Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Begini Rasanya Menjadi Minimalis Digital dan Bebas Media Sosial

13 Januari 2022   07:02 Diperbarui: 14 Januari 2022   01:49 3332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya memang masih mengikuti perkembangan berita, tapi itu pun berupa potongan-potongan judul berita yang diposting teman-teman saya di salah satu grup WhatsApp. Hanya kalau berita itu benar-benar penting dan menuntut perhatian, saya baru membuka tautan beritanya. Bila hanya sekedar gosip atau bahkan berita yang tidak jelas (baik secara sumber maupun faktanya), saya tidak membuka tautan yang dibagikan teman tersebut.

Apa yang terjadi selama saya menjadi minimalis digital?

Tidak ada yang Peduli dengan Ketidakhadiran Online Saya

Hal pertama yang saya sadari perhatikan ketika memutuskan keluar dari semua akun media sosial adalah, ternyata sedikit sekali orang yang peduli atau bahkan menyadari bahwa saya telah tiada di daftar pertemanan media sosial mereka. 

Ada begitu banyak konten di luar sana bagi teman-teman di dunia maya untuk menyadari bahwa satu orang hilang dari umpan tak terbatas. Saya tidak menerima pesan apa pun yang menanyakan saya selama saya pergi dari keriuhan media sosial. 

Pada dasarnya, tidak ada yang tahu saya pergi. Teman-teman saya hanya berbicara kepada saya seolah semuanya baik-baik saja.

Benarlah apa yang dikatakan Gazzely dan Rosen dalam buku mereka, The Distracted Mind, bahwa "Kita tampaknya lebih peduli tentang orang-orang yang tersedia melalui perangkat kita daripada mereka yang ada di depan wajah kita."

Dalam kehidupan nyata, jika kita melihat seseorang hilang bahkan hanya untuk beberapa jam, kita langsung bisa merasa kehilangan dan berusaha mencari tahu kabar orang tersebut. Tetapi dalam kehidupan di dunia maya, kita tidak dapat melihat apa yang mungkin dialami atau bahkan dipedulikan orang tersebut.

Kita terus-menerus terganggu oleh hal-hal lain, konten-konten yang terus diproduksi. Sayangnya hidup kita hanya menuju dunia digital dan di dunia seperti itu, empati dan kepedulian hilang demi menjadi viral.

Uji Nyalimu untuk Menjadi Minimalis Digital

Mungkin ada yang berpikir, bagaimana dengan ruang yang ditawarkan untuk karya seni atau etalase produk yang baru kita rintis?

Bagaimana dengan konten-konten yang menginspirasi kita dan berhasil membuat kita berubah menjadi lebih baik?

Ambil napas dalam-dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun