Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kebo Nange Hingga Ma Inang Kabau

28 Oktober 2015   14:58 Diperbarui: 28 Oktober 2015   14:58 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kenapa ikan nggak bisa ngomong, Ayah?" tanya anakku yang masih berusia 3,5 tahun.

Mendadak aku teringat sebuah film Korea. Dengan pertanyaan yang sama, Cha Tae Hyun menjawab, "Coba kau masuk ke dalam air, bisa ngomong nggak?"

Tentu aku tidak menjawab demikian. Aku diam, berpikir. Anakku menyusulkan sebuah pertanyaan lain, "Kenapa ikan bisa berenang, Ayah?"

Pernah aku berpikir, hanya ikan yang bisa berenang. Tapi momen di Taman Safari, aku melihat monyet bisa berenang. Di televisi juga kulihat harimau bisa berenang. Bahkan, ketika penempatan kerja di Sumbawa, aku baru tahu bahwa kerbau juga bisa berenang. Aku bertanya-tanya, apakah kemampuan renang hewan-hewan lain didapat seperti manusia belajar berenang, atau ujug-ujug mereka memang sudah bisa dan bernaluri renang sejak dilahirkan?

[caption caption="Kebo Nange| http://kabarsumbawa.com"][/caption]

Ratusan kerbau menyeberang ke Gili Rakit. Sebelumnya mereka digiring dulu ke Pantai Panjang. Barulah dari pantai mereka menyeberangi lautan, melawan arus, kurang lebih sepanjang 3 kilometer untuk dapat mencapai Gili (Pulau) Rakit. 

Budaya peternakan Kerbau di Sumbawa masih mengembalakan ladang penggembalaan. Masyarakat setempat menyebutnya lar. Gili Rakit adalah salah satu lar terbesar yang ada di Sumbawa. Gili Rakit adalah salah satu pulau di perairan Teluk Saleh. Secara administratif, ia masuk di dalam Desa Labuhan Jambu, Kec. Terano.

Tradisi ini sudah berjalan lebih dari 65 tahun. Dan setiap tahunnya kita dapat menyaksikan prosesi kerbau berenang ini dalam sebuah festival yang dinamakan Kebo Nange.

Keunikan kerbau dalam tradisi masyarakat di Pulau Sumbawa tidak cuma Kebo Nange semata. Di Sumbawa Barat, ada yang tak kalah menarik. Bila di Madura ada Karapan Sapi, di Sumbawa Barat ada Karapan Kerbau.

[caption caption="Barapan Kebo di Sumbawa"]

[/caption]

Saat tiba musim tanam di Sumbawa, barapan kebo diadakan sebagai bagian dari wujud rasa syukur masyarakat terhadap Tuhan. Arenanya di lumpur persawahan. Sebelum balapan dimulai, kerbau dikumpulkan 3-4 hari sebelum lomba untuk diukur tinggi dan usianya. Seperti para petinju, kerbau-kerbau pun dibagi ke dalam kelas-kelas.

Tidak hanya balapan, barapan kebo juga menjadi ajang adu sandro. Sandro adalah dukun, orang sakti yang jadi jaminan kesaktian perlombaan. Pasangan kerbau yang berhasil meraih juara adalah pasangan kerbau tercepat mencapai tujuan sekalian dapat menyentuh atau menjatuhkan kayu pancang tanda finish yang disebut dengan Sakak. Nah, pada Sakak juga ada Sandro penghalangnya. Kesaktian sandro yang mem-backup joki kerbau juga ikut berpengaruh untuk melewati penghalangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun