik, sehingga kedua belah pihak perlu menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi agar tercipta hubungan yang harmonis dan saling mendukung. Perbedaan perspektif antar generasi sering menjadi sumber utama konflik.

Orangtua umumnya berpegang pada nilai-nilai tradisional dan mengutamakan stabilitas, sedangkan anak-anak lebih responsif terhadap perubahan dan tren baru. Ketidakselarasan nilai ini kerap memicu perselisihan, terutama dalam hal pilihan karier dan gaya hidup. Komunikasi yang tidak efektif sering kali menjadi penyebab utama konflik dalam keluarga. Faktor seperti stereotip antar generasi, keterbatasan waktu bersama, dan emosi yang tidak terkelola dengan baik dapat memperburuk situasi. Selain itu, perkembangan teknologi telah mengurangi interaksi tatap muka, membuat komunikasi semakin menantang.

Untuk memperbaiki hubungan, baik orangtua maupun anak perlu mendengarkan dengan empati, memahami perspektif satu sama lain, dan menciptakan ruang yang nyaman untuk berkomunikasi. Masalah emosional dan keuangan juga memengaruhi kualitas hubungan keluarga. Pola asuh yang tidak sesuai dan kurangnya dukungan emosional dapat menghambat kedekatan antara anak dan orangtua. Di sisi lain, konflik keuangan menambah kerumitan dengan menimbulkan ketegangan antara kontrol orangtua dan keinginan anak untuk mandiri. Pemahaman bersama, komunikasi terbuka, dan penerapan pola asuh yang seimbang sangat dibutuhkan agar relasi keluarga dapat berkembang secara positif dan harmonis.

Membangun hubungan harmonis antara orangtua dan anak membutuhkan komunikasi yang jujur dan empatik, di mana kedua belah pihak mendengarkan serta memahami sudut pandang masing-masing. Orangtua perlu bersikap fleksibel terhadap perubahan zaman dan menghormati cita-cita anak, sementara anak juga diharapkan menghargai nilai-nilai keluarga. Waktu berkualitas bersama, pengelolaan emosi yang baik, serta penyelesaian masalah finansial melalui dialog dan kerja sama menjadi kunci penting. Dengan pola asuh yang seimbang dan saling pengertian, hubungan keluarga dapat berkembang secara positif dan mendukung kesejahteraan emosional setiap anggotanya.

Referensi :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun