Mohon tunggu...
Priyasa Hevi Etikawan
Priyasa Hevi Etikawan Mohon Tunggu... Guru - Guru SD || Pecinta Anime Naruto dan One Piece

Penulis buku Asyiknya Menjadi Penulis Pemula (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berepot-Repot dengan E-Rapor

4 Desember 2023   21:08 Diperbarui: 5 Desember 2023   13:43 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi E-Rapor | Sumber : Dokpri

Kegiatan Penilaian Akhir Semester 1 atau Asesmen Akhir Semester 1 tahun pelajaran 2023/2024 tengah dilaksanakan. Kegiatan ini berujung pada pengolahan nilai rapor sebagai aktivitas rutin yang dilakukan guru di akhir semester berjalan. Rapor atau laporan hasil belajar merupakan dokumen yang berisi informasi tentang nilai dan atau prestasi belajar murid dalam satu semester.

Sejak tahun 2017 bersamaan dengan implementasi kurikulum 2013, Kemdikbudristek merilis aplikasi olah nilai rapor yang disebut E-Rapor. Aplikasi E-Rapor besutan Kemdikbudristek ini sudah terintegrasi dengan aplikasi Dapodik. Sehingga pengguna dapat langsung menarik data dari Dapodik sebagai sumber referensi data E-Raportnya.

Di era sekarang era penerapan kurikulum merdeka juga Kemdikbudristek telah merilis aplikasi E-Rapor untuk mengolah nilai pada kurikulum merdeka. Meskipun selalu dan selalu saja masalah klasik kembali berulang. Kurang seriusnya dalam pengembangan dan penyempurnaan aplikasi E-Rapor tersebut.

Mengapa saya katakan kurang serius? E-Rapor KM produk dari Kemdikbudristek sangat minim pengembangan. Juga sangat sedikit sekali kanal atau channel yang bisa diikuti oleh pengguna sebagai media mempelajari penggunaan E-Rapor ini. Kalaupun ada mereka yang mengulas dan memberikan tutorial kebanyakan adalah guru atau sekolah pengguna. Dari pihak pengembang sendiri menyediakan kanal atau channel khusus untuk pembahasan E-Rapor nya tetapi sangat terbatas.

Pengalaman saya tahun lalu menggunakan aplikasi ini cukup tertatih-tatih. Pada awal rilis banyak bugs dan eror menyertai. Sampai kemudian dirilis update patchnya toh tetap saja kendala saya temui : tidak bisa mencetak rapor P5 untuk kelas 4.

Saya tidak mengerti apakah ini hanya kasus yang terjadi pada saya atau juga dialami pengguna lain. Tapi setelah saya cek Instagram pengembangnya memang banyak yang mengeluhkan hal serupa. Masih banyak bugs eror dimana-mana. Entah bagaimana perkembangan aplikasi ini sekarang. Masih berjalan pengembangannya atau mandeg di tengah jalan. Karena sepi kabar dan minim sekali sosialisasinya.

Selalu terlintas tanya dalam hati kecil saya, mengapa aplikasi sepenting ini tidak dikembangkan dengan serius? Padahal untuk mendukung implementasi kurikulum merdeka, kurikulum yang tengah gencar-gencarnya digaungkan ini, jelas membutuhkan aplikasi olah nilai yang mapan. Karena apapun kurikulumnya pasti ujungnya guru melakukan olah nilai dan cetak rapor sebagai bahan laporan kepada walimurid.

Minimnya sosialisasi, sedikitnya kanal media informasi dan aplikasi yang masih banyak bugs eror sangat disayangkan. Kemdikbudrsitek mestinya bisa merancang dan mengembangkan aplikasi yang tangguh. Sehingga "orang-orang bawah" seperti saya bisa menggunakan dengan lebih baik dan tidak repot karena E-Rapor yang masih mentah. Aplikasi yang saya bahas adalah aplikasi E-Rapor SD. Entah bagaimana perkembangan E-Rapor di jenjang SMP/SMA. Apakah sudah lebih baik atau sama saja?

Perlunya Visi Bersama

Pengembangan E-Rapor yang baik dan terstruktur selain mempermudah pelaksana teknis di bawah juga akan membawa banyak dampak pengiring lainnya. Jaman sekarang konon guru dituntut untuk mampu bekerja dalam tim dan mampu berkolaborasi dengan siapapun. Demikian juga dalam hal teknis olah nilai rapor.

Pengembangan E-Rapor yang baik dapat merangsang guru untuk dapat berkolaborasi dalam proses pengolahan nilai rapornya. Karena E-Rapor yang sudah terintegrasi dengan Dapodik miliki fitur yang memungkinkan semua pihak : operator sekolah, guru dan wali kelas bersama-sama dalam mengerjakan olah nilai. Para pihak tersebut bisa mengerjakan bersama-sama dengan aplikasi yang sama. Intinya memungkinkan untuk bekerjasama dan berkolaborasi.

Ada kekompakan dan kesamaan semangat dan visi dalam kebersamaan. Metode client server memungkinkan semua pihak untuk melaksanakan itu. Operator bertugas sebagai administrator. Sementara guru bertindak sebagai eksekutor dan kepala sekolah berperan sebagai motivator.

Sebagai administrator seorang operator sekolah berperan sebagai tokoh utama dalam penggunaan E-Rapor. Ia menyiapkan data-data utama dan mendasar agar aplikasi siap digunakan. Ia juga menjadi pengendali dan wajib menguasai tentang seluk beluk teknis penggunaan aplikasi. Menjadi sumber informasi serta referensi bagi guru atau wali kelas nantinya.

Sebagai eksekutor guru dan wali kelas adalah pengguna sesungguhnya dari aplikasi ini. Data-data mendasar yang sudah disiapkan oleh operator sekolah pada level administrator akan menjadi acuan bagi guru dan wali kelas. Sebelumnya operator sekolah telah menarik data dari Dapodik, setelahnya guru dan wali kelas barulah bisa menggunakan aplikasi ini. Mulai dari memetakan kompetensi dasar (KD) atau menginput tujuan pembelajaran, memasukkan nilai, mengolah deskripsi sampai pada proses cetak rapornya semua dilakukan guru dan wali kelas dalam satu aplikasi terintegrasi.

Kepala sekolah sebagai motivator. Motivator disini memiliki artian bahwa kepala sekolah menyemangati dan memberikan pengaruh agar guru-guru dan bawahannya siap bekerja dan berkolaborasi dalam menggunakan E-Rapor. Kepala sekolah mempunyai wewenang untuk memantau progres pekerjaan olah nilai. Dan mempunyai fungsi koordinatif agar semua pihak terlibat secara aktif dalam olah nilai rapor.

Perubahan Paradigma Berpikir

Tidak jarang masih ditemui di sekolah-sekolah dimana pengerjaan olah nilai rapor ini terkesan jalan sendiri-sendiri. Guru atau wali kelas menggunakan aplikasi olah nilai yang berbeda-beda. Banyak macam aplikasi yang digunakan dalam satu sekolah. Ada aplikasi berbasis excel macro atau menggunakan aplikasi terintegrasi Dapodik seperti E-Raport.

Tentu saya sangat menyarankan hendaknya kita semua para guru dan sekolah-sekolah menggunakan aplikasi E-Rapor terintegrasi Dapodik. Maka seperti pembuka tulisan saya diatas jika saja Kemdikbudristek serius dalam mengembangkan E-Raportnya maka dampak positifnya akan sangat besar bagi pelaksana teknis di sekolah.

Pengerjaan olah nilai menggunakan E-Rapor yang mapan akan menumbuhkan jiwa dan semangat berkolaborasi antar berbagai pihak di sekolah. Sehingga tidak timbul kesan bahwa satu sekolah tetapi jalan sendiri-sendiri. Karena di dalam E-rapor itu sendiri memungkinkan seluruh pihak dapat bekerjasama dan berkolaborasi.

Sudah saatnya paradigma berpikir itu berubah. Bahwa pekerjaan olah nilai rapor bukan semata tanggung jawab guru. Tetapi merupakan pekerjaan besar bersama sebagai satu kesatuan sekolah. Satu kesatuan satuan pendidikan. Semua memiliki peran dan fungsinya dalam menyukseskan pekerjaan rutin ini.

Dengan menggunakan E-rapor berdampak basis data nilai akan lebih rapi dalam pengarsipan. Karena semua ada dalam satu kendali aplikasi. Sehingga apabila suatu saat nanti pihak sekolah membutuhkan data yang ada maka tinggal melihat pada E-Rapornya. Tidak terpencar-pencar dan berserakan dimana-mana. Rapi dalam manajemen pendataan dan pengarsipan.

Juga persoalan klasik yang masih terjadi adalah bahwa operator sekolah seharusnya ditempatkan sebagai inti dari pengerjaan ini. Ya sebagai inti dan jantungnya. Namun bukan berarti segala pengerjaan E-Rapor dikerjakan seluruhnya oleh si operator sekolah. Dia hanyalah pihak yang memandu. Ada pun guru atau wali kelas tetap harus berperan aktif dalam kewajibannya mengolah nilai rapor. Terdengar klise memang. Tapi pola pikir keliru tentang teknis penggunaan E-Rapor masih banyak ditemui. Semua pihak harus belajar menggunakan E-Rapor dengan benar. Tidak hanya operatornya saja.

Sepengamatan saya setidaknya ada dua aplikasi E-Rapor terintegrasi Dapodik. Ada E-Rapor KM besutan Kemdikbudristek. Dan ada E-Rapor SP buatan Pak Pasek salah seorang guru fisika SMA di Provinsi Bali. Sekolah saya sendiri tahun ini memilih menggunakan E-Rapor SP buatan Pak Pasek dengan banyak pertimbangan dan alasan. Aplikasi sudah terintegrasi Dapodik, lebih stabil dan lebih ramah pengguna. Serta menyediakan banyak kanal dan referensi untuk teknis penggunaannya khususnya berupa blog dan channel Youtube yang mengulas penggunaan aplikasi tersebut.

Gambar ilustrasi E-Rapor SP | Sumber : Dokpri
Gambar ilustrasi E-Rapor SP | Sumber : Dokpri

Ending dongeng, apapun itu mari bersama menyadari bahwa pekerjaan olah nilai rapor adalah pekerjaan bersama di rumah besar kita bernama sekolah. Semua pihak mempunyai tugas dan peranannya masing-masing. Jika pekerjaan itu melibatkan semua pihak dalam satu kesatuan visi disertai dengan perubahan paradigma berpikir yang lebih progresif maka percayalah perkerjaan olah nilai rapor tidak akan menjadi sebuah kerepotan untuk guru dan wali kelas. Tetapi akan menjadi sebuah momen dimana semua pihak belajar dan berkembang bersama. Tergerak, bergerak dan menggerakkan yang saat ini rajin digembar-gemborkan oleh semua insan pendidikan hendaknya dimulai dari satuan terkecil pendidikan itu sendiri. Yaitu dimulai dari guru dan lingkungan sekolahnya. Melalui pengerjaan E-Rapor ini misalnya semua pihak di sekolah bisa tergerak dan bergerak bersama.

Selamat berepot-repot dengan E-Rapot bagi semua guru di Indonesia. Tetap semangat dan tetap menjadi sosok yang gemar belajar dan selalu adaptif terhadap perubahan zaman. Maju terus guru Indonesia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun