Juga persoalan klasik yang masih terjadi adalah bahwa operator sekolah seharusnya ditempatkan sebagai inti dari pengerjaan ini. Ya sebagai inti dan jantungnya. Namun bukan berarti segala pengerjaan E-Rapor dikerjakan seluruhnya oleh si operator sekolah. Dia hanyalah pihak yang memandu. Ada pun guru atau wali kelas tetap harus berperan aktif dalam kewajibannya mengolah nilai rapor. Terdengar klise memang. Tapi pola pikir keliru tentang teknis penggunaan E-Rapor masih banyak ditemui. Semua pihak harus belajar menggunakan E-Rapor dengan benar. Tidak hanya operatornya saja.
Sepengamatan saya setidaknya ada dua aplikasi E-Rapor terintegrasi Dapodik. Ada E-Rapor KM besutan Kemdikbudristek. Dan ada E-Rapor SP buatan Pak Pasek salah seorang guru fisika SMA di Provinsi Bali. Sekolah saya sendiri tahun ini memilih menggunakan E-Rapor SP buatan Pak Pasek dengan banyak pertimbangan dan alasan. Aplikasi sudah terintegrasi Dapodik, lebih stabil dan lebih ramah pengguna. Serta menyediakan banyak kanal dan referensi untuk teknis penggunaannya khususnya berupa blog dan channel Youtube yang mengulas penggunaan aplikasi tersebut.
Ending dongeng, apapun itu mari bersama menyadari bahwa pekerjaan olah nilai rapor adalah pekerjaan bersama di rumah besar kita bernama sekolah. Semua pihak mempunyai tugas dan peranannya masing-masing. Jika pekerjaan itu melibatkan semua pihak dalam satu kesatuan visi disertai dengan perubahan paradigma berpikir yang lebih progresif maka percayalah perkerjaan olah nilai rapor tidak akan menjadi sebuah kerepotan untuk guru dan wali kelas. Tetapi akan menjadi sebuah momen dimana semua pihak belajar dan berkembang bersama. Tergerak, bergerak dan menggerakkan yang saat ini rajin digembar-gemborkan oleh semua insan pendidikan hendaknya dimulai dari satuan terkecil pendidikan itu sendiri. Yaitu dimulai dari guru dan lingkungan sekolahnya. Melalui pengerjaan E-Rapor ini misalnya semua pihak di sekolah bisa tergerak dan bergerak bersama.
Selamat berepot-repot dengan E-Rapot bagi semua guru di Indonesia. Tetap semangat dan tetap menjadi sosok yang gemar belajar dan selalu adaptif terhadap perubahan zaman. Maju terus guru Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H