Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Awas, Kesepian Dapat Mengakibatkan Serangan Jantung dan Stroke

21 Desember 2021   07:03 Diperbarui: 21 Desember 2021   07:11 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kesepian terbukti menjadi prediktor penyakit jantung yang sama kuatnya dengan merokok (unsplash/Michel E)

Jauh sebelum ilmu pengetahuan modern menemukan efek negatif dari kesepian, Rasulullah Saw sudah menyampaikan kebenarannya terlebih dahulu. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a, Rasulullah Saw bersabda,

"Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), maka hendaklah ia menyambung (tali) silaturahmi." (HR Muttafakun Alaih).

Narasi hadis tersebut menyatakan bahwa silaturahmi dapat mengakhirkan ajal, atau memperpanjang umur. Dengan kata lain, kurang silaturahmi atau kurang sosialisasi dapat memperpendek usia.

Bagaimana bisa?

Dengan silaturahmi, kita akan mengenal dan dikenal oleh banyak orang. Dengan silaturahmi, kita terhindar dari rasa kesepian. 

Kesepian Dapat Mengakibatkan Serangan Jantung dan Stroke

Nah, di sinilah letak kebenaran sabda Rasulullah Saw di atas. Menurut penelitian, kesepian tak hanya dikaitkan dengan kesehatan mental, namun juga kesehatan fisik. 

Kesepian telah dikaitkan dengan sistem kekebalan yang lebih lemah dan tekanan darah tinggi, menurut peneliti utama Dr. Nicole Valtorta dari University of York di Inggris. 

Meskipun ini adalah studi observasional, dia mengatakan temuan menunjukkan bahwa memiliki jaringan sosial yang lebih kuat bermanfaat bagi kesejahteraan dan kesehatan kita.

Selain itu, bentuk silaturahmi dengan cara mempertahankan hubungan yang ada dan menjalin pertemanan baru bisa menjadi bentuk pencegahan penyakit yang efektif.

Lebih khusus lagi, sebuah penelitian menunjukkan bahwa kesepian dan isolasi sosial dapat mengakibatkan serangan jantung dan stroke. Menurut tinjauan studi yang diterbitkan di jurnal Heart, untuk menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke, kita perlu keluar dan bertemu orang-orang.

Para peneliti memeriksa 23 penelitian yang melibatkan 181.000 orang dewasa. Di antara kelompok ini, 4.628 kejadian yang berhubungan dengan jantung---seperti serangan jantung, serangan angina, atau bahkan kematian---dan sekitar 3.000 stroke tercatat. 

Data menunjukkan bahwa kesepian, isolasi sosial, atau keduanya dikaitkan dengan 29% peningkatan risiko serangan jantung dan 32% risiko stroke lebih besar. Menurut para peneliti, risikonya mirip dengan perokok ringan atau obesitas.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kesepian terbukti menjadi prediktor penyakit jantung yang sama kuatnya dengan merokok. Kesendirian dapat meningkatkan tekanan darah dan melemahkan sistem kekebalan tubuh kita.

Jadi, tidak ada pilihan lain. Kita membutuhkan silaturahmi dan interaksi sosial dengan sesama manusia. Itulah DNA kita sebagai makhluk sosial. 

Bentuk Interaksi Sosial yang Menyehatkan

Namun, penting untuk kita perhatikan, tidak semua silaturahmi atau interaksi sosial itu menyehatkan. Silaturahmi atau interaksi sosial yang sehat adalah hubungan yang membuat kita merasa dipahami dan dihormati. 

Hubungan yang memperhatikan kualitas individu, bukan banyaknya follower atau jumlah Like di dunia maya.  Keterkaitan sosial yang menjadikan kita sebagai bagian dari komunitas, bukan menyebabkan persaingan berlebihan satu sama lain.

Dengan memiliki kualitas hubungan sosial yang menyehatkan, kita bisa terhindar dari risiko serangan jantung dan stroke. Dengan interaksi sosial yang sehat, kita bisa terhindar dari stres dan kondisi hati serta jiwa kita pun bahagia. Ujungnya, sistem kekebalan tubuh kita pun meningkat. Dengan silaturahmi yang bermakna, wajah kita akan terlihat senantiasa berseri-seri, mudah tersenyum, hingga dikatakan orang kita seperti awet muda, padahal umur kita bilangannya jauh lebih banyak. Nah, bukankah ini sama dengan usia yang panjang?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun