Perbedaan antara media sosial dan obat-obatan sebenarnya adalah dalam jumlah pelepasan dopamin dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai puncaknya.
Mengganti Waktu Layar dengan Aktivitas yang Bermanfaat
Sama seperti mengatasi kecanduan narkoba atau rokok, kita harus mengganti aktivitas layar kita dengan sesuatu yang lain yang bisa mengalihkan perhatian kita sepenuhnya. Untunglah, saya cukup terbantu dengan kesibukan menyiapkan pelajaran anak-anak TK.
Untuk mengganti kebiasaan mengecek notifikasi media sosial, saya mencoba mencari kesibukan atau aktivitas lain yang lebih produktif dan bermanfaat. Selain membaca dan menulis, aktivitas yang bisa membantu saya mengalihkan perhatian saya dari media sosial adalah menghafal Al Quran.
Jika biasanya setiap pagi saya awali dengan memeriksa media sosial, kini pagi hari saya awali dengan kebiasaan menghafalkan Al Quran.Â
Usai membereskan pekerjaan rumah tangga, saya duduk menikmati udara pagi dan sinar mentari di teras rumah, lalu selama sekitar 1 jam saya mengulang kembali hafalan dan menambah hafalan baru.Â
Setelah itu, baru kemudian saya memeriksa dan membalas pesan-pesan yang masuk, baik di aplikasi perpesanan maupun email. Di hari-hari sekolah, waktu saya untuk online pun menjadi terbatasi dengan sendirinya karena saya harus bersiap-siap untuk mengajar.
Bagaimana bila sedang libur atau ketika tidak mengajar?
Saya berusaha untuk selalu menyibukkan diri sendiri. Pulang dari mengajar, saya hanya memeriksa sekilas pesan-pesan di WhatsApp. Jika pun harus online atau memerlukan browsing internet, saya hanya berselancar di situs-situs yang memang saya butuhkan.
Begitu pula bila sedang antre atau menunggu, saya selalu menahan diri untuk tidak membuka WhatsApp bila tidak ada pesan masuk. Saya mencoba menghabiskan waktu menunggu tersebut dengan membaca, mengulang hafalan, atau memperhatikan orang-orang di sekitar saya.
Puasa Media Sosial dan Berita
Selain berpuasa media sosial, saya juga puasa berita. Praktis, saya buta informasi tentang perkembangan berita-berita terkini. Bukan berarti saya sudah apatis dan skeptis tentang perkembangan negara saya. Namun, menurut saya justru hal ini malah membuat saya lebih tenang dan lebih bahagia.
Intrik-intrik politik yang biasanya selalu saya ikuti, kini tidak lagi mengganggu pikiran saya. Update sepak bola yang selalu membuat saya geregetan, kini tidak lagi membuat saya terusik. Hidup saya benar-benar tenang, dalam arti harfiah.