Mohon tunggu...
Priyasa Hevi Etikawan
Priyasa Hevi Etikawan Mohon Tunggu... Guru - Guru SD || Pecinta Anime Naruto dan One Piece

Penulis buku Asyiknya Menjadi Penulis Pemula (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengulik Makna Kemerdekaan, Sudahkah Guru Merdeka?

20 Agustus 2024   05:26 Diperbarui: 20 Agustus 2024   06:27 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebijakan ganti menteri ganti kurikulum juga seakan menjadi sebuah keniscayaan setiap kali rezim baru berkuasa. Tetapi tawaran-tawaran solusi itu seakan belum menemukan titik cerahnya. Karena pendidikan juga tidak semata bicara soal kurikulum. Sebagai sebuah sistem pembentuk kebudayaan pendidikan memiliki begitu banyak unsur pembangunnya.

Gagasan besar melalui konsep merdeka belajar yang digaungkan oleh Mendikbudristek menghadapi tantangan yang tidak mudah. Karena perubahan besar itu selalu dimulai dari pembenahan pada cakupan detail yang lebih kecil. 

Transformasi pendidikan yang dicita-citakan haruslah dimulai dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Pembenahan dan pemberdayaan sekolah sebagai satuan pendidikan perlu dioptimalkan. Juga penanaman kesadaran akan pentingnya pendidikan di lingkungan keluarga perlu lebih disosialisasi pada masyarakat.

Masyarakat yang sadar bahwa tanggung jawab mendidik bukan hanya ada dipundak guru dan sekolah akan mempercepat proses transformasi itu. Agar tidak terjadi misalnya saat mencuat kasus anak SMP belum lancar membaca seperti tempo hari malah seakan menjadi ajang untuk saling menyalahkan dan saling mencari kambing hitam antara orangtua dan sekolah (guru). 

Semua itu hanya menunjukkan belum beres dan belum sinerginya sistem pendidikan yang ingin kita gagas. Konsep tripusat pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara seakan bagus untuk diucapkan tetapi sulit untuk diwujudkan. Karena belum terbentuknya nalar kesadaran bersama.

Guru Merdeka

Lalu bagaimana dengan guru? Apakah di era kurikulum merdeka ini guru sudah betul-betul merdeka? Seperti kaos yang sering dipakainya bertuliskan "Merdeka Belajar". Apakah jiwa dan raganya memang betul-betul sudah merdeka? Sudah selamat dan bahagia seperti yang diidealkan oleh Ki Hajar Dewantara?

Guru adalah model manusia intelektual. Maka kemerdekaan itu hendaknya tercermin dalam segala tindakan dan olah pikirnya. Guru merdeka tidak terbelenggu oleh kepentingan-kepentingan pragmatis. Guru merdeka memiliki kebebasan untuk menentukan sikap dan pandangannya dalam setiap tindakan. Menyangkut keprofesiannya sebagai guru maupun menyangkut diri dan pribadinya sebagai manusia terdidik.

Mengucapkan pikiran melakukan tindakan sesuai hati nurani yang bertanggung jawab. Jika profesi guru disadari sepenuhnya sebagai sebuah panggilan jiwa maka separuh masalah pendidikan di negara ini sudah selesai. 

Dikatakan selesai separuhnya karena dengan demikian guru sepenuhnya menyadari bahwa ia adalah manusia terpilih sekaligus manusia yang diberi tanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsanya. 

Lebih jauh ikut menentukan kemajuan peradaban bangsanya. Sikap sadar dengan sepenuh hati seperti inilah yang akan melahirkan dedikasi dan menumbuhkan militansi dalam melakoni profesi. Optimal dalam mendidik generasi penerus bangsa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun