Menteri keuangan republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati juga dalam rapat Persatuan Guru Republik Indonesia pada bulan Juli 2018 menyatakan bahwa tunjangan guru dalam bentuk dana sertifikasi profesi nyatanya tidak mencerminkan kualitas pendidik. Hal tersebut diperparah dengan hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata nasional berada pada angka 56,69. Dari 34 provinsi hanya terdapat 10 provinsi yang berhasil mencapai pasing grade, sisanya sekitar 75 % masih di bawah rata-rata (Maulipaksi, 2015).
Penyebab Rendahnya Mutu Guru
Persoalan rendahnya kualitas pendidikan tidak bisa hanya dijawab dengan cara mengubah kurikulum, meningkatkan anggaran pendidikan, atau mengganti menteri dan dirjen pendidikan.Â
Kualitas pendidikan di Indonesia hanya bisa dijawab dengan peningkatan kualitas guru. Tanpa perbaikan kualitas guru maka peningkatan mutu pendidikan kita hanya sebatas angan semata.Â
Mengutip pendapat Anis Baswedan yang mengatakan bahwa kurikulum berubah, tidak otomatis kualitas pendidikan meningkat. Namun jika kualitas guru meningkat, kualitas pendidikan pasti meningkat. Itu kuncinya dan memang demikian adanya. Guru adalah nyawa dari pendidikan itu sendiri.Â
Maka peningkatan mutu dan kualitas guru mestinya menjadi isu utama dan menjadi titik tolak kebijakan perbaikan mutu pendidikan di Indonesia secara umum.Â
Hal ini sejalan dengan pendapat Syarif Yunus (2018) yang menyatakan bahwa memang persoalan peningkatan mutu guru di Indonesia bukanlah perkara gampang.Â
Syarif Yunus memetakan setidaknya ada empat penyebab rendahnya mutu kompetensi guru di Indonesia :
Pertama, tentang cara pandang guru itu sendiri terhadap profesinya. Banyak guru di Indonesia yang beranggapan bahwa pekerjaan sebagai guru adalah ladang untuk mencari uang semata.Â
Banyak guru mengerjakan proyek sampingan atau mengajar di banyak tempat untuk mencari tambahan penghasilan. Hal ini menyebabkan kurang optimalnya perhatian terhadap peningkatan pelayanan dan mutu pembelajaran mereka. Alhasil berpengaruh terhadap hasil pembelajaran yang dicapai siswa.Â
Seorang teman dalam sebuah tulisannya mengatakan bahwa banyak orang menjadi guru di jaman sekarang hanya berdasarkan motivasi materi saja. Tidak betul-betul tulus ingin mengabdi dan memajukan pendidikan. Mereka mau menjadi guru karena guru di jaman sekarang gajinya besar dan hidupnya sejahtera. Maka berbondong-bondonglah orang menjadi guru. Setujukah pembaca sekalian dengan pendapat ini?