Intinya kurikulum merdeka merupakan kurikulum yang sangat baik dan memberi ruang bagi guru dan satuan pendidikannya untuk berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing. Kurikulum merdeka dianggap penyempurna dari kurikulum sebelumnya.
Sementara dari pihak kontra secara garis besar menganggap kurikulum merdeka ini sama saja sebetulnya dengan esensi kurikulum sebelumnya hanya ganti nama dan istilah saja. Dan menurut tim kontra di era kurikulum merdeka ini banyak pihak yang mengglorifikasi sehingga kurikulum merdeka terkesan seperti produk baru yang benar-benar baru.Â
Istilah glorifikasi ini sering sekali disebut dalam diskusi tersebut. Secara sederhana glorifikasi dapat diartikan tindakan melebih-lebihkan sesuatu agar terlihat sangat baik dan luar biasa.Â
Dalam implementasinya pun sangat terlihat prematur dan dipaksakan. Para guru di sekolah-sekolah kurang mendapatkan asupan sosialisasi dan pelatihan yang cukup tapi pemerintah sudah terburu-buru untuk menerapkannya. Selengkapnya di sini.
Memang sangat seru dan menarik diskusi tersebut. Seakan menjadi puncak pertemuan dan muara pemikiran serta pandangan dari berbagai pihak terkait kurikulum merdeka ini.Â
Saya sendiri berpendapat bahwa diskusi semacam ini sangat bagus dan harus sering dilakukan untuk melatih nalar kritis dan memberi perspektif yang lebih utuh tentang pendidikan Indonesia dan kurikulum merdeka.
Saya melihat diskusi tersebut seperti melihat pertukaran pikiran antara kaum pemikir empirisme (tim pro) dan kaum pemikir rasionalisme (tim kontra).Â
Ciri khas kaum empirisme adalah menyimpulkan sebuah pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata di lapangan dengan melibatkan panca indra. Sementara ciri kaum rasionalis adalah mendapatkan sebuah pengetahuan dari hasil berpikir dan bernalar kritis.
Ending dongeng apapun itu kurikulumnya saya sendiri tetap berpandangan adalah guru yang menjadi faktor kuncinya. Seperti pernyataan saya di awal tulisan ini bahwa setiap kebijakan yang diambil pasti akan mengundang pro dan kontra. Dan setiap kurikulum juga pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.Â
Kurikulum apapun akan bisa diimplementasikan dengan baik jika faktor-faktor pendukungnya terpenuhi. Misalnya : kesiapan gurunya, sarana prasarana sekolahnya, daya dukung masyarakatnya, juga kebijakan pemerintah yang sejalan dan seirama dengan semangat kemajuan pendidikan itu sendiri.
Kita ingin pendidikan maju dengan kurikulum merdeka tapi para guru masih belum siap karena kurangnya sosialisasi atau karena para guru ini berfokus pada tugas tambahan lain yang menyita energi dan kreatifitasnya. Masalah tugas tambahan di luar tugas pokok dan fungsi guru yang membelenggu: Bendahara BOS, Operator Sekolah, Petugas Inventaris Barang, dan sebagainya.Â