Kerbau-kerbau di Sumbawa ini mengingatkanku pada istriku. Sebab istriku orang Minang. Aku pernah bertanya padanya apa arti Minangkabau. Pada saat kuliah Budaya Nusantara, sang dosen bercerita tentang sejarahnya. Minangkabau berarti menang kerbau. Dahulu, tentara dari Jawa mendarat di pesisir Sumatra dan hendak memulai menaklukkan. Tapi sang pemimpin adat memberi usul agar perang diganti menjadi adu kerbau saja. Pihak penyerang menerima dan menyiapkan kerbau yang besar dan kuat. Melihat hal itu sang datuk memberi usul yang unik. Ia meminta untuk menyiapkan anak kerbau saja, tetapi anak kerbau itu harus dipisahkan dari induknya selama 2 hari. Pada telinga anak kerbau, diselipkan pisau kecil saja. Pada hari pengaduan, sang anak kerbau, melihat kerbau besar langsung mengira itu induknya dan menyeruduk ke arahnya. Pisah yang diselipkan di sela telinga anak kerbau menusuk perut kerbau besar. Anak kerbau pun menang. Jadilah minangkabau.
Istriku geli mendengar ceritaku dan bilang bukan begitu maksudnya. Baginya, minangkabau itu ma inang kabau. Ma inang berarti memelihara. Kabau/kerbau adalah hewan yang paling dekat dengan kehidupan masyarakat. Ma inang kabau berarti memelihara kehidupan.
Aku nggak tahu apa dia mencoba berfisolofi atau memang begitulah artinya.
Sebuah hal selalu memiliki pemaknaannya masing-masing. Pasti masih banyak yang lain juga tentang makna kerbau di dalam budaya nusantara yang lain. Misalnya pernah juga kudengar dari temanku yang penempatan di Aceh tentang kenduri laut Pada saat kenduri laut, kerbau hitam dilarungkan ke dalam lautan. Atau di masyarakat Batak dan Toraja. Kepala kerbau ada di rumah-rumah adat mereka. Masing-masing punya makna. Masing-masing punya pesona. Pesona budaya dan Pesona Indonesia.
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H