Mohon tunggu...
Priyasa Hevi Etikawan
Priyasa Hevi Etikawan Mohon Tunggu... Guru - Guru SD || Pecinta Anime Naruto dan One Piece

Penulis buku Asyiknya Menjadi Penulis Pemula (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kurikulum Merdeka dalam Diskursus Pro dan Kontra

10 Maret 2024   20:15 Diperbarui: 12 Maret 2024   15:56 1139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar tangkapan layar acara diskusi pro kontra Kurikulum Merdeka | Sumber : Dokpri

Tidak akan pernah ada habisnya jika kita berbicara tentang dunia pendidikan. Karena pendidikan itu akan selalu ada dan dibutuhkan selama eksistensi manusia sendiri juga ada. 

Tidak akan terpisah antara pendidikan dan manusia. Sama seperti halnya tidak terpisahnya antara air dengan kehidupan, antara udara dengan kehidupan. 

Selama manusia masih hidup dan mengembangkan eksistensinya maka selama itu pula pendidikan akan selalu ada. Dan meneguhkan peranannya sebagai pembentuk peradaban manusia.

Bicara pendidikan tidak akan lepas dari bicara kurikulum. Karena kurikulum merupakan suatu perangkat program pendidikan yang diadakan guna menyukseskan tujuan-tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Pendidikan tanpa kurikulum ibarat mobil tanpa mesin. Ada wujudnya, ada barangnya tapi nggak bisa jalan, tidak bisa berlari menuju tujuan yang di harapkan.

Lebih jauh dari itu mobil yang sudah bermesin bagus juga perlu dikemudikan oleh pengemudi yang handal. Pengemudi yang kompeten agar mobil ini bisa berjalan dengan baik dan selamat mengantarkan para penumpang menuju tujuannya masing-masing. 

Bisa dibayangkan jika misalnya sebuah mobil bermesin bagus tetapi pengemudinya kurang cakap bahkan ugal-ugalan, alih-alih mobil sampai ke tempat tujuan malah bisa mogok atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di tengah jalan. 

"Pengemudi Kurikulum" itu tidak lain tidak bukan adalah seorang guru. Ya guru yang berkompeten dan profesional akan bisa membawa mobil bernama pendidikan ini menuju tujuan yang diharapkan bersama dengan selamat, merdeka dan bahagia.

Mengenai Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka lahir pada tahun 2021 dan  mulai diimplementasikan secara terbatas juga di tahun yang sama. Kurikulum ini lahir dan menjadi terobosan pemerintah dalam mengatasi learning loss yang terjadi akibat pandemi Covid-19. 

Pada awal penerapannya kurikulum ini hanya diterapkan pada 111 sekolah penggerak (sekolah prototype) yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. 

Barulah pada tahun 2022 kurikulum merdeka mulai diimplementasikan melalui jalur mandiri. Dan sedianya di tahun 2024 ini kurikulum merdeka akan diterapkan di seluruh wilayah Indonesia menjadi kurikulum nasional.

Gambar Ilustrasi pro kontra Kurikulum Merdeka | Sumber/Ilustrasi: Dokpri
Gambar Ilustrasi pro kontra Kurikulum Merdeka | Sumber/Ilustrasi: Dokpri

Secara otomatis kurikulum merdeka akan menggantikan pendahulunya yaitu kurikulum 2013. Karena diharapkan seluruh sekolah di Indonesia harus sudah menerapkan kurikulum merdeka mulai tahun pelajaran 2024/2025. Sebagai salah satu produk kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dibawah pimpinan Pak Nadiem Makarim.

Kurikulum Merdeka sesuai dengan namanya lebih memberikan kemerdekaan, kebebasan dan keleluasaan bagi guru dan murid dalam penerapannya. 

Kurikulum Merdeka dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik.

Sebagaimana dikutip dari www.pusatinformasiguru.guru.kemdikbud.go.id setidaknya terdapat lima karakteristik utama dari kurikulum merdeka:

  • Fokus pada materi esensial sehingga pembelajaran lebih mendalam
  • Waktu lebih banyak untuk pengembangan kompetensi dan karakter melalui belajar kelompok seputar konteks nyata (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila)
  • Capaian pembelajaran per fase dan jam pelajaran yang fleksibel mendorong pembelajaran yang menyenangkan dan relevan dengan kebutuhan pelajar dan kondisi satuan pendidikan
  • Memberikan fleksibilitas bagi pendidik dan dukungan perangkat ajar serta materi pelatihan untuk mengembangkan kurikulum satuan pendidikan dan melaksanakan pembelajaran berkualitas
  • Mengedepankan gotong royong dengan seluruh pihak untuk mendukung implementasi Kurikulum Merdeka.

Dan menurut saya pribadi hal yang membedakan kurikulum merdeka dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya adalah munculnya konsep pembelajaran berdiferensiasi dan konsep projek penguatan profil pelajar pancasila (P5). Namun dengan segala karakteristik tersebut di atas apakah lantas kemudian kurikulum ini menjadi kurikulum ideal untuk Indonesia saat ini?

Pro Kontra Kurikulum Merdeka

Dalam kehidupan ini pro dan kontra adalah sesuatu yang wajar dan biasa. Apalagi dalam era demokrasi seperti sekarang ini semua pihak bebas menyampaikan pikiran, pendapat dan pandangan-pandangannya. Itu bagian dari konsekwensi kehidupan bernegara yang demokratis. Kebebasan berpikir dan berpendapat dijamin oleh undang-undang.

Ada siang ada malam, ada kiri ada kanan, ada hitam ada putih, ada pro ada kontra biasa saja dan wajar adanya. Demikian pula dengan kebijakan implementasi kurikulum merdeka. Ada yang pro ada yang kontra.

Pro kontra kurikulum merdeka di kalangan guru sebetulnya sudah lama muncul bersamaan dengan lahir dan mulai diimplementasikannya kurikulum ini ke sekolah-sekolah. 

Banyak para guru bersuara lewat berbagai media. Dan yang ramai adalah tentu melalui saluran media sosial. Karena dewasa ini sosial media merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan kita bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Puncaknya pada Sabtu, 9 Maret 2024 pukul 19.00 WIB sebuah akun Youtube dan Instagram bernama Jangan Jadi Guru mengadakan diskusi atau lebih tepatnya debat publik bertajuk "Pro Kontra Kurikulum Merdeka". 

Diskusi ini diselenggarakan secara independen oleh akun tersebut dengan menghadirkan masing-masing 3 narasumber dari kubu pro dan kontra. Acara diskusi dilaksanakan secara virtual melalui zoom meeting dan disiarkan secara live streaming di channel Youtube Jangan Jadi Guru.

Sangat menarik karena 6 orang narasumber yang dihadirkan adalah para guru yang sehari-hari aktif mengajar di satuan pendidikannya masing-masing. Yang semuanya juga aktif bersosial media dan memiliki followersnya masing-masing. Dari tim pro agaknya diisi oleh para pengajar praktik dan fasilitator merdeka belajar beliau adalah Pak Abdul Mujib, Pak Rizky Satria dan Pak Usman Djabar. 

Sementara dari tim kontra diisi oleh beberapa orang guru yang aktif bersuara kritis lewat sosial medianya beliau adalah Pak Alfian Bahri, Pak Ichalago dan Pak Asan Nopek. 

Menariknya di tim kontra ini Pak Asan Nopek adalah seorang pengajar praktik tapi beliau berdiri di sisi kontra Kurikulum Merdeka. Memang agak lain ini Pak Asan Nopek.

Secara garis besar dapat saya simpulkan bahwa menurut tim pro kurikulum merdeka baik dan sudah sangat tepat. Tim pro berargumen bahwa berdasarkan pengalamannya masing-masing kurikulum merdeka ini membawa perubahan nyata dan berdampak langsung pada siswa. 

Salah seorang narasumber mengatakan setelah sekolah beliau menerapkan kurikulum merdeka dalam pembelajaran beliau memfasilitasi projek P5 dan salah satu siswa pada akhirnya berhasil menemukan mata air yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. 

Juga termasuk memberikan edukasi kepada masyarakat di kabupatennya akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan agar sumber-sumber mata air tersebut tetap terjaga.

Juga disebut tentang sekolah di tengah hutan yang menyusun visi misinya diberi nama visi misi SMK hutan sesuai dengan letak geografisnya yang berada di tengah hutan. 

Gambar tangkapan layar acara diskusi pro kontra Kurikulum Merdeka | Sumber : Dokpri
Gambar tangkapan layar acara diskusi pro kontra Kurikulum Merdeka | Sumber : Dokpri

Intinya kurikulum merdeka merupakan kurikulum yang sangat baik dan memberi ruang bagi guru dan satuan pendidikannya untuk berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing. Kurikulum merdeka dianggap penyempurna dari kurikulum sebelumnya.

Sementara dari pihak kontra secara garis besar menganggap kurikulum merdeka ini sama saja sebetulnya dengan esensi kurikulum sebelumnya hanya ganti nama dan istilah saja. Dan menurut tim kontra di era kurikulum merdeka ini banyak pihak yang mengglorifikasi sehingga kurikulum merdeka terkesan seperti produk baru yang benar-benar baru. 

Istilah glorifikasi ini sering sekali disebut dalam diskusi tersebut. Secara sederhana glorifikasi dapat diartikan tindakan melebih-lebihkan sesuatu agar terlihat sangat baik dan luar biasa. 

Dalam implementasinya pun sangat terlihat prematur dan dipaksakan. Para guru di sekolah-sekolah kurang mendapatkan asupan sosialisasi dan pelatihan yang cukup tapi pemerintah sudah terburu-buru untuk menerapkannya. Selengkapnya di sini.

Memang sangat seru dan menarik diskusi tersebut. Seakan menjadi puncak pertemuan dan muara pemikiran serta pandangan dari berbagai pihak terkait kurikulum merdeka ini. 

Saya sendiri berpendapat bahwa diskusi semacam ini sangat bagus dan harus sering dilakukan untuk melatih nalar kritis dan memberi perspektif yang lebih utuh tentang pendidikan Indonesia dan kurikulum merdeka.

Saya melihat diskusi tersebut seperti melihat pertukaran pikiran antara kaum pemikir empirisme (tim pro) dan kaum pemikir rasionalisme (tim kontra). 

Ciri khas kaum empirisme adalah menyimpulkan sebuah pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata di lapangan dengan melibatkan panca indra. Sementara ciri kaum rasionalis adalah mendapatkan sebuah pengetahuan dari hasil berpikir dan bernalar kritis.

Ending dongeng apapun itu kurikulumnya saya sendiri tetap berpandangan adalah guru yang menjadi faktor kuncinya. Seperti pernyataan saya di awal tulisan ini bahwa setiap kebijakan yang diambil pasti akan mengundang pro dan kontra. Dan setiap kurikulum juga pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. 

Kurikulum apapun akan bisa diimplementasikan dengan baik jika faktor-faktor pendukungnya terpenuhi. Misalnya : kesiapan gurunya, sarana prasarana sekolahnya, daya dukung masyarakatnya, juga kebijakan pemerintah yang sejalan dan seirama dengan semangat kemajuan pendidikan itu sendiri.

Kita ingin pendidikan maju dengan kurikulum merdeka tapi para guru masih belum siap karena kurangnya sosialisasi atau karena para guru ini berfokus pada tugas tambahan lain yang menyita energi dan kreatifitasnya. Masalah tugas tambahan di luar tugas pokok dan fungsi guru yang membelenggu: Bendahara BOS, Operator Sekolah, Petugas Inventaris Barang, dan sebagainya. 

Sikap mental yang belum siap semacam ini juga menjadi hambatan dalam kesuksesan implementasi sebuah kurikulum. Belum lagi masih banyak sekolah yang sarana prasarananya terbatas, jumlah tenaga pengajarnya juga pas-pasan dengan tingkat kesejahteraan yang juga tidak kalah pas-pasan, daya dukung masyarakatnya juga kurang begitu bagus karena minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan itu sendiri.

Mencapai sebuah idealitas dalam konsep berpikir adalah keharusan. Tetapi juga harus dibarengi dengan semangat dan kerja keras guna mewujudkan pikiran-pikiran ideal itu menjadi sebuah kenyataan yang bersama kita idam-idamkan. 

Itu menjadi tugas kita bersama agar berpikir dan bertindak untuk mencari cara dan solusi sebisa-bisanya untuk menggerakkan mobil mewah bernama pendidikan ini agar bergerak maju menuju terminal impian. Menuju cita-cita kita bersama menjadi bangsa yang beradab, cerdas dan mampu bersaing dengan bangsa lain dalam kancah percaturan global. Tetap semangat para guru. Maju terus pendidikan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun