Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Awas, Kesepian Dapat Mengakibatkan Serangan Jantung dan Stroke

21 Desember 2021   07:03 Diperbarui: 21 Desember 2021   07:11 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Data menunjukkan bahwa kesepian, isolasi sosial, atau keduanya dikaitkan dengan 29% peningkatan risiko serangan jantung dan 32% risiko stroke lebih besar. Menurut para peneliti, risikonya mirip dengan perokok ringan atau obesitas.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kesepian terbukti menjadi prediktor penyakit jantung yang sama kuatnya dengan merokok. Kesendirian dapat meningkatkan tekanan darah dan melemahkan sistem kekebalan tubuh kita.

Jadi, tidak ada pilihan lain. Kita membutuhkan silaturahmi dan interaksi sosial dengan sesama manusia. Itulah DNA kita sebagai makhluk sosial. 

Bentuk Interaksi Sosial yang Menyehatkan

Namun, penting untuk kita perhatikan, tidak semua silaturahmi atau interaksi sosial itu menyehatkan. Silaturahmi atau interaksi sosial yang sehat adalah hubungan yang membuat kita merasa dipahami dan dihormati. 

Hubungan yang memperhatikan kualitas individu, bukan banyaknya follower atau jumlah Like di dunia maya.  Keterkaitan sosial yang menjadikan kita sebagai bagian dari komunitas, bukan menyebabkan persaingan berlebihan satu sama lain.

Dengan memiliki kualitas hubungan sosial yang menyehatkan, kita bisa terhindar dari risiko serangan jantung dan stroke. Dengan interaksi sosial yang sehat, kita bisa terhindar dari stres dan kondisi hati serta jiwa kita pun bahagia. Ujungnya, sistem kekebalan tubuh kita pun meningkat. Dengan silaturahmi yang bermakna, wajah kita akan terlihat senantiasa berseri-seri, mudah tersenyum, hingga dikatakan orang kita seperti awet muda, padahal umur kita bilangannya jauh lebih banyak. Nah, bukankah ini sama dengan usia yang panjang?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun