Mohon tunggu...
Priyasa Hevi Etikawan
Priyasa Hevi Etikawan Mohon Tunggu... Guru - Guru SD || Pecinta Anime Naruto dan One Piece

Penulis buku Asyiknya Menjadi Penulis Pemula (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Di Balik Murid Hebat Ada Guru yang Dahsyat

7 Agustus 2024   15:07 Diperbarui: 7 Agustus 2024   15:14 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru dan murid | Sumber : Olahan pribadi

Di awal tulisan ini saya ingin bertanya terlebih dahulu kepada para pembaca sekalian. Selama kita berinteraksi dengan para guru entah dalam lembaga formal (sekolah, kampus, dsb) atau lembaga nonformal (kursus, bimbingan belajar, dsb) apakah kita lebih banyak bertemu dengan tipe guru yang menyenangkan atau sebaliknya? Berapa banyak guru yang memberikan kesan sangat mendalam di hati pembaca sekalian? Saya yakin jumlahnya sedikit. Sosok guru istimewa itu hanya ada dalam hitungan jari kita. Padahal selama ini pasti kita bertemu dengan begitu banyak guru. Para guru kita dengan beragam karakter serta pembawaannya.

Pernah dalam suatu obrolan ringan di suatu sore saya berbincang dengan salah seorang sahabat dan rekan diskusi. Saya bertanya padanya selama bersekolah dulu di jenjang manakah yang terasa menarik dan istimewa? Di luar dugaan saya dia menjawab semuanya biasa saja. Tidak ada yang terlalu menarik. Justru pernah mengalami pengalaman yang kurang mengenakkan saat duduk di tingkat sekolah dasar (SD) dulu. Sebuah tindakan yang dilakukan oleh seorang guru dan membekas hingga sekarang di dalam hatinya.

Pengalaman itu berbeda dengan saya. Masa-masa paling berkesan adalah saat bersekolah di SD. Karena saya bertemu dengan sosok guru yang kharismatik dan inspiratif. Yang tidak saya dapati lagi di jenjang selanjutnya. Memang selalu begitu. Yang istimewa pasti sedikit jumlahnya. Kalau banyak tidak menjadi istimewa tapi biasa-biasa saja.

Kesan Mendalam

Setiap murid secara langsung atau tidak pasti akan menilai gurunya. Penilaian itu akan menimbulkan kesan di dalam benaknya. Bisa berupa kesan yang baik, biasa saja atau bahkan kesan yang buruk serta menyakitkan. Karena segala tindak tanduk serta pembawaan sang guru akan dilihat dan dicermati oleh muridnya. Maka sangatlah benar jika dikatakan menjadi guru itu "digugu lan ditiru". Digugu berarti setiap perkataan dan perbuatannya harus bisa dipertanggungjawabkan. Sedangkan ditiru artinya menjadi teladan dan panutan bagi muridnya bahkan bagi siapapun.

Sebagaimana fitrah manusia biasa guru juga bukanlah sosok sempurna. Ia adalah individu unik dan kompleks dengan segala unsur kemanusiaannya. Oleh karena ia tetaplah manusia biasa yang tak jarang bisa berbuat salah dan alpha. Sehingga memang perlu adanya sebuah pandangan dan paradigma berpikir yang lebih proporsional terhadap profesi guru.

Jikalau hari-hari ini isu terkait perundungan atau pembulian masih ramai dan hangat diperbincangkan, sejatinya kejadian perundungan itu bisa saja terjadi dari dan pada siapapun. Murid bahkan guru bisa menjadi korban perundungan bahkan pelaku perundungan itu sendiri. Mengingat bahwa persoalan perundungan atau kekerasan tidak semata menyangkut unsur fisik semata. Perundungan juga bisa terjadi secara verbal melalui kata-kata dan ucapan.

Dibutuhkan kehati-hatian dalam persoalan ini. Selalu dan selalu akan muncul tiga kesan dalam benak murid terhadap gurunya: luar biasa, biasa saja dan menyakitkan. Kesan tidak mengenakkan (menyakitkan) yang disampaikan oleh teman pada kisah di awal tulisan ini hanyalah secuil cuplikan cerita juga bisa dialami oleh siapa saja. Akan teringat sepanjang hidupnya.

Pemikiran bahwa guru harus menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan juga harus dimaknai dengan lebih mendalam. Sebagai sebuah pendekatan dalam membangun hubungan sosial yang lebih hangat antara murid dan guru hendaknya jangan sampai melenceng dari semangat dan tujuan awalnya. Mutu dari sebuah proses pembelajaran tetap harus dipegang teguh. Selalu bahwa semuanya harus berpijak pada tujuan kebaikan bagi si murid dan gurunya.

Menjaga pola interaksi lintas generasi dengan prinsip salih asah, saling asih dan saling asuh. Saling belajar, saling menghormati dan saling menjaga juga melindungi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun