Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menjadi Guru yang Baik Melalui Teladan Nabi Muhammad SAW

25 November 2021   07:00 Diperbarui: 25 November 2021   10:43 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru yang baik menciptakan lingkungan bagi siswa untuk memanfaatkan pengetahuan, kekuatan, dan bakat mereka (Dokumentasi pribadi)

Tanpa pengantar apa pun, anak bungsu saya tiba-tiba bertanya,

"Bapak sekarang cita-citanya apa?"

Hampir spontan, saya pun menjawab,

"Jadi guru yang baik."

"Ah, Bapak ini. Yang serius dong?" protes anak saya.

"Lho, bapak serius, Bapak sekarang kan jadi guru TK, jadi cita-cita atau harapannya ya bisa menjadi guru yang baik."

"Terus, bagaimana guru yang baik itu seperti apa Pak?"

Nah, pertanyaan terakhir ini yang kemudian membuat saya berpikir keras. Bagaimana cara menjadi guru yang baik?

Karakter apa yang dibutuhkan seorang guru yang baik?

Meneladani Nabi Muhammad SAW sebagai Guru Terbaik

Dalam menjadi yang terbaik, setiap orang tentunya memerlukan teladan agar ia dapat mencontoh cara hingga perilakunya. Bagi saya, untuk menjadi guru yang terbaik, satu-satunya teladan yang patut kita tiru hanyalah Nabi Muhammad SAW.

Ya, Nabi Muhammad bukan hanya sekadar manusia pilihan yang diutus Allah untuk menyampaikan pesan agama Islam kepada seluruh umat manusia. Dalam setiap kepribadiannya, Nabi Muhammad adalah teladan sepanjang jaman, termasuk teladan untuk menjadi guru yang baik.

Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah (QS Al-Ahzab, 33: 21)

Struktur kepribadian kita sangat dipengaruhi oleh guru yang membimbing kita dalam perjalanan pendidikan kita. Baik itu orangtua, maupun guru di berbagai jenjang sekolah yang kita tempuh. Ibarat kertas yang masih putih bersih, orangtua dan guru lah yang menorehkan berbagai catatan yang nantinya akan membentuk karakter kita saat dewasa.

Dalam Islam, hanya ada satu guru yang meletakkan dasar bagi pendidikan spiritual umat manusia. Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang buta huruf. Allah memilihnya untuk menjadi Utusan Terakhir dan guru yang sempurna bagi umat Islam.

Nabi Muhammad ditugaskan untuk membaca dan menyampaikan pesan Al Quran kepada seluruh umat manusia. Namun, beliau SAW bukan guru biasa. Bahkan, beliau SAW menetapkan standar pendidikan yang ideal lebih dari seribu tahun yang lalu dan efeknya masih terasa sampai sekarang. 

Karakter Guru Terbaik Melalui Teladan Nabi Muhammad SAW

Berikut beberapa karakter guru terbaik yang bisa kita teladani dari Nabi Muhammad SAW:

Sistem Pembelajaran Inklusi

Saat ini, di berbagai ruang kelas di seluruh dunia, para pengajar dan pendidik berlomba-lomba membentuk kelas eksklusif atau kelas unggulan. Isinya para siswa yang berprestasi secara akademik.

Namanya juga kelas unggulan, maka fasilitas yang didapatkan siswanya tentu berbeda dengan kelas biasa, yang diisi murid dengan prestasi biasa-biasa saja. Pembelajaran yang lebih intensif hingga ruang kelas yang lebih bagus. Dengan begitu, setiap murid di kelas eksklusif ini diberi kesempatan yang lebih banyak untuk selalu unggul.

Praktik memisahkan siswa yang kuat dan unggul dari siswa yang lemah ini menyebabkan terciptanya ketidakadilan pendidikan. Sementara siswa di kelas unggulan mendapatkan materi pendidikan yang lebih banyak dan lebih baik, siswa yang lemah hanya memperoleh materi pelajaran yang biasa-biasa saja.

Nabi Muhammad SAW tidak membedakan antara siswa berdasarkan tingkat kecerdasan, atau klasifikasi lain yang memisahkan kita dalam masyarakat. Nabi Muhammad juga tidak pernah berusaha untuk mengecualikan atau mengusir siapa pun dari agama Islam. Melainkan menyampaikan pesan yang mencakup seluruh umat manusia.

Semenjak mengambil rumah sahabat Arqam sebagai tempat pembelajaran, murid-murid Nabi Muhammad terdiri dari beragam latar belakang dan ras. Mulai dari para bangsawan Quraisy terpelajar seperti Abu Bakar as Shiddiq, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, hingga rakyat jelata bekas budak seperti Ammar bin Yassir atau Shuhaib bin Sinan. Mereka semua mendapat jatah pembelajaran yang sama.

Bagaimana caranya menerapkan teladan ini ke dalam sistem pendidikan modern saat ini?

Guru yang baik memberikan kesempatan yang sama kepada setiap siswa di kelasnya. Guru yang baik membuang asumsi yang mungkin terkait dengan jenis kelamin, ras, status sosial ekonomi bahkan bahasa. Guru yang baik harus bisa melihat dan memahami bahwa setiap siswa memulai pembelajaran dengan pikiran bersih untuk diisi dengan pengetahuan-pengetahuan yang baru.

Di kelas TK yang saya asuh, beberapa anak sudah cukup lancar dalam membaca huruf hijaiyah, dan sudah cukup kuat hafalannya. Meski begitu, dalam memberikan materi pelajaran, saya selalu memulainya dari awal. Saya selalu menekankan pada diri sendiri, bahwa setiap siswa di dalam kelas saya harus mendapat perlakuan yang adil.

"Anak-anak, kita menghafal surat An-Naas ya. Supaya yang belum hafal bisa cepat hafal, dan yang sudah hafal tidak lupa hafalannya," begitulah yang saya sampaikan kepada anak-anak.

Komunikasi yang Jelas, Metodis dan Tidak Ambigu

Semenjak TK hingga kuliah, saya menemukan berbagai model guru dalam hal berbicara dan menjelaskan materi pelajaran kepada siswa di kelas. Ada guru yang suaranya lantang dan jelas, banyak pula yang suaranya pelan hingga nyaris seperti berbisik. 

Ada yang berbicara dengan perlahan, ada yang berbicara dengan begitu cepat sehingga hampir tidak mungkin bagi siswa untuk memahami apa yang disampaikan guru tersebut.

Komunikasi yang baik adalah faktor utama dalam sistem pendidikan. Sayangnya saat ini, sebagian besar pendidik memilih untuk menjejalkan sebanyak mungkin informasi ke dalam setiap pelajaran.

Nabi Muhammad SAW sangat metodis dalam metode pengajarannya dan tidak pernah terburu-buru dalam pelajarannya. Menurut Aisyah, Nabi Muhammad:

...berbicara sedemikian rupa sehingga jika seseorang menghitung kata-katanya, kata-katanya dapat dihitung. (HR Bukhari)

Nabi Muhammad SAW juga, menurut para sahabat, akan mengulangi kata-katanya tiga kali. Kata-kata yang dia ucapkan dan pelajaran yang dia sampaikan tidak ambigu, yang membantu para siswa Islam saat itu unggul dalam menyempurnakan iman mereka dan memasukkan Al Quran ke dalam hati mereka.

Kesempurnaan sabda Nabi Muhammad SAW memang disengaja sebagai sarana untuk benar-benar mengantarkan pesan kepada setiap muridnya melalui pengulangan, yang merupakan sarana pembelajaran yang sangat baik. Inilah yang dinamakan metode Talaqqi: Guru mengucapkan dengan mengulang-ulang dan murid menirukannya secara berulang pula.

Sabar Melewati Berbagai Kesulitan

Beberapa waktu lalu, seorang rekan guru di TPQ mengeluh anak-anak di kelasnya tidak bisa "diatur".

"Saya menyerah kalau begini terus, Pak Himam."

Berapa kali kita mendengar keluhan yang serupa? Guru-guru yang mengeluh anak didiknya bandel, nakal, hingga lambat dalam memahami materi pelajaran?

Bagi banyak guru, ada garis tipis antara menjangkau siswa dengan semangat pemahaman dan tidak mampu menjangkau siswa yang berjuang di setiap langkah.

Dalam menyampaikan pelajaran tentang Al Quran dan Islam, kesabaran Nabi Muhammad melampaui batas kesabaran manusia biasa. Nabi Muhammad bertemu dengan sejumlah besar penghinaan dan kebencian langsung saat mulai mengajarkan pesan Islam pada awal kenabiannya di Mekah. 

Nabi Muhammad juga menemui permasalahan yang serupa, meskipun lebih sedikit, setelah menetap di Madinah. 

Namun semua ini tidak sekali pun membuat Nabi Muhammad mengeluh atau membuat beliau mempertimbangkan untuk berhenti menyebarkan syiar agama Islam.

Begitu pula dengan sistem pembelajarannya, Nabi Muhammad dengan begitu sabarnya menjelaskan dan mengulang ayat-ayat Al Quran kepada semua sahabatnya, hingga yang beberapa sahabat yang tidak memiliki latar pendidikan yang baik bisa memahami.

Jujur saja, dengan berbagai karakter dan latar belakang siswa, saya juga tidak jarang mengeluh dan habis jatah kesabaran saya saat mengajari anak yang sangat lambat pemahamannya. 

Namun, saya selalu berusaha untuk mengingat dan menanamkan dalam diri saya sendiri, bahwa lelah dan kesulitan yang saya alami saat ini insyaallah akan terbayar lunas kelak. 

Selain itu, untuk anak-anak yang lambat memahami, saya selalu mencoba cara-cara mengajar yang baru, di luar cara mengajar yang biasa saya lakukan. Bagi saya, tidak ada anak yang lambat belajar, hanya mungkin cara saya mengajar mereka yang kurang tepat.

Menjadi Teladan bagi Siswa

Guru, digugu dan ditiru. Begitulah teladan yang bisa kita dapatkan dari Nabi Muhammad sebagai guru terbesar dan terbaik sepanjang zaman. Salah satu kualitas terbesar yang membuat Nabi Muhammad menjadi guru yang terbesar dan terbaik adalah beliau mengajar dan memimpin dengan memberi contoh.

Dalam setiap aspek kehidupannya, Nabi Muhammad adalah teladan dan mengamalkan apa yang dia ajarkan. Hal ini memudahkan para sahabatnya untuk melihat bagaimana menjalani hidup mereka sesuai dengan Al Quran dan As-Sunnah.

Bagi saya pribadi, salah satu beban terberat saat menjadi guru adalah bagaimana saya bisa menjadi teladan bagi para siswa. Tak hanya dalam hal pembelajaran semata, namun juga dalam setiap aspek kepribadian sehari-hari.

Kesimpulan

Dari teladan yang kita dapatkan pada diri Nabi Muhammad SAW, guru yang baik seyogianya mampu bersikap adil, tidak membedakan siswa berdasarkan tingkat kecerdasan atau angka-angka di atas kertas, maupun asumsi pribadi berdasarkan klasifikasi apa pun yang memisahkan siswa.

Guru yang baik harus mampu mengenali potensi siswa. Guru yang baik menciptakan lingkungan bagi siswa untuk memanfaatkan pengetahuan, kekuatan, dan bakat mereka. Dan yang paling penting adalah, seorang guru yang baik dapat menanam benih untuk masa depan dan membuat dampak seumur hidup pada siswa mereka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun