Ya, Nabi Muhammad bukan hanya sekadar manusia pilihan yang diutus Allah untuk menyampaikan pesan agama Islam kepada seluruh umat manusia. Dalam setiap kepribadiannya, Nabi Muhammad adalah teladan sepanjang jaman, termasuk teladan untuk menjadi guru yang baik.
Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah (QS Al-Ahzab, 33: 21)
Struktur kepribadian kita sangat dipengaruhi oleh guru yang membimbing kita dalam perjalanan pendidikan kita. Baik itu orangtua, maupun guru di berbagai jenjang sekolah yang kita tempuh. Ibarat kertas yang masih putih bersih, orangtua dan guru lah yang menorehkan berbagai catatan yang nantinya akan membentuk karakter kita saat dewasa.
Dalam Islam, hanya ada satu guru yang meletakkan dasar bagi pendidikan spiritual umat manusia. Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang buta huruf. Allah memilihnya untuk menjadi Utusan Terakhir dan guru yang sempurna bagi umat Islam.
Nabi Muhammad ditugaskan untuk membaca dan menyampaikan pesan Al Quran kepada seluruh umat manusia. Namun, beliau SAW bukan guru biasa. Bahkan, beliau SAW menetapkan standar pendidikan yang ideal lebih dari seribu tahun yang lalu dan efeknya masih terasa sampai sekarang.Â
Karakter Guru Terbaik Melalui Teladan Nabi Muhammad SAW
Berikut beberapa karakter guru terbaik yang bisa kita teladani dari Nabi Muhammad SAW:
Sistem Pembelajaran Inklusi
Saat ini, di berbagai ruang kelas di seluruh dunia, para pengajar dan pendidik berlomba-lomba membentuk kelas eksklusif atau kelas unggulan. Isinya para siswa yang berprestasi secara akademik.
Namanya juga kelas unggulan, maka fasilitas yang didapatkan siswanya tentu berbeda dengan kelas biasa, yang diisi murid dengan prestasi biasa-biasa saja. Pembelajaran yang lebih intensif hingga ruang kelas yang lebih bagus. Dengan begitu, setiap murid di kelas eksklusif ini diberi kesempatan yang lebih banyak untuk selalu unggul.
Praktik memisahkan siswa yang kuat dan unggul dari siswa yang lemah ini menyebabkan terciptanya ketidakadilan pendidikan. Sementara siswa di kelas unggulan mendapatkan materi pendidikan yang lebih banyak dan lebih baik, siswa yang lemah hanya memperoleh materi pelajaran yang biasa-biasa saja.
Nabi Muhammad SAW tidak membedakan antara siswa berdasarkan tingkat kecerdasan, atau klasifikasi lain yang memisahkan kita dalam masyarakat. Nabi Muhammad juga tidak pernah berusaha untuk mengecualikan atau mengusir siapa pun dari agama Islam. Melainkan menyampaikan pesan yang mencakup seluruh umat manusia.
Semenjak mengambil rumah sahabat Arqam sebagai tempat pembelajaran, murid-murid Nabi Muhammad terdiri dari beragam latar belakang dan ras. Mulai dari para bangsawan Quraisy terpelajar seperti Abu Bakar as Shiddiq, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, hingga rakyat jelata bekas budak seperti Ammar bin Yassir atau Shuhaib bin Sinan. Mereka semua mendapat jatah pembelajaran yang sama.