Mohon tunggu...
Pris Chania
Pris Chania Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Blog yang dibuat untuk kumpulan Cerpen karya Pris Chania

Hidup adalah belajar, belajar dari segala hal. Jangan cepat puas, karena esok masih ada.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Siapa Penyihir Asli?

12 Juni 2022   12:37 Diperbarui: 23 September 2024   20:56 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Matahari pagi mungkin merona cerah, tetapi tidak dengan warga kampung itu. Tangis pilu kembali menyayat relung hati. Kematian itu pasti dari hari ke hari. Teriakan-teriakan ngilu itu mengiris sanubari, mencekam suasana pagi yang sendu.

"Ini pasti ulah Penyihir itu! Dia renggut anakku satu-satunya. Bahkan, sebelum anakku bisa memanggil ibunya dengan mulutnya yang mungil! Oh ... anakku."

Akhiya terkesiap menyaksikan seorang wanita mencoba memberontak dari pegangan orang-orang di sekitarnya, enggan melepas sosok mungil tidak bernyawa dalam dekapan. Siapa Penyihir yang dimaksud wanita itu? Memang peradaban masih mengagungkan sihir. Namun, selama Akhiya berada di kampung itu, jelas-jelas dia tidak melihat adanya sihir.

Kecuali ....

"Kita bunuh saja Penyihir sialan itu!"

"Ya, kita bunuh saja! Selama dia masih hidup, kampung kita tidak akan tenang seperti sedia kala."

Akhiya melihat sebagian warga bergegas pergi membawa amarah yang melangit. Dia dapat merasakan hawa dendam yang membumbung tinggi. Percikan kesedihan yang berbaur dengan kebencian itu jelas nyata terpahat pada masing-masing wajah warga.

"Permisi, Tuan ... apa yang terjadi pada kampung ini?" Akhiya memberanikan diri bertanya pada salah seorang lelaki tua bertongkat.

Lelaki itu tersenyum kecil, menepuk tempat duduk di sampingnya sebagai isyarat agar Akhiya ikut duduk.

Kata lelaki tua itu, "Peradaban sudah tidak lagi sama, Anak Muda. Di mana wanita yang ditinggali suaminya dianggap aib dan sebagai penyihir. Kata warga, wanita-wanita itu adalah pembawa sial yang membawa segala macam penyakit dan kutukan. Selama berbulan-bulan, banyak bayi yang mati. Bahkan, satu hari ada sepuluh bayi."

" Beberapa minggu lalu, kematian merendah dan banyaknya ada tiga bayi yang meninggal per hari. Karena kecintaan warga jualah terhadap kampung ini hingga memilih bertahan. Ada yang pergi, pindah dari sini, berharap hidupnya aman dan damai. Namun, sepertinya siapa pun yang berasal dari kampung ini walau keluar sekalipun dari sini, kesialan itu akan tetap mengiringi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun