Mohon tunggu...
Priyasa Hevi Etikawan
Priyasa Hevi Etikawan Mohon Tunggu... Guru - Guru SD || Pecinta Anime Naruto dan One Piece

Penulis buku Asyiknya Menjadi Penulis Pemula (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengulik Makna Kemerdekaan, Sudahkah Guru Merdeka?

20 Agustus 2024   05:26 Diperbarui: 21 Agustus 2024   14:22 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan mestilah membuat semua orang mencapai keselamatan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Jika setiap orang telah selamat dan bahagia barulah bisa dikatakan telah merdeka dalam artian sebenarnya.

Lalu jika dikaitkan dengan kondisi sekarang apakah dunia pendidikan kita sudah mencapai kata merdeka seperti yang diidealkan oleh Ki Hajar? Begitu banyak persoalan dan dinamika terjadi. Ribuan guru honorer hampir setiap tahun melakukan aksi demonstrasi menuntut kejelasan nasib. 

Kekerasan dan perilaku menyimpang marak terjadi di lingkungan pendidikan. Biaya sekolah dan kuliah yang semakin tahun semakin mahal. Persoalan administrasi guru yang dirasa masih membelenggu. Juga rendahnya perlindungan hukum terhadap guru.

Serta masih banyak persoalan lainnya semacam tingkat literasi dan skor IQ nasional yang rendah, skor PISA juga yang masih belum terlalu menggembirakan, politisasi pendidikan, komersialisasi pendidikan, dst. Begitu banyak PR dalam bidang pendidikan yang mesti dibenahi oleh bangsa ini.

Kebijakan ganti menteri ganti kurikulum juga seakan menjadi sebuah keniscayaan setiap kali rezim baru berkuasa. Tetapi tawaran-tawaran solusi itu seakan belum menemukan titik cerahnya. Karena pendidikan juga tidak semata bicara soal kurikulum. Sebagai sebuah sistem pembentuk kebudayaan pendidikan memiliki begitu banyak unsur pembangunnya.

Gagasan besar melalui konsep merdeka belajar yang digaungkan oleh Mendikbudristek menghadapi tantangan yang tidak mudah. Karena perubahan besar itu selalu dimulai dari pembenahan pada cakupan detail yang lebih kecil. 

Transformasi pendidikan yang dicita-citakan haruslah dimulai dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Pembenahan dan pemberdayaan sekolah sebagai satuan pendidikan perlu dioptimalkan. Juga penanaman kesadaran akan pentingnya pendidikan di lingkungan keluarga perlu lebih disosialisasi pada masyarakat.

Masyarakat yang sadar bahwa tanggung jawab mendidik bukan hanya ada dipundak guru dan sekolah akan mempercepat proses transformasi itu. Agar tidak terjadi misalnya saat mencuat kasus anak SMP belum lancar membaca seperti tempo hari malah seakan menjadi ajang untuk saling menyalahkan dan saling mencari kambing hitam antara orangtua dan sekolah (guru). 

Semua itu hanya menunjukkan belum beres dan belum sinerginya sistem pendidikan yang ingin kita gagas. Konsep tripusat pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara seakan bagus untuk diucapkan tetapi sulit untuk diwujudkan. Karena belum terbentuknya nalar kesadaran bersama.

Ilustrasi guru merdeka | Sumber: Dokumentasi pribadi
Ilustrasi guru merdeka | Sumber: Dokumentasi pribadi

Guru Merdeka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun